Chap 12

164 68 20
                                    

••••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

••••

Saat ini adalah pelajaran matematika. Pelajaran yang paling dibenci hampir seluruh siswa, termasuk Anggun, tidak satupun dia mengerti apa yang kini dijelaskan oleh Bu Rosa, sedari tadi gadis itu hanya melamun sembari memainkan pulpennya. Berbeda dengan Stela, dia sibuk sekali mencatat setiap materi yang dijelaskan oleh Bu Rosa.

Stela menyenggol tangan Anggun menggunakan sikutnya. "Gun, jangan ngelamun terus!" bisik Stela

Anggun tersadar dari lamunannya, "Apaan sih lo!"

"Siap-siap lo, diamuk masa!" ucap Stela dengan pelan.

Entahlah apa yang gadis itu pikirkan saat ini, pikirannya ambyar, raganya ada di sini bersamanya  namun jiwanya sedang melayang meninggalkan raganya.

Stela berusaha untuk mengonsentrasikan pikiran Anggun, namun tak kunjung berhasil. Stela takut jika Bu Rosa sadar bahwa Anggun tidak memperhatikan setiap materi yang dijelaskan oleh beliau.

Memang beberapa orang kaget dengan kondisi Anggun yang datang ke sekolah tadi pagi. Pasalnya gadis itu datang ke kelas dengan kondisi yang sangat ceria, namun matanya sembab seperti habis menangis semalam suntuk, wajahnya dipenuhi banyak lebam dan luka. Hal ini sontak membuat Stela kaget, tidak biasanya Anggun seperti ini, sepertinya ada masalah yang kini tengah dihadapi Anggun, tapi kenapa dia selalu berhasil mencetak lengkung di bibirnya itu.

"ANGGUN!" teriak seorang wanita ke arah Anggun.

Sedangkan gadis itu hanya diam masih belum bisa bangun dari lamunannya.

"Gun," bisik Stela

"Mampus lo Gun,"

"Gun, dia ke sini Gun, yaelah udah kali ngelamunnya."

"Tamat hidup lo!"

Masih belum ada sahutan dari Anggun, Stela akhirnya diam takut kena sembur juga, menyerah sudah dia membangunkan sahabatnya itu dari lamunannya.

Segera Bu Rosa menghampirinya.
"ANGGUN ZEMIRA PRAMESWARI!" teriaknya dengan keras di hadapan Anggun.

Sontak membuat Anggun Kaget, "HADIR BU!" teriak Anggun sambil menggebrak mejanya, seluruh murid yang ada di kelas itu tertawa akan sikap konyol Anggun.

Bu Rosa menggeleng heran, "Saya tidak mengabsen kamu!" tegasnya

"Maaf Bu,"

"Ngelamunin apa kamu?"

"Ngelamunin Raga Bu, kan tadi berangkat sekolah bareng Raga, jadi masih kebayang-bayang sampai sekarang tuh Bu," celetuk Fathur asal.

Satu kelas ricuh sekali atas pernyataan Fathur tadi, memang tadi pagi dia berangkat dengan Raga, karena motornya masih diperbaiki dan Raga juga yang memaksa kepada Anggun untuk pergi ke sekolah bersamanya, jadi Anggun menghargai perjuangan Raga yang sudah datang ke rumahnya itu.

The Wound (End)Where stories live. Discover now