🐿️1. Kambuh

3.7K 345 14
                                    

Netra legam itu menatap kepergian mobil hitam yang ditumpangi oleh kedua kakak dan Ayahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Netra legam itu menatap kepergian mobil hitam yang ditumpangi oleh kedua kakak dan Ayahnya. Ia menghela nafas pelan kemudian mengalihkan pandangannya pada wanita cantik disebelah. Ia tersenyum kecil ketika elusan tangan itu menyapu rambut coklat miliknya

Sudah 2 minggu ia tak masuk sekolah dikarenakan beberapa alasan yang terus diucapkan keluarganya.Takut jika ia merasa kecapekan,tidak kuat mengikuti pelajaran,takut kambuh dan blablabla lainnya. Padahal ia merasa jika tubuhnya sudah sehat,meski wajah pucat itu masih kentara.

Apalagi pergelaran seni minggu depan yang diadakan sekolah,sudah ia tunggu-tunggu sedari lama. Ia harap pada saat itu kedua orang tuanya mengizinkannya untuk sekedar hadir dan melihat.

Selain itu,kakak keduanya Changbin,yang kini menduduki jabatan sebagai wakil ketua OSIS,dibuat sibuk karenanya sehingga tak jarang dia bergadang dan menginap disekolah.

Juga kakak pertamanya,Bangchan yang saat ini sedang sibuk oleh ujian-ujian yang berada didepan mata. Iya,kakaknya itu sebentar lagi akan lulus dan kuliah.Dan pergelaran seni itu diadakan sebelum ujian dilaksanakan.

"Ayo masuk,Ji" Suara Yoona menyapa indra pendengarannya,membuat Jisung mau tak mau harus mengiya kan ajakan tersebut. Mereka berdua berjalan beriringan memasuki rumah,dengan Yoona yang merangkul bahu Jisung

"Kamu kembali ke kamar,ya?Istirahat. Bunda mau bantu bibi Kim bersih-bersih"

Yoona mengantarkan Jisung sampai depan pintu kamar. Sebelum beranjak,ia mengelus surai sang anak pelan dan kemudian pamit untuk ke dapur

Pemuda manis itu lagi-lagi harus kesepian karena tidak ada teman. Diliriknya ponsel yang tergeletak diatas kasur,ingin mengabari teman-temannya tapi ia tahu jam pelajaran saat ini masih berlangsung

Huh

Jadi ingin sekolah. Jika diingat-ingat,banyak hal yang ia rindukan. Ketika guru mata pelajaran tidak hadir,dan kemudian jamkos,itu salah satunya.Jisung tergelak. Ia akui dirinya memang siswa yang bandel. Bahkan ia dan teman-temannya seringkali membuat keributan,dengan cara menggelar konser dadakan didepan kelas. Dengan peralatan seadanya sebagai alat musik. Atau membuat guru Lee marah karena ia merusak pintu kelas -lagi-.

Semuanya terasa sangat menyenangkan ketika ketiga temannya -Felix,Seungmin dan Hyunjin- selalu ada disampingnya. Bahkan mereka tak pernah membiarkan Jisung dihukum sendirian,dan berakhirlah keempatnya membersihkan toilet bersama

2 minggu itu adalah waktu yang sangat lama untuk menahan rindu. Ia tak bisa membayangkan ketika dirinya sudah pergi,apa ketiga temannya masih seperti itu?Dan akan selalu mengingatnya?

"Kak Ji" Sebuah teriakan memaksa Jisung untuk bangkit dan membuka pintu. Ia tersenyum senang ketika seorang pemuda manis berdiri didepan kamarnya,tak lupa senyuman lebar yang masih menjadi andalan anak itu untuk membuat siapa saja gemas

"Jeongin?" Setelah 5 hari ia tak melihat batang hidung Jeongin,pada akhirnya pemuda itu pulang juga dan menemuinya. Ia menarik pelan tangan mungil itu dan membawanya untuk duduk diatas kasur

"Kamu kemana saja?Kok jarang main lagi,sih?"

Jeongin tercengir polos "Kemarin aku ke rumah nenek,Kak.Aku berangkatnya malam,jadi gak sempat bilang"

Jisung tersenyum tipis.Jeongin ini umurnya masih 15 tahun,ya satu tingkat dibawahnya.Jika sekarang ia duduk dikelas 10,maka Jeongin masih SMP kelas 9.Sikap lucu dan menggemaskan pemuda manis ini membuat Jisung serasa memiliki seorang adik,yang diketahui dirinya adalah anak bungsu.Tak jarang,Jeongin akan manja padanya,dan ia akan bersikap lebih dewasa untuk memberi petuah atau saran yang baik.

