Sinar matahari yang menerobos celah-celah jendela,menerpa wajah manis Jisung yang masih terlelap.Ia sedikit terusik dengan silau dimatanya.Perlahan,netra legam milik Jisung terlihat dan mengerjap beberapa kali.Ia bangkit dan meregangkan otot-otot tubuhnya
Selama 4 tahun,baru kali ini Jisung merasa lebih segar ketika bangun pagi.Tak ada lagi serangan-serangan biasa saat ia tertidur.Ia melirik jam dinding dan kemudian beranjak untuk bersih-bersih
Ia menyisir rambut sembari bersenandung ria,sampai tak menyadari jika bibi Kim sudah berada didalam kamarnya,membawa sepiring makanan dan segelas air.Wanita paruh baya itu tersenyum kecil "Wah!Tuan muda sudah harum saja" Ujarnya sambil meletakkan nampan diatas nakas
Pergerakan Jisung terhenti,ia memutar tubuhnya kemudian tersenyum lebar "Hhehe..bibi Kim bisa saja" ia menyimpan sisirnya lalu menghampiri wanita itu "Makasih"
Wanita yang diperkirakan berumur 45 tahun itu mengangguk dan masih mempertahankan senyuman lembutnya.Ia sudah bekerja dikeluarga Han sekitar 19 tahun,dan ia juga ikut menjaga ketiga anak majikannya ketika masih kecil,bahkan sebelum bisa berbicara dan belajar jalan.Jadi,bisa dikatakan,bibi Kim ini sangat menyayangi mereka,terlebih Jisung yang selalu mengingatkannya pada sang anak yang berada di kampung.Mereka seumuran dan tingkahnya benar-benar persis
"Dimakan,ya" Jisung mengangguk.Ia meraih piring makanan yang berisikan lauk kesukaannya.Kemudian melahapnya dengan semangat
"Oh ya,bunda sudah berangkat?" Tanya Jisung dengan mulut penuh nasi.Hal itu membuat pipinya menggembung,dan bibi Kim hanya bisa tertawa kecil
"Sudah,tadi pagi"
Jisung lagi-lagi mengangguk,dengan anak-anak rambut yang ikut turun naik.Bibi Kim kemudian pamit untuk menyelesaikan pekerjaannya.Tak lupa ia berpesan supaya Jisung meminum obatnya
"Ay ay capten!"
Pintu tertutup rapat,menyisakan Jisung yang masih menghabiskan makanannya.Baru saja setengah piring,perutnya mulai tak enak.Ia membekap mulutnya ketika rasa mual hadir.Dengan segera dia berlari kedalam kamar mandi dan mengeluarkan semua isi perutnya.
Tangannya memutar kran wastafel untuk membuang semua cairan yang keluar dari mulutnya.Tak lupa ia mencuci bibirnya dan kembali berjalan kearah kasur
Jisung kira penyakit ini akan membiarkannya tenang selama sehari saja,nyatanya tidak.Semakin lama,rasa pening menghujami kepala Jisung.Tangannya dengan cekatan mengambil tabung obat dan meminumnya dengan sekali tegukan
Jisung menghela nafas.Entah sampai kapan dirinya akan terus tersiksa seperti ini?Padahal permintaannya tak pernah aneh-aneh,cukup hidup seperti anak remaja pada umumnya,ia sudah sangat bersyukur pada Tuhan.
YOU ARE READING
Dream Catcher ✓
FanfictionBROTHERSHIP/ NOT BXB!! Hanya tentang Han Jisung, dan perjuangan besarnya dalam mempertahankan setiap hembus nafas yang tersisa. . . Angst! [Sebagian Part sudah dihapus]