Chap 13

144 66 71
                                    

Anggun dan Fathur tengah menjalankan hukuman dari sang guru, akibat ulah mereka yang bertengkar di depan Bu Rosa. Kini mereka sedang membersihkan perpustakaan sekolah.

Membersihkan segala gumpalan debu yang menyelimuti buku di dalam rak, lalu menyatukan buku-buku yang sudah tidak layak dipakai pada satu tumpukan yang sama, serta disimpan dalam suatu kardus bekas.

"Uhukkk, buset dah ini perpustakaan atau gudang," Fathur mulai membersihkan rak demi rak berisi buku yang diselimuti debu membandel.

"Menurut lo?!" Anggun melempar satu persatu buku yang sudah tidak layak pakai ke dalam kardus, dan membersihkan debu-debu tersebut dengan kemoceng.

"Santai dong!"

"Hm," ucap Anggun, "lo beresin bagian sebelah sana, biar cepet selesai!" perintah Anggun kepada Fathur.

"Iye, bawel banget sih lo!" ujar Fathur, "pantes aja sih Raga nyium lo, ternyata biar mulut lo diem." goda Fathur

Anggun menaikan kemoceng yang dipegangnya ke atas, "Bisa kan tuh mulut ditutup bentar?!"

"Hehe, bisa kok, bisa," Fathur mengangkat kedua tangannya, tanda minta ampun kepada Anggun.

Anggun menurunkan kemocengnya, dan kembali membersihkan.

"Jangan galak-galak Gun, nanti si Raga kabur,"

"Lo itu nyebelin ya, Raga bukan siapa-siapa gue!" ujar Anggun dengan tegas, ada penekanan pada kalimat terakhir yang diucapkannya.

Fathur memang seperti itu, dia adalah murid yang selalu membuat para guru di Yadika stres akan kelakuannya. Sudah beberapa kali dia selalu berbuat kesalahan, hingga dia menjadi langganan guru BP setiap harinya. Sikapnya itu membuat para kaum hawa ilfeel setengah mati. Udah jelek, nakal, batu, hidup pula! Itulah kira-kira yang dipikirkan oleh hampir seluruh kaum hawa tentang seorang Fathur.

"YUHUU, AYANK ATHUR EMESH!" teriak seseorang dari lorong yang berbeda.

Mereka segera menoleh ke arah sumber suara, dilihatnya lah seorang wanita dengan baju seragam yang agak ketat, bando pink yang menyelimuti rambut pirangnya, serta membawa sebuah snack ditangannya.

"Eh, ada kamu yank," Fathur mendekatinya dan merangkul gadis itu dengan mesra. Tidak peduli dengan keberadaan mereka yang saat ini tengah berada di lingkungan sekolah.

Anggun hanya memutarkan bola matanya, merasa jijik melihat orang pacaran sealay ini.

"Ngapain kamu sama si cewek abal-abal ini?" tanya Prilly, "kamu mau selingkuh dari aku? Kamu udah bosen sama aku? Apa aku udah nggak cantik lagi di mata kamu? tapi kenapa harus selingkuh sama si cewek abal-abal ini sih?!" cerocos Prilly tanpa henti.

"Heh, apa lo bilang tadi?!" tanya Anggun sambil mengacak pinggang ke arah Prilly.

"Cewek abal-abal," jawabnya enteng

Anggun mengepalkan tangannya sambil mengasah kepalannya dengan memutarkan kepalan itu di telapak tangannya, tak lupa dia memasangkan tatapan sinisnya ke arah Prilly, serta melakukan pemanasan dengan memutarkan lehernya sampai mengeluarkan suara, layaknya orang yang siap bertinju dengan lawannya di atas ring. Hal ini membuat gadis itu merasa ketakutan, Segera Prilly bersembunyi kebelakang punggung Fathur.

"Yank, dia mau ngapain,"

"U..udah Gun, ini cewek gue, cewek satu-satunya yang gue cinta, jangan disakitin Gun, gue juga nggak berani nyakitin," ucap Fathur sambil melindungi pacarnya yang ada di belakangnya.

"Makanya jagain mulut cewek lo! kalo nggak mau gue tampol!" ujar Anggun

"Heh, apa yang gue ucapin tuh emang fakta lagi," cibir Prilly."lagian lo udah ngerebut si Raga dari Gaby, masih aja mau pacar gue,"

The Wound (End)Where stories live. Discover now