Fourty Five

305 52 41
                                    


Siap buat baca??
Yuk, langsung aja yaa

***

Rara yang masih mematung diteras rumahnya seketika dikejutkan dengan kehadiran Fildan. Papanya itu dengan sengaja berdehem ketika melihat putrinya tengah melamun seorang diri diteras.

"Kamu kenapa, Ra??" Tanya Fildan, meski sebenarnya ia tau sebab apa putrinya itu terlihat murung.

"Pa... Jirayut gak akan tinggalin Rara kan?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut putrinya, yang kontan membuat Fildan bingung harus jawab apa.

"Kenapa kamu ngomong kayak gitu sih, Ra? Ya gak mungkin lah, Afisan tinggalin kamu. Kan kamu liat sendiri, bagaimana selama ini dia begitu menjaga cinta dan kepercayaan kamu sama dia. Apa pantas, kalo kamu merasa ragu dengan cinta dia buat kamu, Ra?"

Rara hanya bisa menunduk, mendengarkan setiap kata yang Papanya itu katakan. Hati Rara pun membenarkan semua fakta itu. Akan tetapi Rara masih saja merasa akan ada perpisahan antara dirinya dengan Afisan. Entah benar, atau hanya persangkaan Rara saja karena terlalu takut dengan kemungkinan yang ada.

Cukup lama ayah dan anak itu larut dalam keheningan. Yang terdengar hanya isak tangis Rara yang mulai pecah, hingga Fildan pun dengan sigap memeluk tubuh putrinya itu.

"Rara... Papa percaya sama Afisan, kalau dia bersungguh2 ingin mempertahankan hubungan kalian hingga jenjang yang lebih tinggi lagi. Akan tetapi, Afisan hanya minta waktu untuk kesiapan dia saja. Memangnya Rara mau, kalau seandainya dihubungan kalian nanti jadi terhambat karena salah satu dari kalian merasa belum siap??" Terang Fildan panjang lebar, dan berakhir dengan sebuah tanya.

"Gak Pa... Yaya gak mau. Yaya gak mau hubungan Yaya sama Jirayut berantakan nantinya. Yaya gak mau jauh dari dia.. Cinta Yaya cuma buat dia aja, Pa." Racau Rara disela tangisnya, dalam dekapan sang Papa.

Fildan tak henti2nya mengusap puncak kepala putrinya, dengan sesekali menciumnya sekilas. Ia tersenyum senang. Akhirnya Rara mau mengerti juga.

"Yang Papa lihat dari Afisan itu, dia pantang menyerah Ra.. Dan menurut Papa, keputusan yang dia buat itu bagus karena Afisan ingin dirinya menjadi sosok yang terdidik dan mandiri. Supaya kelak, dia bisa mencukupi kehidupan kalian serta menjaga kamu lebih maksimal lagi. Dan pastinya, itu akan terjadi setelah kalian berkeluarga nanti."

"Semoga hubungan Yaya sama Jirayut bisa sampe kejenjang itu ya, Pa.. Yaya juga berdoa semoga, hubungan kami bisa langgeng sampai akhir usia kita berdua." Do'a Rara, diamini oleh Fildan.

"Yaudah dong, sekarang nangisin apa lagi??" Canda Fildan sengaja, karena tangis Rara masih belum berhenti.

Akhirnya Rara pun menghapus airmata yang sudah membasahi wajahnya dan pakaian yang Papanya kenakan. Fildan lantas melepas pelukannya untuk Rara, kemudian tersenyum ketika putrinya itu menatapnya.

"Udah. Sekarang, kita masuk?" Ajakan Fildan diangguki oleh Rara.

***

Sementara dilain tempat...

Terlihat dua orang laki2 yang tampak tergesa ketika hendak pergi meninggalkan rumah, setelah mendapat kabar mengenai salah satu anggota keluarga mereka.

"Ayo Ul, kita harus segera kesana!" Desak sang ayah yang tak lain adalah Reza, kepada putranya.

"Iya, Pa.. ini juga udah siap koq." Balas Faul.

"ditikam ASMARA"//Lanjutan// (END)Where stories live. Discover now