17. Mustahil

212 24 54
                                    

17. Mustahil

"Kadang lebih baik diam dari pada menceritakan masalahmu, karena kamu tahu sebagian orang hanya penasaran, bukan karena mereka peduli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kadang lebih baik diam dari pada menceritakan masalahmu, karena kamu tahu sebagian orang hanya penasaran, bukan karena mereka peduli."

***

Lena tidak menyangka ketika dirinya mendapat nilai sempurna kali ini, lebih tepatnya dia mengerjakan sendiri, tanpa mencontek temannya. Masih mustahil untuk Lena mengakui nilai sempurnanya, tetapi itu nyata, bukan mimpi. Apalagi halu!

Mendapat nilai sempurna saja membuat Lena bahagia, apalagi jika dia mendapatkan hati cintanya, sungguh sangat bahagia. Jangan menghayal lebih tinggi lagi, kalau jatuh akan sakit!

"Wih nilai lo lebih tinggi dari gue Len, salut gue!" puji Dinda sambil membandingkan nilainya dengan nilai Lena. Sangat jauh perbedaannya, Dinda mendapat nilai 8 dan Lena mendapat nilai 10. Sungguh baru kali ini Lena mendapat nilai sempurna dengan hasil kerjanya sendiri.

Lena terkekeh kecil mendengar pujian Dinda.

"Baru kali ini aku dapet nilai sempurna," ujar Lena sambil menatap nilainya. "Semoga bisa dapet lebih tinggi lagi!" seru Lena dengan semangatnya.

***

Kali ini Falah tidak masuk sekolah, dikarenakan hari ini Falah harus mengantarkan bundanya ke bandara. Hanya bundanya lah yang Falah banggakan selama ini, dia juga berharap mendapatkan jodoh seperti bundanya, meskipun sibuk Anjani selalu mempunyai waktu luang untuk anaknya, tidak seperti ayahnya yang tega meninggalkan bundanya sendirian dan memilih wanita lain bersamanya.

Falah sangat membenci ayahnya, dari dulu dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ayah. Bundanya lah yang menjadi sosok ayah sekaligus ibu baginya. Bundanya selalu menasehati Falah untuk tidak terus-terusan menyalahkan ayahnya.

"Bunda disana harus makan tepat waktu ya, jaga kesehatan," pesan Falah untuk Anjani. Anjani selalu saja telat makan bahkan dia pernah tidak makan seharian, Falah takut jika penyakit Anjani kumat lagi.

"Iya Falah iya, bunda nggak bakal telat makan. Kalo kamu terus inggetin bunda," jawab Anjani sambil terus menatap putra semata wayangnya. Sangat sulit meninggalkan putranya sendirian disini, terlebih lagi Falah harus tinggal sendirian dirumah. Begitulah perasaan seorang ibu jika jauh dari anaknya.

"Hm." gumam Falah tidak merespon ucapan bundanya.

Mereka berdua pun akhirnya sampai di bandara. Falah mulai mengeluarkan koper Anjani satu-persatu dari bagasi mobilnya.

"Besok harus berangkat sekolah pokoknya!" perintah Anjani pada Falah. Anjani sudah berkali-kali memperingatkan putranya untuk tidak membolos sekolah. Anjani mengatakan bahwa dia akan pergi ke bandara sendiri, namun Falah bersikeras untuk mengantarkannya, mau tidak mau Anjani harus menerima sikap keras kepala putranya yang sulit sekali dihilangkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang