Part 30 - Thanks

148 21 3
                                    

Sudah seminggu lebih Wonwoo kembali dari rumah sakit dan kembali bekerja. Teman-teman kerjanya menyambut Wonwoo dengan senang. Bahkan tari-tarian tidak penting Taeil—yang dikenal dengan hidup kakunya—membuat Wonwoo tertawa. Dan lagi, sejak kejadian terakhirnya di rumah sakit dengan Yoo Jeong, wanita itu seakan menjauhinya. Yoo Jeong sering pura-pura tidak melihatnya dan padahal beberapa kali Wonwoo melihatnya ingin menyapa.

Dan Mingyu seperti semakin mempercepat pendekatannya, beribu perhatian ia berikan ke Yoo Jeong. Bahkan malam tadi saat ia, Soonyoung, dan Mingyu baru pulang makan malam traktiran Soonyoung, tak sengaja mereka berpapasan dengan Yoo Jeong yang tengah memisahkan sampah di pembuangan. Hampir saja ia ingin melempar Mingyu dengan sepatunya saat Mingyu berbicara sok imut ke Yoo Jeong kala itu.

Parahnya Yoo Jeong hanya tertawa ke Mingyu, tidak melihat ke arahnya. Membuatnya bertanya-tanya salah apa ia ke wanita itu.

"Kau sudah konfirmasi iklan kita?"

Wonwoo yang melamun tersentak saat Soonyoung datang membawakan berkas ke hadapannya,"Ohh, sudah." Jawabnya sambil menegakkan kepalanya. Ia pun membuka setiap berkas dan menandatanganinya.

"Bagaimana pembicaraanmu dengan ayah Mina?" tanya Soonyoung yang sudah duduk di depannya.

"Aku masih bimbang. Dua hari lagi ayahnya datang dari Osaka dan aku diminta ke rumahnya."

"Menurutmu apa aku harus menolaknya kembali?" tanya Wonwoo memandang Soonyoung meminta pertimbangan.

Soonyoung bertepuk tangan sambil menatap kagum ke Wonwoo,"Aku tidak akan menyesal bisa mengenalmu kalau kau berani menolaknya. Salute. Jeon Wonwoo kebanggaan hati dan ragaku."

Wonwoo hanya tertawa kecil dan membuka beberapa surat elektronik yang tidak sempat dibacanya tadi.

"Tadi waktu aku dan Yena ke tempat client store, aku melihat Mingyu keluar dari toko. Kau tebak toko apa?" Soonyoung mulai berbicara topik random seperti biasa.

"Toko obat?"

"Bukan. Dia tidak sakit."

"Toko pakaian dalam?"

Soonyoung menahan diri untuk tidak memukul kepala Wonwoo,"Aku serius."

"Terus apa? Tidak mungkin toko perhiasaan, kan? Dia mau bertunangan? Atau lamaran?"

"Itu dia! Toko perhiasaan. Kebetulan mobilku diparkir di depan toko itu, parkiran kantornya kecil. Dia keluar dari sana. Buat apa ya kira-kira?" mata Soonyoung yang sipit tampak mengira-ngira.

Sontak mata Wonwoo berhenti membaca pesan-pesan di layar komputernya dan napasnya tercekat. Membayangkan Mingyu keluar dari toko perhiasaan entah kenapa membuat pikirannya ke Mingyu dan wanita itu. Sejauh itu Mingyu sudah bergerak.

"Membeli perhiasaan untuk ibunya mungkin." Jawab Wonwoo asal menutupi kegundahan hatinya karena kemungkinan dugaan yang melintas.

"Bisa jadi. Dia kan anak yang romantis dan penyayang keluarganya."

Wonwoo hanya diam, matanya sejak tadi tidak berpindah menatap kalimat dalam pesan tersebut. Ia takut sesuatu yang dipikirkannya terjadi. Mingyu selalu bilang dia akan mengejar Yoo Jeong dengan usahanya. Ia tidak akan lupa kalau Yoo Jeong pernah bilang kalau dia akan membuka hatinya kepada siapa saja yang melangkah, dan siapa yang cepat dia yang menang—hukum alam.

"Tapi kalau dia beli cincin untuk Yoo Jeong noona, bagaimana? Mingyu bahkan 2 hari lalu pergi berkencan dengan Yeo Jeong noona. Secepat itu."

"Diamlah. Aku tidak bisa membalas pesan-pesan ini. Berisik." Suara Wonwoo berubah sinis dan datar.

"Aku tahu kau pasti merasa kesal karena Mingyu—"

Drawing Memories 《Complete》 || Jeon WonwooWhere stories live. Discover now