17.Jadian?

246 103 476
                                    

Cinta memang membuat kita mengerti. Betapa indahnya rasa saling menghargai.Bintang&Wulan

>>

"Go, lo serius pernah liat Bang Alfin?" tanya Bay salah satu temannya Argo.

"Haha kalian gak percaya?" tanya Argo menatap kelima temannya. Mereka sudah kembali ke sekolahnya. Perihal lomba basket akan ditunda nanti malam. Entahlah pihak panitia yang sudah menentukannya. Apa tidak ada hari besok? Sampai-sampai lombanya dilaksanakan malam hari.

"Oke kita percaya, tapi ko bisa Bintang gak bisa ngenalin Abangnya sendiri. Emang berubah wajah gitu?" sahut Boni yang duduk di samping Bay. Bibirnya tidak berhenti menyesap putung rokok yang tinggal setengah di tangannya.

"Pinter lo, Bon. Bang Alfin emang ganti wajah satu setengah tahun yang lalu dan kembali beberapa bulan lalu," terang Argo membuat yang lainnya menatap terkejut. "Bu, kopinya satu!" teriaknya membuat Bu Rona sang pemilik warung kecil di belakang sekolahnya kaget.

"Baik, Den," sahutnya cepat.

"Ko lo bisa tau?"

"Gue pernah mergoki dia saat di pemakamannya. Ralat pemakaman Ayahnya yang Bintang pikir itu makamnya," ujar Argo sembari tertawa menggelegar.

"Bang Alfin ngaku?"

"Walaupun gak ngaku gue udah bisa tebak. Iris matanya hitam persis kayak punya Bintang. Kalaupun melakukan transplantasi wajah, mata tidak mungkin bisa ditransplantasi 'kan? Itulah kenapa gue bisa nebak kalau itu Bang Alfin yang hilang tanpa jejak dulu," terang Argo panjang lebar.

"Cerdas banget lo. Bukannya Bintang pernah menang lomba?" sahut teman lainnya.

"Menang 'kan waktu SMA. Sedangkan pas SMP dia kan pinter banget makanya Bang Alfin pergi," ujar Argo. Tangannya menerima secangkir kopi hitam dari Bu Rona lalu meneguknya sedikit karena masih terasa panas.

**

"Ngapain lo?" ujar Bara tajam menoleh Jojo sekilas.

"Yee maaf," sahutnya sambil mengerlingkan matanya. Tangannya memberikan sebotol air pada Bara.

"Keluar. Gak tau situasi banget," cibir Bara.

"Hem. Jangan main nyosor loh, Ra. Apalagi cuma berdua. Gak bisa bayangin kalo gue gak kesini tadi," sahut Jojo sambil tertawa melihat raut wajahnya.

Bara menatapnya tajam. "Gue gak serendah itu. Kalo mau ya kalo dia sedang sadar lah," tandasnya. Matanya mengarah ke Sani yang masih setia memejamkan matanya.

"Iya deh seorang bintang mah bebas," sahut Jojo.

"Gak usah sebut-sebut," ujar Bara menatapnya tajam.

Jojo mendekat ke arahnya. Menepuk pundak Bara. "Maksud omongan Argo?"

"Gue gak percaya," sahut Bara.

"Yeh gak enak lo. Sesama teman lah bagi-bagi masalah gitu," ujar Jojo dengan menaik turunkan alisnya.

"Pergi gak?"

Sekali SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang