02 - Hukuman

280 118 112
                                    

"Ney! Bapak lo datang ke sekolah!!"

Teriakan nyalang dari seseorang yang berlari sekedar memberi kabar itu masuk ke telinga Alaney yang sedang sibuk menggendang meja dengan kedua tangannya. Menciptakan alunan musik yang begitu memekakkan telinga.

Dengan segera ia berdiri. Mengintip dari balik jendela. Melihat seorang laki-laki berpakaian rapi tengah berjalan gagah menuju ruangan kepala sekolah.

Alaney menghirup napas dalam dan membuangnya dengan kasar. Siapa yang berani mengirim surat panggilan itu ke rumahnya?

Laki-laki itu kemudian berjalan menuju bangkunya. Meraih ransel biru yang tergeletak di atas meja dan menyandangkannya di pundak.

"Mau ke mana lo?" tanya Byan tiba-tiba. Mengagetkan Alaney.

"Pulang! Males nerima hukuman!" bantah Alaney. Bisa dipastikan, telat dua puluh menit saja, ia akan dipanggil ke ruangan kepala sekolah sebentar lagi.

Byan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia tak rela ATM bersama milik Geng Kapak's itu pulang secepat ini. Matanya menatap temannya yang duduk di deretan belakang. Fagel dan Gio.

Nihil, mereka berdua hanya diam. Tak berani berbicara jika Alaney sudah menampakkan wajah masamnya.

"Ngomong dong," bisik Byan pada Fagel dan Gio.

"Ney, lo jangan pulang, dong! Takutnya hukuman lo bertambah ntar! Lo nggak mau nyari siapa si pengadunya dulu baru pulang?" Suara Gio membuat Byan merasa tenang.

"Btw, Byan nggak bawa uang saku katanya. Makanya dia larang lo pulang," imbuh Fagel. Membuat kedua mata Byan melotot.

Sebenarnya, di geng Kapak's itu, hanya Byan yang paling gengsi di antara mereka bertiga. Alaney tahu itu, ia paham semua sifat ketiga sahabatnya. Mereka sudah bersahabat sejak duduk di bangku Sekolah Dasar.

"Ke kantin sekarang!" ajak Alaney seraya melepas ranselnya. Senyum sumringah tercetak dengan jelas di raut wajah Byan, Gio dan Fagel.

Mereka berempat keluar menuju kantin. Baru beberapa langkah melangkahkan kaki keluar dari kelas, seorang pria paruh baya lebih dulu mencegat mereka berempat.

"Hai, Bujang! Pada mau ke mana hayo?" sapa pria paruh baya tersebut yang diketahui namanya adalah Pak Aril, Kepala Sekolah SMA Saturnus.

"Mau ke kantin lah, Pak. Kan sekarang jam istirahat," sahut Fagel dengan wajah sok iya.

Kedua mata Pak Aril menyipit. Tangannya bersedekap dada memperhatikan satu persatu anggota geng Kapak's tersebut. Namun, yang lebih diperhatikannya adalah Alaney.

"Kalian bertiga lolos seleksi. Alaney, kamu ikut saya ke kantor!" tegas Pak Aril sembari memutar badannya.

Sebenarnya Alaney ingin membantah. Tetapi, ia sudah diajak ke ruangan kepala sekolah jalur jemputan. Jadi, mau tak mau ia terpaksa menuruti saja.

"Ney!" ucap Fagel berdrama seolah-olah ingin ditinggal jauh oleh Alaney. Sementara Gio dan Byan memegangi tangan Fagel.

"Ikhlasin Alaney, Gel. Dia harus menjalani tugas negara," ucap Gio dramatis.

Sialan. Di saat genting seperti ini, sempat-sempatnya mereka berdrama. Sahabat macam apa ini? Bukannya membela.

。‿。‿。‿。‿。

Sebelum masuk ke ruangan Pak Aril, Alaney melirik-lirik parkiran khusus guru. Melihat apakah mobil sang ayah masih ada di situ atau tidak? Takut jika ayahnya masih ada di dalam ruangan tersebut. Bisa double hukuman yang ia terima.

ALANEYWhere stories live. Discover now