"Kakak kangen kamu" Jisung memeluk Jeongin dengan erat,membuat yang lebih muda terkekeh geli.Namun tak ayal,ia tetap membalas pelukan itu lebih erat

"Jeongin juga.Di rumah nenek gak ada yang bisa diajak main PS,Hhehe"

Jisung mengurai pelukan,dan menatap Jeongin yang menepuk dahinya pelan.Sangat menggemaskan ketika telunjuk mungil itu mengacung keatas "Oh ya,Jeongin lupa" Ia meraih paper bag disampingnya,dan kemudian memberikannya pada Jisung "Ini,Kak.Oleh-oleh buat kakak.Hadiah dari nenek Jeongin"

Mata Jisung berbinar ketika membukanya.Sebuah sweater rajut berwarna abu-abu,dan ukurannya terlihat sangat pas ditubuh mungilnya
"Bilang makasih sama nenek kamu" Ujar Jisung tanpa melunturkan sedikitpun senyumnya

Jeongin mengangguk cepat "Kak..main PS yuk?Jeongin kangen main sama kakak.Maksudnya kangen pengen ngalahin kakak" Setelah mengatakan itu,ia terbahak melihat raut Jisung yang datar

"Halah!Baru juga kalah beberapa kali.Kali ini kakak yakin bakal menang" Ujar Jisung dengan percaya diri.Ia bangkit dan dengan semangat mengaktifkan PSP kesayangannya.Mereka duduk diatas karpet bulu berwarna merah,dan memulai permainan dengan tidak tenang

Teriakan demi teriakan,terdengar sampai keluar kamar,membuat Yoona yang sedang membuat kue,menggeleng pelan,heran.Beginilah ketika dua anak manis itu disatukan,maka tak akan tentram rumah:v

Wanita cantik itu melepas sarung tangan plastiknya,dan kemudian berjalan menuju kamar putra bungsunya.Ia mengetuk pintu 2 kali,kemudian membukanya.Ia baru ingat jika Jisung belum memakan obatnya "Jisung..kamu sudah makan obatnya,belum?"

Pandangan pemuda berambut coklat itu masih terfokus pada televisi.Tanpa menoleh,ia menjawab "Sebentar lagi,bun"

"Jangan sebentar-sebentar..ayo.Nanti kalau kambuh siapa yang sakit?Bunda bawakan minumnya,ya?Jeongin,kamu mau minum apa,nak?"

Jeongin menoleh sekilas,kemudian tersenyum manis "Apa saja,Tante"

Yoona mengangguk pelan.Ia menutup pintu itu tidak rapat,masih menyisakan celah sedikit.Kemudian,kembali ke dapur untuk membawakan minum

Tak berselang lama,Yoona kembali dengan sebuah nampan ditangannya,berisikan segelas air mineral,segelas sirup dan setoples kue "Bunda simpan disini,ya?Awas lho,lupa"

"Makasih bunda"

"Makasih tante"

Setelah kepergian Yoona,Jisung dan Jeongin masih lanjut bermain hingga mungkin mereka lupa waktu.Bahkan sudah lewat setengah jam yang lalu Yoona memberi perintah.Memang anak nakal

"Menang!" Pekik Jisung sambil mengacungkan kedua tangannya keatas.Ia tertawa,menatap Jeongin yang merengut lucu

"Huh!Cuma menang sekali doang.Lihat,nanti aku yang bakalan menang" Ujar Jeongin kemudian berdiri untuk mengambil sirup diatas nakas "Kakak belum minum obatnya?"

Belum sempat Jisung menjawab,pemuda itu sudah lari terlebih dahulu memasuki kamar mandi,meninggalkan Jeongin yang kaget "Kak Ji?"

Jeongin ikut berlari menyusul Jisung.Dilihatnya yang lebih tua tengah membersihkan hidung yang terus mengeluarkan darah "Kakak mimisan?" Tanya Jeongin panik

Jisung tak menggubris.Ia terus membersihkan darah yang tak mau berhenti itu.Nafasnya sedikit tersenggal,dadanya serasa dihimpit sesuatu yang berat.Ia menatap Jeongin yang melihatnya dengan raut khawatir "Jangan bilang bunda,ya" Ujarnya lirih

Jeongin tidak mengerti,mengapa ia dilarang memberitahukan ini pada Yoona?Padahal keadaan Jisung saat ini sedang tidak baik-baik saja.Ia terkesiap ketika Jisung hampir ambruk ke lantai.Dengan sekuat tenaga ia memapah Jisung ke kasur.Mendudukkan kakak kesayangannya itu dan menyandarkannya pada kepala ranjang

Tangannya meraih sebuah tabung obat dan segelas air mineral untuk ia berikan pada Jisung

Sekarang,bukan hanya pening dan sesak yang menyerang tubuh Jisung,tetapi juga sakit luar biasa yang menghujami punggungnya.Ia meringis pelan,sambil meraih obat yang diberikan Jeongin

Ia mengambil satu buah pil dan memasukkannya kedalam mulut,menelannya langsung dengan bantuan air

4 tahun sakit itu selalu ia rasakan,tetapi tak membuatnya terbiasa dengan semua ini.Segala kesakitan ini selalu membuatnya hampir putus asa.

_▪▪▪_

Dream Catcher ✓Where stories live. Discover now