🦋 Hangout

106 10 18
                                    

Kebersamaan akan menuntun pada kisah tak terlupakan
Kisah indah dengan sejuta cerita, pengingat ketidakberdayaan, dan bukti belenggu yang terbebaskan.

🌼🌼🌼

Jam telah menunjukkan pukul 3 sore, saatnya semua karyawan pulang ke rumahnya masing-masing, kecuali yang memang kebagian tugas lembur.

Dee dan Priya pun mulai merapihkan tasnya. Memasukkan berkas-berkas ke dalam laci meja dan menguncinya.

Cadee mendekatkan kursinya yang memang berada di samping kursi Priya, "Kamu biasanya kemana setelah pulang kerja?" Tanyanya.

Priya menghentikan kegiatannya sejenak dan menoleh ke arah Cadee, "Tidak ada." Bahunya terangkat dan melanjutkan, "Aku akan pulang dan menonton Netflix."

Cadee membenarkan high heels dan menggeleng pelan, "Begitukah kehidupanmu selama ini?"

Priya mengangguk dan memasukkan kotak bekalnya ke dalam tas, "Aku tidak suka nongkrong atau ke tempat perbelanjaan seperti perempuan pada umumnya."

Cadee mengernyit, "loh kenapa? Nikmatilah masa mudamu, setelah Kau menikah nanti, Kau akan sulit bersenang-senang bersama teman."

Priya mengedikkan bahu, "Aku sangsi akan ada Pria yang mau menikah denganku."

Cadee memegang kedua tangan Priya dan serius menatapnya, "Hei sayang, Look at You, Kamu itu cantik, seksi, eksotis, manis, anggun, bohong kalo para Pria tidak menyukaimu, Kamu itu paket komplit." Kepala Cadee mengangguk pasti untuk meyakinkan bahwa yang dikatakannya benar.

Priya tersenyum masam, "Terima kasih Dee, kau tidak perlu mendeskripsikan dirimu sendiri, jelas Aku bukan yang Kamu maksud." Dirinya berdiri dan berlalu pergi meninggalkan Cadee.

"Piya tunggu!" Teriak Cadee sembari mengambil tasnya dan menyusul Priya dengan langkah cepat.

Priya berhenti menunggu Cadee, saat sudah ada di sampingnya Dia mencebik. "Namaku Priya, bukan Piya."

"Apa Kau tidak mendengar dari tadi Aku memanggilmu Pliya, kenapa namamu susah sekali, membuat lidahku harus berolahraga lebih ekstra." Jawabnya santai dan menggandeng tangan kanan Priya.

"Semua orang Amerika sama saja, menyebut R saja tidak bisa." Sindirnya.

"Ya, ya, terserah Kau saja Ms.London, yang penting sekarang Kita harus merayakan hari pertemanan, Aku yang akan telaktir."

Priya berjalan dengan sedikit sulit, karena sebelumnya tidak pernah berjalan sambil digandeng, "Aku lahir dan besar di Mumbai, saat pindah ke London dan tinggal beberapa bulan, Aku sudah ditugaskan di tempat ini." Priya tersenyum dan mengelus tangan halus Dee yang masih setia di lengannya. Dirinya tidak menyangka bisa cerewet sekali, padahal biasanya sangat pendiam dan tertutup, apalagi pada orang baru. Cadee memang istimewa, Dia mampu membuat Priya berubah secepat itu.

Sesampainya di gedung parkir, mereka berhenti di depan deretan mobil yang hanya tinggal beberapa, keheningan menyelimuti, hanya ada suara langkah kaki beberapa karyawan yang sedang menuju mobilnya.

"Aku membawa mobil Dee, apa Kamu juga?" Pandangan mata Priya masih tertuju ke arah depan.

Cadee memandang Priya dengan raut wajah bingung, "apa masalahnya?"

Priya mendengus, "Pertanyaan tidak dijawab dengan pertanyaan." Ucapnya rendah.

Cadee mengangguk dan menjawab, "Iya Aku membawa mobil, apa ada hal yang--, oh astaga, Aku tidak kepikiran kesana Pie, pasti akan sangat merepotkan jika kita pergi dengan dua mobil kan?" Cadee sama sekali tidak kepikiran kesana sebelumnya.

Unimaginable Destiny [MIKHELSON'S SERIES 1] (Completed)Onde histórias criam vida. Descubra agora