BAB 6

76 12 1
                                    

A/n:
Kalau buat cerita hororr kayak gini, yah, kadang kayak ngundang mereka. Yang sensitif tentang mereka pasti kayak ngerasa benar ada mereka di sekitar :)

_______________________

Kututup cepat pintu rumah hingga terdengar suara bantingan bermekakan. Napasku terhempus dan seketika aku terduduk di lantai yang tak jauh dari pintu rumah.

"Nathan, ada apa?"

Aku mendongak ke depan dengan bibir yang bergetar. "Thomas, aku melihat sosok menyeramkan."

Suaraku tergagap.

Thomas merupakan hantu anak kecil mendekat kepadaku, kemudian berjongkok dengan dua tangan yang bersimpuh di atas lutut. "Apa yang kau lihat?

"Jangan katakan!"

Kepalaku menoleh ke samping kiri. "Kenapa Elise?"

"Kau akan mengundang sosok tersebut datang." Elise berjongkok sama seperti Thomas lakukan. Dua hantu bersaudara ini menatap padaku namun ekspresi mereka berbeda. Thomas menatapku santai, sementara Elise menatapku seperti menerawang. "Lebih baik kau masuk ke kamar tidurmu dan istirahat."

"Aku kadang-kadang bingung kenapa kau yang merupakan Adik memiliki pikiran orang dewasa," kataku kepada Elise. Harusnya Thomas yang memiliki pikiran seperti orang dewasa namun entah mengapa Elise lebih cocok menjadi seorang Kakak.

Elise tersenyum penuh arti kepadaku. "Kau harus tahu bahwa aku dan Thomas hanya berbeda setahun."

"Bagus, sekarang aku tahu tentang jarak umur kalian," kataku. "Omong-omong kalian belum mengatakan umur kalian padaku."

"Aku meninggal di umur sepuluh tahun," Thomas mengujar, kemudian melirik kepada Elise, "Sedangkan Elise meninggal di umur delapan tahun."

Aku berdiri kemudian. "Apa hanya ada kalian di rumah?"

Thomas dan Elise pun berdiri setelah kuberdiri.

"Iya. Tetapi sejam yang lalu Grace bersama dua teman perempuannya datang untuk singgah, hm, mengambil sesuatu di kamar." Thomas menyahut.

"Jadi aku hanya bersama kalian di sini?" Aku menaiki tangga bersama Thomas dengan Grace.

"Begitulah," jawab Thomas.

"Nathan, boleh kutahu kau tadi dari mana?" tanya Elise di belakang.

"Toko Chole."

"Bode!" seruku. Cepat-capat aku melangkah. Aku mengambil si kucing kesayangaku dan mengendong senan ke badan Bode bergemuk.

Dua mata Bode berwarna hitam pekat menatapku saksama, lalu mengusap-usap wajah ke dadaku. "Meong."

Aku masuk ke kamar tidur dan tidur meringkuk, seraya mengelus badan gemuk Bode.

Hujan terdengar dan aku mendongak ke arah jendela yang terdapat gorden terbuka, terlihat pemandangan bulir hujan dari luar rumah. Bagus, aku sendiri di rumah-ada dua hantu dan satu hewan kesayangan, jadi aku tidak sendiri. Mari buat sesuatu dan aku teringat makanan.

Hap. Cepat aku merubah posisi duduk. Thomas dan Elise sudah tak ada. Aku mengedarkan pandangan ke sekitar kamarku. Tadi, aku masih merasakan aura mereka tetapi sekarang ke mana pergi mereka?

"Meooong!" teriak Bode tiba-tiba. Aku mengerut alis menatap padanya. "Meoong!"

"Hei, Bode tenang," kataku. Bode memundurkan langkah, mata kucing itu bergulir ke atas ketika kuperhatikan dan dia cepat turun dari ranjang tidurku, pergi meninggalkan aku sendiri di kamar.

Latum Alterum EntityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang