Hari yang Ditunggu

487 32 2
                                    

Aku berjalan bersama W, Y, dan adikku menuju ruang tunggu. Kami diharuskan untuk melakukan beberapa pengecekkan sebelum mereka masuk ke panggung.

"Kalian yang sportif ya. Kalah atau menang, buat aku kalian yang terbaik, Ok ?". Ujarku memotivasi mereka. Mereka tersenyum semangat. Aku melihat ke arah W yang seperti kesurupan melihatku dengan senyumnya.

"Kok liatin aku gitu amat ?". Ujarku. Dia malah tertawa kecil dan hendak memelukku. Oh, tidak bisa Zubaidah !

"IH !". Aku melemparkan tamparan tanganku pada badannya. Tapi kok tanganku yang sakit ya ? Dia malah cemberut karena pelukkannya aku tolak.

"Kok gak boleh sih, Sayang...". Aku menghela napas lalu mendekatinya.

"Kamu udah pake Tan. Nanti nyeplak ke baju lagi. Awas ! Ingat di kamar tadi !". Dia langsung ciut setelah mendengar ancamanku. Kalian pasti bertanya-tanya, ada apa kejadian di kamar tadi pagi, ya kan ? Walaupun gak nanya, bakalan tetap aku kasih tahu kok.

(Pagi Tadi)

Aku dan W bangun diwaktu subuh. Selain karena aku melakukan ibadah, aku juga hendak mempersiapkan segala kebutuhan W untuk kontes yang akan berlangsung pada pukul 8 pagi. Kini, aku sedang mengolesi Tan pada tubuh W lagi agar lebih gelap, ya itu kata si Y sih.

"Angkat tangannya.". W mengangkat tangannya dan aku mengolesi bagian sampingnya itu. Dia juga sempat belajar pose dengan Reza. Jadi, aku pikir dia akan mahir nanti jika sudah di atas panggung.

"Cium ketiak aku deh...". Bukannya menciumnya aku malah menggelitiknya. Dia tertawa.

"Orang lagi serius malah diajak bercanda.". Ujarku dengan nada sewot. Dia hanya tersenyum mendengar hal itu.

Setelah hampir 1 jam lamanya aku mengolesi badan super berotot ini dengan Tan, akhirnya selesai juga. Telapak tanganku ikut kotor gegara ini. Ya, buat calon pasanganku apa sih yang enggak.

"Udah. Pake jaket nanti ya. Terus kita sarapan bareng.". Dia mengangguk. Aku yang belum mandi langsung beranjak ke kamar mandi dan mandi (Aku sudah mandi wajib ya...).

"Aduh... Lupa bawa baju ganti.". Aku kelupaan membawa baju ganti saat ke kamar mandi. Karena tidak ada opsi lain, aku melilitkan handuk untuk menutupi burungku, supaya tidak terbang, lalu keluar dari kamar mandi.

Aku langsung beranjak menuju lemari. Aku gak ingin buat nafsu W lagi. Sialnya, bajuku di lemari ini sudah habis. Oh ya, pasti udah ada di kotak laundry bersih. Saat aku hendak berbalik, tangan besar nan kekar itu sudah memelukku. Aku menjadi marah, karena Tan yang belum kering itu jadi menempel semua di badanku dan handuk ini coy.

.

BUGH !

.

"UHHHHH...". W langsung jatuh terduduk dengan memegang selangkangannya. Aku menendang selangkangannya dengan sangat kuat meskipun agak sakit sih setelah nendang W tadi, ototnya keras banget soalnya.

"Kan aku udah bilang jangan peluk dulu, W ! Kamu tuh susah banget dibilangin ha !". Ujarku yang masih menahan emosiku agar tidak meledak-ledak. Dia masih kesakitan.

"Ma... Ma... Maaf... Sayang...". Ujarnya terbata-bata karena masih sakit. Aku tahu tendangan aku itu sakit sekali, jadi aku kasihan melihat calon pasanganku ini. Aku membantunya duduk di kasur dengan menggunakan alas. Aku mengurut-urut pangkal pahanya agar mengurangi efek tendanganku tadi.

"Maafin aku ya. Tadi aku emosi soalnya.". Dia tersenyum namun setengah meringis. Aku jadi merasa bersalah.

"Udah mendingan kan ?". Dia mengangguk. Lalu, aku beranjak untuk mengoleskannya Tan yang luntur akibat memelukku tadi.
"Maaf ya. Coba aja aku lebih sabar.". Ujarnya. Aku hanya tersenyum. Setelah sudah, aku putuskan untuk mengambil pakaian ganti dulu lalu mandi lagi.

The Extra-Terrestrial (E.T.) [DONE]Where stories live. Discover now