Part 27 - All With You

165 26 22
                                    

Tak lama Yoo Jeong berbaring di lantai saat memastikan Wonwoo sudah melonggarkan genggamannya, ia terpaksa terusik mendengar rintihan Wonwoo menahan sakitnya. Yoo Jeong lantas bangkit dan duduk di samping Wonwoo yang sudah memutar tubuhnya dengan posisi menungging memegang kedua sisi perutnya.

"Wae...waee..apanya yang sakit?" tanya Yoo Jeong cemas melihat kondisi Wonwoo sambil mengusap punggung Wonwoo. Wonwoo menegakkan badannya bersandar tapi tetap memegang perutnya dengan merintih kesakitan. Yoo Jeong lantas mengecek kembali demam Wonwoo dan tak kunjung turun. Malah keringatnya makin menjadi-jadi dan wajah Wonwoo sangat pucat.

"Kau tidak keracunan kan?"

Wonwoo menggeleng menahan air matanya karena sangkin sakitnya.

Yoo Jeong pun memegang perut Wonwoo yang sejak tadi dipegangnya,"Kita ke rumah sakit?"

Wonwoo lagi-lagi menggeleng.

"Ya, kau bisa mati kalau tidak mau ke rumah sakit?" kata Yoo Jeong hampir menangis menahan kesal dan tidak tahan melihat ujung mata Wonwoo yang sudah mengeluarkan air mata. Wonwoo hanya menatap Yoo Jeong sendu,"Kita cari rumah sakit. Aku telepon Heechan." Yoo Jeong mengambil ponselnya di atas meja dan tiba-tiba menggerutu dengan suara bergetar menahan tangis,"Ponselku mati.."

Wonwoo tidak tahan untuk tidak tersenyum sangat tipis melihat ekspresi wanita itu. Astaga, pikir Wonwoo. Bagaimana wajah panik dan cemasnya, membuat Wonwoo semakin tersentuh. Ini kedua kalinya juga Yoo Jeong merawatnya saat sakit.

Dulunya saat mereka tengah bakti sosial dan Wonwoo tidak ikut bergabung akibat asam lambung, Yoo Jeong yang memeriksa rumah inap hendak menciduk beberapa siswa yang akan cabut langsung menggendong dan menyeretnya ke klinik dekat rumah inap. Sekarang juga begitu, Wonwoo hendak bersuara menenangkan gadis itu tapi mulutnya seperti hendak mengeluarkan sesuatu dari tubuhnya. Ia lantas berdiri dan melangkah sempoyongan ke kamar mandi.

Diikuti Yoo Jeong yang menepuk-nepuk pundaknya,"Keluarkan saja, keluarkan."

"Kita ke rumah sakit, biar aku pesan taksi saja. Tunggu aku ambil jaketmu."

Yoo Jeong langsung ke kamar Wonwoo dan mengambilkan jaket Wonwoo dari lemarinya.

Wonwoo keluar dari kamar mandi dan duduk di sofa,"Aku tidak apa-apa. Ini masih subuh." Kata Wonwoo menenangkan. Jam dindingnya masih menunjukkan pukul 4 pagi.

"Tidak. Tidak. Bisa disembelih ibumu aku kalau kau mati konyol di sini." Yoo Jeong memaksa bahu Wonwoo untuk tegap dan memakaikan jaket Wonwoo,"Setidaknya diperiksa."

"Aku mau tidur dulu." Kata Wonwoo serak lalu tangannya terulur melingkar ke pinggang Yoo Jeong. Kepalanya berat sekali dan matanya berkunang-kunang, ia hendak menjatuhkan kepalanya ke pundak Yoo Jeong mencari kenyamananya,"Sebentar saja." Seraknya saat bahunya ditahan oleh Yoo Jeong.

"Tidak..tidak..buka ponselmu sekarang."

Wonwoo menarik kepalanya dan membuka layar kunci ponselnya. Yoo Jeong langsung mengambil alih mencari nomor Soonyoung atau siapapun yang bisa menolongnya. Untung saja Soonyoung langsung mengangkat di nada tunggu keduanya, gesit,"Ohh, Soonyoung ini aku. Bantu aku bawa Wonwoo ke rumah sakit sekarang."

Yoo Jeong bisa mendengar seruan Soonyoung yang terkejut dan suara kaki Soonyoung melompat ke lantai.

"Aku di apartemennya. Oke aku tunggu."

Yoo Jeong meletakkan ponsel Wonwoo, menarik bahu Wonwoo untuk terlepas dari rengkuhannya,"Kita ke bawah. Biar lebih cepat."

"Sebentar saja, biarkan aku tidur. Badanku sakit sekali." Ringis Wonwoo menahan tangisnya karena tidak tahan lagi sambil menarik Yoo Jeong semakin dekat ke dirinya dan merengkuh pinggang gadis itu lalu menjatuhkan kepalanya ke bahu Yoo Jeong. Begitu nyaman dan hangat, apalagi Yoo Jeong menepuk-nepuk pundaknya. Kepalanya sudah cukup berat, perutnya semakin menjadi-jadi.

Drawing Memories 《Complete》 || Jeon WonwooWhere stories live. Discover now