12. Nangis

25.6K 1.4K 26
                                    


Suasana di sekolah sekarang sedikit mendung. Entah dikarenakan apa. Padahal sejak kejadian tadi bahkan sangat panas. Atau mungkinkah suasana nampak mendung karena isak tangis seseorang??

"K-kamu sih Jun langsung main pukul aja hiks..... kan Elvan sekarang berdarah banyak hiks...hiks..." Aldiandra mengoceh sambil menangis dan mengobati luka disekujur pipi kanan Elvan. 

Jun yang mendengarnya langsung mendengus "Siapa coba yang ngak salah paham, orang liat baju kakak sendiri, udah pake seragam dia, roknya sobek pula" Jun menggoyang goyangkan kakinya bebas dengan duduk di meja Uks.

"Udah udah kalian, jangan nangis An gue ngak papa kok. Dan lo Jun tolong yah jangan bertindak sebelum berfikir, untung ini gue coba kalo orang lain" ucap Elvan agak meringis karena sedang diobati Aldiandra. 

"Tapi, kenapa Elvan bisa nolongin kakak. Kok lo ngak pulang?" tanya Jun dengan menatap intens Elvan.

"Lo lupa kalo gue ketua osis kan emang seharusnya setiap pulang sekolah gue harus pulang telat buat ngecek setiap ruangan kelas" Jun mendengus kesal ia lupa fakta bahwa memang Elvan ketua osis.

"Iya iya maap, jadi ada yang bisa jelasin?" Jun menatap keduanya secara bergantian. Aldiandra masih diam ditempat ia berfikir jika ia memberitahu Jun yang sebenarnya maka ia tau emosi Jun akan meledak, tapi disisi lain ia juga tak ingin menutupi apapun kepada Jun. Merepotkan.

"Eum..... j-jadi gini Jun, k-kamu jangan marah dulu yah...

Aldiandra menggeser kursinya yang semula berhadapan dengan Elvan sekarang menghadap Jun.

K-kamu jangan marah dulu" Jun hanya bisa menaikkan alisnya bingung.

"Kenapa emang?"tanya Jun.

"Jadi itu yah, t-tadi kakak dibully" Aldiandra mengatakannya dengan menautkan tangannya seraya menunduk, ia tidak mau jika harus mengatakannya dengan menatap wajah adiknya ini.

"Ohh, tak kira--HAH APA KAKAK DIBULLY SAMA SIAPA HAH??" Secara mendadak Jun langsung turun dari meja dan mencengkam bahu Aldiandra menuntun penjelasan.

Elvan yang melihatnya langsung memukul keras tangan Jun. Jun hanya meringis sebal karena Elvan telah memukulnya, tak bisa dibohongi pukulan Elvan memang sangat menyakitkan.

"Kamu tau Dara?" tanya Aldiandra.

"12 ipa 1?" Jun menebak.

"Dia yang udah ngebully kakak lo" Elvan langsung menyauti sementara Jun menaikkan satu alisnya "Emang kakak salah apa?"

"Kakak lo ngak salah apa apa, inget waktu tadi pagi kakak lo pingsan dan ditolong Alvaro?" Jun mengangguk, karena jika harus ke Uks saat Upacara Alvaro harus melewati barisan kelas Jun. Jadi Jun sendiri juga melihat kejadian tadi.

"Dara itu orang suka sama Alvaro, jadi waktu ngelihat kejadian tadi, otomatis dia pasti benci Aan" sementara Aldiandra hanya menunduk dikursinya sendiri ketika Elvan menjelaskan.

"Jadi ini semua gara gara Alvaro gitu?" Jun bertanya langsung menghadap ke wajah Aldiandra.

Aldiandra hanya bisa menggigit pipi dalamnya sendiri karena ia bingung, disisi lain ia tidak ingin menyalakan Alvaro, disisi lain kejadian ini juga disebabkan oleh Alvaro karena telah menolongnya.

"Yah gimana yah Alvaro mau disalahin dia juga udah nolong Aan, mau ngak disalahin tapi ini memang karena dia, udah ah pusing gue. Pulang yuk" Elvan mengajak mereka pulang karena memang ia sudah diobati dan ini juga sudah sore.

~~~

Jun dan Aldiandra telah sampai di rumah Alvaro. Mereka masuk dan menemukan Nasya yang menggendong Khiara dengan berwajah cemas.

"Jun, Aan kalian kemana aja?? Mama khawatir sama kalian. Aan ini kenapa roknya sobek?? Kenapa seragam Aan kebesaran tadi waktu berangkat perasaan masih pas?" Nasya memberikan pertanyaan beruntun kepada mereka berdua. Sementara mereka hanya tersenyum, mereka berdua disambut dengan kekhawatiran yang mereka rindukan oleh Bunda di panti.

Mereka memeluk Nasya secara bersamaan, mereka rindu dengan kehangatan seorang 'ibu'. Nasya sangat terkejut dengan kelakuan mereka tapi ia tak mau berfikir negative maka ia juga membalas pelukan mereka dengan satu tangan, dikarenakan tangan yang satunya tetap menggendong Khiara.

Mereka menangis secara bersamaan.

"Jun sayang Mama"

"Aan juga Ma"

~~~

Malam pun sudah tiba dan mereka berempat kini tengah menikmati makan malam mereka. Setelah Aldiandra menjelaskan kejadian tadi mereka bisa memakan makan malam mereka dengan tenang.

"Ohh ya Alvaro mana Ma?" Jun bertanya kepada Nasya. Meskipun Jun tidak menggunakan embel embel 'kak' pada Alvaro, Nasya membiarkannya karena Jun butuh waktu untuk menjadi adik dari Alvaro selaku kakak angkat Jun.

"Kalian belum tau yah?" tanya Nasya.

"Tau apa Ma?" Aldiandra bertanya dengan menyuapi Khiara bubur.

"Sebenernya Alvaro sudah kerja--

Uhuk uhuk*

Mendengar hal tersebut membuat Jun kaget dengan sendirinya. Ia lupa jika ia juga harus bekerja.

"Ini Jun minum dulu" Nasya memberikan gelas yang berisikan air kepada Jun langsung menerima dan menegaknya habis dan langsung berdiri.

"Y-yaudah kak, Ma J-jun juga kerja dulu Jun lupa" 

"Kamu ngapain kerja udah ada Alvaro yang kerja kok" Nasya menyauti.

Aldiandra nampak berfikir apa mungkin waktu kejadian 'itu' saat Alvaro mengenakan Jas Dokter.

"Aro udah jadi Dokter Ma?" tanya Aldiandra.

"Kamu adah tau yah" sementara Jun hanya bisa diam mendengar percakapan Mama serta kakaknya ini. Ia tidak tau apa apa.

"Bentar deh Ma, Mama kok kaya ngak kepo gitu tentang kita, kenapa kita bisa tinggal bareng padahal ngak saudara kandung?" Aldiandra bertanya dengan wajah yang tampak berfikir. Jun juga mengangguk setuju dengan posisi duduk kembali.

"Ngapain Mama tanya Alva udah ngejelasin semuanya kok" enteng Nasya.

"Alva itu dari dulu udah ngebucinin kamu An, mangkannya dia tau seluk beluk keluarga kamu" sambungnya lagi.

'Tapi kok dia malah julid sama gue' batin Aldiandra.





Salam author

Bye bye



WHY ME! [END]Where stories live. Discover now