5 - Start.

708 83 15
                                    

"Dok!! Harus banget disuntik?"

Pertanyaan bodoh itu terlontar begitu saja dari mulut Raka, Nabila yang mendengarnya menutup matanya malu. Ya jelas ia malu, wong yang disuntik dirinya kenapa malah Raka yang jadi panas dingin seperti itu? 

Sekarang Nabila berada di kamar yang ada di ruangan Raka, selepas berbincang dengan Rere end the geng. Nabila muntah-muntah, tubuhnya kembali panas dan ditambah dengan kepalanya yang seperti di beri beban beribu kilo. Melihat itu Raka yang memang gampang panik kalau soal Nabila langsung memanggil dokter yang berada di kantornya— selengkap itu kantor ini sampai mempekerjakan dokter khusus untuk karyawan-karyawannya.

"kita perlu darah untuk di cek di lab Pak, kalau tidak di suntik bagaimana lagi?" Sahut dokter berusia empat puluh tahunan itu.

"Dengan cara lain emang ngga ada? Jangan disuntik."

"Dok, udah jangan didengerin. Ambil aja darahnya cepetan, orang gila dia mah." Dokter mengangguk lalu mengarahkan suntikan ke kulit Nabila, tapi gerakannya tiba-tiba berhenti ketika suara bariton Raka keluar.

"Dokk dokk, jangan dokk. Kasih obat aja dok kasih obat, jangan disuntik. Saya trauma dulu dia pernah ngga bangun satu bulan gara-gara ditusuk gitu dok." oceh Raka dan kali ini langsung mendapatkan lemparan bantal dari Nabila.

"Heh!!! Gila lo ya? Ini suntikan bukan pisau, keluar deh lo ah. Tambah pusing gue liat lo!"

Nabila tidak habis pikir dengan Raka, kejadian di mana Nabila tertusuk Beberapa tahun lalu masih sangat membekas di otak cowok itu, membuat dia tidak bisa melihat Nabila terluka sedikitpun. Yaampun ia hanya di tusuk menggunakan suntikan bukan pisau, tapi cowok itu udah ketakutan sendiri.

"HELEN?!!!" seru Nabila membuat sang empunya nama datang ke kamar yang ada di ruangan Raka.

"I-iya Bu? Ada apa?"

"jangan panggil ibu saya bilang. Tolong bawa boss kamu keluar dong saya ngga sanggup liat mukanya," perintah Nabila yang langsung diangguki oleh sekertaris Raka.

"Ayok Pak keluar,"

"boss kamu itu saya bukan dia, bisa-bisanya kamu nurut sama dia." ucap Raka marah membuat Helen yang tadinya mau menuntun bossnya itu keluar ruangan jadi ia urungkan.

"ta-tapi Pak, ibu- eum..."

"Raka." panggil Nabila memotong ucapan gugup Helen dengan tatapan maut lurus ke arah Raka.

Raka melihatnya langsung menghembuskan napas kasar, lalu keluar ruangan di ikuti Helen di belakangnya. Saat pintu ruangan Raka terbuka ia melihat seorang perempuan sedang celingak celinguk jalan ke arahnya. Perempuan itu belum menyadari kehadiran Raka membuat lelaki itu berdeham.

"Cari siapa?" tanya Raka pada perempuan itu.

"Hah?"

"Who are you looking for?" tanya Raka lagi mengubah bahasa pembicaraan, ia mengira perempuam di depannya tidak mengerti bahasa indonesia.

"Ahh tidak mencari siapa-siapa, aku sedang melihat-lihat saja." jawab Rere sambil menyelipkan ujung rambutnya ke telinga.

"Eumm boleh aku bertanya sesuatu?" Raka mengangguk sambil menutup pintu ruangannya.

"Angle kerja disini sebagai apa?"

"Angle?" tanya balik Raka yang merasa asing dengan nama yang disebut oleh Rere.

"Iya, wanita yang kesini bareng kita tadi, yang meminta kunci pada bapak."

Raka yang menyadari sesuatu langsung menganggukan kepalanya, Nabila rupanya ingin bermain-main dengannya.

She's AGATHA. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang