31.Air Mata

159 36 568
                                    

***

“SATU-SATU AKU SAYANG KAMU. DUA-DUA AKU SAYANG DIA. TIGA-TIGA JUGA SAYANG MEREKA. SATU DUA TIGA MALAH MINGGAT SEMUA!”

Semua siswa yang sedang menyantap makanannya mendadak melihat ke arah Jojo. Di meja sana tidak hanya ada dirinya. Ada Bara, Lio, Gara, Bambang, Jonat, Bina, Raka, dan Kendi. Entah karena apa mereka bisa bersama.

“Lanjutkan bakatmu, Nak. Ayok terus-terus. Berjuang terus sampai titik darah penghabisan. Sampai gak ada yang diperjuangin lagi,” ujar Jonat ngeri.

“Nanti kalo udah gak ada yang diperjuangin lagi mending merjuangin gue aja. Gak bakal sia-sia, deh gue jamin.” Lio menopang dagu sambil memandangi wajah Jojo.

Mendengarnya, membuat Jojo langsung menoyor kepala Lio. “Lo itu bukan tipe gue!”

“Tipemu seperti apa, Abang ganteng?” sambung Bambang membuat Jojo mengetuk-ngetuk kepalanya.

“Seperti ....” Jojo melihat seseorang melewatinya lalu tanpa menghilangkan kesempatan, ia langsung menariknya. Tangannya merangkul lehernya erat. “Kayak gini.” Matanya asik berkedip tidak jelas dengan gadis yang sedang berada di kungkungannya.

“JOJO KETEK LO BAU! LEPAS IH GAK MANDI BERAPA BULAN LO, HAH?” Gadis yang tidak lain adalah Fai langsung menyentak tangan Jojo kasar. Bisa-bisa dirinya mati kehabisan napas karena tidak ada lagi oksigen yang bisa ia hirup.

“Oh jadi seperti ini. Yasudah gue mending mondor aja, deh sebelum sakit hati. Rivalnya terlalu berat,” ujar Lio memelas.

Ora ono pangan temumpang lambe,” ujar Bambang merangkul pundak Lio menyemangati.

Semuanya melongo melihat ke arah Bambang. Biasa. Kata-kata mutiara keluar dari mulutnya itu.

“Pangan? Gue makan gitu? Makan Fai?” tanya Lio bingung.

“Nih, yah gue jelasin,” ujar Bambang sambil membenarkan posisi duduknya. Bersiap-siap untuk menjelaskan.

Tiga orang lainnya yang tadi bersama Fai ikut mengambil duduk. Meja yang mereka tempati memang besar. Hanya ada satu karena mereka yang telah merekomendasikannya. Bentuknya segi lima yang bisa menampung sekitar lima belas orang.

Dari depan ada Bara lalu di sampingnya ada Gara, Raka, Kendi, Flari, Sera, Sani, Fai, Jojo, Lio, Bambang, Jonat, dan Bina. Yang artinya Sani berhadapan dengan Bara. Keduanya hanya bersitatap tanpa ada kata sapaan dari salah satunya sampai Bara mengalihkan pandangan.

Tangan dari masing-masing mereka mulai mengambil handphonenya masing-masing. Mungkin saja kali ini ada yang bermanfaat.

“Ko gue gerogi diliatin kalian, yah?” Bambang membuka suara saat mendapat tatapan penuh harap dari mereka.

“BAMBANG TANGGUNG JAWAB!” teriak semuanya membuat Bambang refleks menutup telinganya.

“Ampun, Kakak ampun,” ujar Bambang dengan wajah polosnya. Tangannya mengambil orange juice di depannya dengan santai lalu menenggaknya.

“Bambang lo mau gue kepret, hah?” geram Jojo sudah tidak tahan.

“Eh, jangan kata Fai lo belum mandi berapa bulan. Nanti gue mati gimana?” tanya Bambang ngawur.

“Sayang?” Jojo merangkul pundak Fai lalu matanya mengisyaratkan sesuatu.

Fai langsung menepis kasar tangannya lalu mencubit pinggang Jojo keras membuatnya meringis pelan.

“Sakit tau, tapi enak kayak berasa dipijet. Nanti pijitin punggung gue, yah pegel nih,” bisik Jojo tepat di telinga kiri Fai sambil memutar pundaknya seolah memang sedang pegal. “Aw dibilang di punggung aja nanti,” peringatnya saat Fai mencubit pinggangnya lebih keras dari yang tadi.

Sekali SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang