🦋 Unexpacted things

120 15 7
                                    

Setelah melakukan terapi singkat, akhirnya Cadee bisa sedikit tenang dan duduk dengan benar. Dokter Farrel ternyata banyak membantu, dia sering mendapati pasien yang mengalami trauma hebat seperti yang Cadee rasakan, akhirnya dengan mudah membuat keadaan Cadee semakin membaik.

Rio memesan satu cup es krim untuk ponakan kesayangannya, es krim rasa matcha dan coklat yang sudah tersedia di depan meja Cadee, pasang mata yang tadinya tertuju padanya, mulai melakukan aktivitas seperti biasa. Cadee hanya mengaduk-adukkan es krim tersebut dengan malas, biasanya dia akan sangat antusias menerimanya, tapi kali ini, tenaganya habis terkuras akibat menangis dan menjerit karena trauma yang baru saja dia alami.

Rio yang melihat kelakuan Cadee hanya menggeleng dan mengacak rambut Cadee gemas, dia sangat bisa merasakan apa yang Cadee rasakan saat ini, semua hal mengenai Cadee dia selalu tau dan mengerti, bahkan hal detail sekalipun.

Rio dan Cadee akhirnya memutuskan untuk pulang, tidak ada muffle, boba atau permen lollipop warna-warni, rencana mereka sedari awal telah kandas.

Sepanjang jalan Rio terus memegangi tangan Cadee yang matanya kosong memandang ke samping jendela, hari ini kacau, benar-benar kacau, tapi setidaknya Rio sudah melihat keceriaan Cadee setelah latihan musik tadi.

Sesampainya di rumah, tidak ada siapapun, papanya sedang pergi mengurusi sedikit keributan di hotelnya, Evelyn masih belum pulang dari acara ulang tahun temannya.

Rio masuk ke kamar Cadee yang sudah tidak asing di matanya. Kamar sepupunya yang selalu bersih dan rapih dengan banyaknya buku-buku berjejer di hampir penjuru kamar. Walau Cadee memiliki perpustakaan di rumahnya, namun tetap saja dia akan menyimpan buku yang menurutnya bagus dikamar luas miliknya, apalagi buku-buku pelajaran, akan sangat repot bila harus bolak-balik antara perpustakaan dan kamar.

Cadee langsung ditidurkan di tempat tidur empuk, Rio sangat hati-hati menaruh Cadee seolah dia adalah barang antik yang harganya sangat fantastis, Rio membukakan sepatu Cadee dengan lembut.

Dia mencium kening Cadee sayang "istirahatlah sweetheart, nanti kita mengganti hari ini dengan yang lebih indah."

Cadee menggenggam tangan Rio erat "aku menyayangimu, tolong jangan tinggalkan aku."

Rio mematung sejenak, selanjutnya ia duduk di samping ranjang Dee dan mencium tangan gadis itu yang ada di genggamannya "aku akan di sini my floral, tidurlah."

Seolah sihir, kata-kata tersebut langsung membawa Cadee ke alam bawah sadarnya dengan cepat.

Rio sekali lagi menyematkan ciumannya pada kening Cadee "aku juga menyayangimu Dee."

Setelah itu Rio keluar kamar dan menuju kamar tidurnya di rumah kakanya tersebut, pikirannya masih melayang pada kejadian siang tadi. Rio benar-benar tidak tega melihat ketakutan yang hebat pada diri Cadee, dia harus mencari cara untuk menghilangkan pobia tersebut.

***

Cadee turun dari kamarnya dengan tergesa-gesa, tidurnya sangat berkualitas karena sebelum dirinya benar-benar terlelap semalam sayup-sayup Dee mendengar Rio mengucapkan sayang padanya, membuatnya bersemangat pagi ini untuk melihat sepupu kesayangannya tersebut.

"Pagi semua!" Teriaknya antusias di meja makan yang sudah berkumpul semua keluarganya yang akan menyantap sarapan.

Dee mencium pipi papa Richard dan Evelyn, dia tidak berani mencium pipi sepupunya itu karena masih malu mengingat kejadian kemarin sore, dia hanya tersenyum sangat manis pada Rio.

Cadee duduk di samping Evelyn, dia langsung menghabiskan segelas susu yang sudah tersedia dihadapannya dengan cepat.

"Papa sudah mendengar tentang mobil Eve yang di curi malam kemarin." Richard berucap dengan santai, seolah itu bukan hal yang besar.

Unimaginable Destiny [MIKHELSON'S SERIES 1] (Completed)Where stories live. Discover now