BAB 2

139 23 2
                                    

Napasku terhela kuat. Kedua mataku terbuka lebar. Tubuhku terasa ringan.

"Paman Hayes? Paman?" panggilku, namun Paman Hayes tidak menjawab.

Menyadari sesuatu mengangetkan buatku kali pertama, aku bergumam dalam benak, 'Aku melayang? Bagaimana bisa tubuhku melayang?'

Terdengar suara kekehan kecil. Aku langsung mengarahkan pandangan ke arah kanan. Aku menatap dua wajah yang berbeda: anak laki-laki dan perempuan. Thomas dan Elise.

"Thomas, Elise. K-Kalian bisa melihatku?" tanyaku pada mereka.

Mereka mengangguk. Thomas berjalan menuju ke arahku, dan memegang tangan kananku. Aku tidak merasakan dingin pada tangan Thomas saat ini.

"Turun pelan-pelan." Thomas berkata lembut kepadaku.

Aku mengikuti intruksi Thomas dan mengejutkan sekali bahwa aku bisa menginjak lantai.

"Jadi apa tadi itu?" tanyaku pada mereka setelah kedua kakiku dapat menginjak lantai dalam kamar tidurku.

"Rohmu keluar dari tubuhmu." Thomas menunjuk ke arah lantai dan secara naluriah aku terkesiap memandang tubuh manusiaku.

"Nathan?! Oh Tuhan. Ben ... Benjamin! Seseorang tolong." Paman Hayes berteriak memanggil nama Ayahku dan orang-orang rumah yang ada di rumah.

Tubuh manusiaku diangkat Paman Hayes menuju ke dalam kamar tidurku. Aku melihat dia membaringkan tubuhku yang menurutku tidak bernyawa. Kuteguk ludahku, pemandangan ini terlalu abstrak. Aku berada di demensi berbeda. Dan barangkali diriku berwujud roh ini sudah seperti di film-film horror dan hanya perlu menunggu kamera membidik aksi tubuhku yang melayang-layang di udara seperti asap ini.

Aku mendengar suara derap kaki melangkah ke arah kamar tidurku.

"Paman Hayes? Kenapa tadi kau berteriak?" tanya seorang pemuda

Seseorang pemuda dari arah pintu kamar tidurku bertanya pada Paman Hayes berekspresi panik. Ada tas ransel pada punggung pemuda itu.

"Owen, di mana Ayahmu?" Paman Hayes bertanya, suaranya jelas semakin panik tapi dia kelihatan dapat mengontrol diri agar tidak membuat panik orang-orang. Seolah cukup dia yang panik.

"Di bawah. Ayah sedang berbicara dengan seorang tamu," kata Owen. "Apa yang sedang terjadi?" Owen melangkah maju ke arah Paman Hayes.

Ketika mata Owen melihat sosok tubuhku terbaring di ranjang tidur dahi Owen berkerut dalam.

"Aku tak tahu, Wen. Nathan kutemukan sudah terbaring di depan pintu kamar tidurnya setelah aku keluar dari kamar mandi."

Kuperhatikan wajah Paman Hayes lalu Owen yang merupakan kakak keduaku. Owen memutar badan. Aku tak tahu dia akan kemana, mungkin saja dia akan ke bawah menemui Ayah.

Seketika kurasakan angin menerpa diriku, sangat kencang, angin itu hanya melintas saja. Tapi, aku tiba-tiba rohku terlempar di sudut ruang sisi kiri. Angin tadi mungkin saja penyebab aku terlempar ke sudut ruang kamar tidurku. Sedangkan, Thomas dan Elise tidak. Thomas melayang dan menghampiriku.

"Nath, ada apa?" tanya Thomas.

"Kau tidak melihat atau merasakan angin tadi?" tanyaku kepada Thomas.

Tatapan Thomas adalah bingung dari yang kutanggap berdasar penglihatan kedua mataku.

Aneh sekali hanya aku yang ditimpakan angin itu. Aku menatap ke arah jendela dan aku beranjak dari tempat. Rohku menembus jendela kamar dan aku mengamati sekitar rumahku di depan jendela kamar. Langit biru mulai ditutupi oleh awan abu-abu, mungkin tidak lama akan hujan. Aku berbalik arah, hendak masuk kembali ke dalam kamar tidurku.

Latum Alterum EntityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang