BAB 3

141 15 2
                                    

Hari ini terasa berbeda, ketika aku bangun dari tidur dan beranjak turun ke bawah menuju dapur untuk sarapan.

Aku melihat kakak perempuan pertamaku sedang membuat sesuatu, mungkin sarapan. Aku mengucek mata, lalu memundurkan kursi di hadapan meja makan di dapur, kemudian aku duduk.

"Apa yang kau buat, Grace?" tanyaku. Kakakku terkesiap, kaki dia terjinjit mendengarku menyahut tiba-tiba.

Grace memutar badan, "Kau membuatku jantungan, Nath!" kata dia seraya mengusap dada, spatula di tangan kiri dia masih tergenggam.

Aku mengedik seraya tersenyum pada dia.

"Panekuk cokelat isi vla," imbuh Grace.

"Apa milikku akan banyak?" tanyaku kegirangan.

"Oh, tidak. Semua dapat sama rata, Nath." Grace melanjutkan aktivitasnya.

Aku memerhatikan Grace, dengan cekatan Grace sudah memindahkan panekuk dibuatnya ke tiga piring tertata di depan meja dapur. Kedua tanganku menopang dagu, mataku terpana ke panekuk cokelat. Aku sungguh tak sabar ingin memakannya.

"Liurmu meleleh, Nath."

Aku menegang, suara lain bergabung di dapur. Kuputar pelan kepalaku ke samping kiri. Mataku mengerjap beberapa kali. Reflek kumundurkan badanku melihat sosok bersuara itu.

"Thomas!" pekikku berteriak.

"Nathan, ada apa?" Grace menyahut.

Aku beralih menatap Grace. Aku tak sengaja berteriak karena melihat sosok Thomas. Aku menghela napas. "Tak ada apa-apa, Grace."

Grace melanjutkan lagi aktivitasnya, kini kakakku itu melangkah ke arahku dan menyodorkan piring berisi panekuk. Tenggoronkanku meneguk ludah. Cepat-cepat aku meraih sendok, membela bagian samping lalu kusendok dan kumasukan ke dalam mulut. Pikiranku melintaskan kata, 'Enak sekali.'

Aku memakan lagi panekuk buatan Grace, rasanya sangat enak.

"Pasti enak," kata Thomas. Kulirik Thomas berada di samping kiriku.

"Kalian para hantu bisa makan, kah?" tanyaku pelan. Aku tak ingin Grace mendengarku berbicara dengan hantu. Orang-orang akan berpikir aku gila jika berbicara dengan sosok makhluk abstral.

Thomas menggeleng pelan.

Aku iba melihat wajah Thomas. Jika bisa hantu makan makanan manusia aku akan membagi panekukku ini untuk Thomas.

"Omong-omong ini sudah pukul setengah tujuh. Kau tidak sekolah?" tanya Thomas.

Aku mengerjap dan mencerna dengan cermat apa yang Thomas katakan.

'Besok kalian akan ulangan dan jangan lupa untuk belajar di rumah.'

Aku teringat kata Guru mata pelajaran Matematika. Kata-kata guruku itu tergiang. Aku tidak ingin mendapatkan nilai C. Cepat-cepat kuhabiskan panekukku.

"Hei Nathan, makan pelan-pelan!" kata Grace setelah meneguk susu putihnya.

"Aku harus ke sekolah."

"Ayah tidak mengizinkanmu sekolah untuk hari ini."

Aku menggeleng. "Aku ingin ke sekolah. Hari ini aku ada ulangan Matematika."

"Ayah sudah pergi bekerja. Tidak ada yang mengantarmu. Bis sekolah sudah tak ada jam sekarang."

"Aku masih punya sepeda," kataku pada Grace dengan suara tinggi. Aku melangkah cepat ke kamar tidur, mandi, dan berapian memakai seragam sekolah.

Aku hanya menyugar rambutku agar sedikit rapi di depan cermin ketika itu juga aku mendengar suara pelan tertawa.

Latum Alterum EntityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang