Bab 2

42 16 7
                                    

Arra berlari terengah-engah menuju kelas disusul Rizal dibelakangnya. Mereka berangkat berdua naik motor sport milik Rizal, namun secepat apapun melajukan motornya mereka akan tetap terlambat.

Kelas Rizal memang bersebelahan dengan kelas Arra, mereka lahir hanya berselisih beberapa menit namun Tara memilih untuk menyekolahkan Arra terlebih dahulu.

" Gara-gara lo rambut klimis gue brantakan, " Ketus Rizal disela larinya.

" Kalo jelek gausah nyalahin gue goblok "

Rizal mempercepat lajunya lalu menyamai langkah Arra. Ditariknya ujung rambut Arra hingga kepala Arra spontan ikut tertarik.

Tak tinggal diam Arra langsung menoleh ke belakang dan meninju perut Rizal keras.

" Aggrh, sakit keboo, " Rizal meringis sambil mengelus perutnya di tempat tonjokan Arra tadi. Rizal jadi semakin yakin jika Arra kebo jadi-jadian.

Arra berlari meninggalkan Rizal dengan terbahak-bahak sampai-sampai..

Brakkk

Arra terpental diatas lantai dengan bokong mendarat lebih dahulu.

" Sakit anjir, " Ringis Arra.

Tangan putih pucat terulur didepan wajah Arra, spontan Arra mendongak melihat siapa yang menubruk nya.

Arra cengo beberapa saat. Terkejut, cowok didepannya tersenyum manis dengan permen lolipop di mulut nya.

" Lo kepengen permen gue apa gimana si sampe ngiler gitu, " Seru cowok itu.

Arra tersadar lalu menyeka air liurnya, wajahnya menunduk menyembunyikan raut merah padam nya.

Sakitnya tak seberapa, malunya itu lho.

Cowok itu menarik kembali tangannya lalu pergi meninggalkan Arra yang masih tertunduk malu.

Rizal langsung menghampiri Arra dan menertawakannya sampai mengeluarkan air mata.

" Sok malu lo, aslinya aja malu-maluin, " Ucap Rizal disela tawanya.

Arra menengadah menatap adiknya dengan tatapan sinis " Syirik aja sih kue pancong ".

Arra berdiri, menepuk-nepuk rok bagian belakangnya dan berjalan menuju kelasnya dengan kesal. Sedangkan Rizal masih setia dengan tawa renyahnya.

Sumpah kalo bukan adek gue udah gue robek tu mulut, bacot ae  batin Arra.

Arra berbelok hendak menuju kelasnya dan lagi..

Brakk

Sial, kesialan yang kau tumpahkan sungguh bertubi-tubi Ya Tuhan 

Lagi-lagi Arra menabrak orang, kali ini Arra sedang emosi dan dinding pembatas amarahnya sudah runtuh.

" Kalo jalan gak cuma pake kaki, mata juga dipake bego!, " Seru Arra.

Diam. Tak ada sahutan, beberapa detik kemudian Arra mendongak. Ternyata cowok manis yang ditabraknya berkaca-kaca.

Dia nangis?

Arra salting, buru-buru dia berdiri " Ah, lo nangis?, "Tanya Arra.

Bukannya menjawab sang cowok malah menitikkan air mata. Arra tambah bingung, sepertinya yang jatuh Arra ngapain dia yang nangis?

" Yaudah maaf, gitu ae cengeng "

Tak ada sahutan.

" Iya maaf gue salah "

Lagi-lagi diam.

" Kenapa sih?, " Geram Arra.

" Peluk dulu nanti Boba maafin "

Najis. Najis. Najis.

Arra meneguk ludah kasar. Dia ini gila atau gimana?

Dengan berat hati Arra membentangkan tangannya dan disambut pelukan Boba. Tinggi Arra yang hanya sebatas bahunya membuat Arra terengah-engah kekurangan nafas, apalagi Boba memeluk dengan erat hingga dekapannya bukannya menghangatkan malah mematikan.

Arra melepaskan dengan paksa, tersenyum sebentar lalu berlari meninggalkan Boba. Sedangkan dibalik tembok Rizal terkekeh melihat tingkah Arra dan teman sekelasnya, Reno.

Kayaknya Arra cocok deh kalo sama Reno Batin Rizal geli.

Beberapa kali Arra mengirim pesan kepada Anna teman sebangkunya, namun tak ada balasan. Arra memutuskan untuk pergi ke kantin daripada datang ke kelas kena semburan Mrs. Sania.

Arra duduk di bangku kantin paling pojok lalu mencoba menelpon Anna namun,

Maaf, nomor yang Anda tuju tidak memiliki perasaan, cobalah menerima kenyataan.








Salam,

Sungirl 🌼

Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang