Biasakan voment sebelum baca
ヾ(´︶'♡)ノ❣❣❣
Keduanya masuk dengan riang. Zeon membawa Aretha ke meja makan untuk bergabung dengan kelaurganya. Di sana keluarga kecilnya sudah memulai makan malam.
“Pa, Ma, Zeon bawa Aretha,” kata lelaki itu dengan percaya dirinya.
Aretha memandangi mereka bertiga dengan kikuk, tersenyum.
“Wih, Kak Aretha mau gabung sama kita? Sini, Kak,” ajak Vian melambaikan tangan pada Aretha agar segera duduk dan bergabung bersama mereka.
Zeon tersenyum melihat antusias Adiknya, wajah Feran juga terlihat senang. Tapi, tampang dingin Mamanya terlihat. Ia hendak membawa Aretha ke kursi di sebelah Vian, tapi suara Mamanya menghentikan semua.
“Jangan buat dia gabung dengan keluarga ini,” tegas Amel menunjukkan tatapan tajamnya pada Aretha.
Zeon memandangi Mamanya tak percaya. “Nggak sopan, Ma.”
Amel tidak peduli. “Suruh dia pergi, Zeon.”
“Ma …,” lirih Zeon, dia tidak menyangka Amel akan mengusir Aretha segitu kejamnya.
Tangan Feran terulur memegang salah satu bahu istrinya. “Apa susahnya membiarkan Zeon memilih orang yang dia suka.”
Amel mehempaskan kasar tangan suaminya. “Kamu selalu saja membela dia, aku sudah pilihkan Cheri untuknya. Sebentar lagi mereka akan menikah, Pa.”
“Papa nggak pernah setuju sama perjodohan gila itu hanya demi kenaikan pangkat di kantormu. Di mana hatimu? Pikirkan perasaan mereka juga,” cerca Feran membungkam suara istrinya.
Gadis itu menunduk gelisah, takut-takut pertengkaran mereka disebabkan olehnya.
“Bawa dia pergi, Zeon,” suruh Amel sekali lagi.
Karena tangan Aretha sejak tadi digenggam Zeon, gadis itu menunduk dan meremas tangan Zeon sebab takut. Zeon yang merasakan itu lekas menoleh, tanpa bertanya pun dirinya tahu Aretha ketakutan. Ia kembali menatap Mamanya.
“Mana ada tamu langsung diusir, Ma.”
Amel berdiri, mendekati dua anak muda. Ah, tidak lebih tepatnya dia menghampiri Aretha yang sedari tadi hanya menunduk takut. Tatapan beliau begitu dingin. “Saya harap ini untuk terakhir kalinya kamu menginjakkan kaki di sini. Kehadiran kamu itu cuma pembawa sial, Zeon sampai berani membantah perintah saya itu karna kamu.”
Zeon melepaskan cekalan di tangan Aretha, menahan kedua bahu Amel untuk berhenti. “Aretha nggak tahu apa-apa Ma, cukup.”
Amel menatap putranya. “Kamu masih membela gadis ini setelah dia mempengaruhi kamu untuk membatalkan perjodohannya. Dia buat hubungan kamu dengan Cheri retak, apa kamu nggak sadar itu?”
Sepertinya kesalahan besar bagi Zeon telah melepaskan genggamanya. Aretha merasa tidak ada pelindung di hadapannya. Ia seolah sendiri menghadapi semua ini.
Amel tidak memedulikan putranya, dia tetap mengusir Aretha. “Pergi dari rumah saya atau kamu saya seret.”
“Ma …,” lirih Zeon.
Hitungan detik berikutnya, Aretha langsung pergi. Zeon yang melihat itu hendak menghentikan Aretha, tapi lagi-lagi Mamanya melarang dengan menahan lengannya.
“Jangan pernah kamu dekati dia lagi.” Amel beranjak kembali duduk di kursi meja makannya.
Feran membuang muka kemudian melenggang pergi, istrinya itu sudah kelewat batas dengan mengusir tamu tanpa tahu alasannya. Sementara Vian seakan tidak melihat Amel sebagai Mamanya, yang dirinya lihat adalah wanita dewasa yang kejam dan tidak punya hati. Dia juga beranjak dari pijakannya menuju kamar.
Zeon sendiri langsung melenggang pergi setelah Amel duduk di kursi. Untuk kedua kalinya Mamanya itu melakukan kesalahan dan tidak dipedulikan oleh anggota keluarganya.
❣❣❣
Dia berjalan lunglai menuju pintu utama rumahnya sendiri. Tadi ia pulang naik taxi. Pelan dia membuka pintu, wajahnya sudah kusut tertekuk sejak keluar dari rumah Zeon. Apa ucapan Mamanya Zeon itu benar? Dirinya pembawa sial bagi banyak orang. Apa hidupnya sesial itu? Ah, intinya ia tidak bisa melupakan ucapan Mamanya Zeon. Wanita paruh baya itu ada benarnya mengenai sifat Zeon. Akhir-akhir ini cowok itu selalu baik padanya, bahkan Zeon sendiri yang bilang bila setelah perjodohan itu batal dia akan melamarnya.
Mungkin dirinya yang bodoh, bego, tidak bisa melihat sifat Zeon yang sesungguhnya. Sifat cowok itu susah sekali ditebak. Dia berjalan pelan akan ke kamar. Langkahnya terhenti karna Ayahnya menyerukan namanya. Aretha menoleh ke arah Timur, terlihat Ayahnya itu berjalan menghampirinya.
“Ada yang mau Ayah omongin sama kamu.”
“Apa?”
Bara menarik nafas dulu baru ia hembuskan, menatap putrinya itu dengan tatapan aneh. “Mulai saat ini, kamu jangan dekati Zeon.”
Blash, bagai seribu anak panah menghantam jantungnya. Aretha terkejut mendengar penuturan itu, untuk pertama kalinya Bara melarang dirinya. Dan itu sungguh larangan yang menyakitkan. Dia sampai berpikir bila ada pemisah yang memisahkan dirinya dengan Zeon.
Dengan gagap dia bertanya, “Ke-kenapa?”
Bara memegang kedua bahu putrinya. “Begini, Ayah pikir ada kesalahpahaman di sini. Zeon sudah jadian sama sahabat kamu, Dinni.”
Blash, sekali lagi hantaman panah itu menghunus jantungnya hingga tembus. Kaki Aretha langsung lemas mendengar itu, rasanya ia dapat merasakan darah segar mengalir dari jantungnya yang berlubang. Ia menatap Ayahnya tak percaya.
Mengetahui perubahan wajah putrinya, Bara tahu itu sangat menyakitkan. “Sepertinya Zeon juga bukan cowok baik-baik. Buktinya dia masih mendekati kamu padahal dia sudah memiliki Dinni. Ayah mohon, ya jangan dekati Zeon lagi.”
“Tapi, Yah ….”
Bara mengangguk paham. “Ayah tahu perasaan kamu, untuk kali ini turuti Ayah ya demi pekerjaan Ayah. Papinya Dinni mengancam Ayah akan dipecat dari kantor kalo sampai kamu tetap bersama Zeon.”
Aretha menurunkan tangan Bara dari bahunya, kemudian cepat pergi ke kamar. Dia langsung mengunci diri di dalam. Merebahkan tubuhnya di atas ranjang sembari memeluk bantal. Sulit di percaya jika semua ini terjadi dalam satu waktu. Bukanya baru hitungan menit yang lalu dirinya duduk berdua dengan Zeon, menikmati malam yang indah ini.
Siapa sangka malam yang menurutnya indah justru malam yang menyakitkan.
❣❣❣
21 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY GIRL FOR DEVIL (TAMAT)
Teen FictionAretha Dwi Bara. Seorang gadis manis dengan bentuk mata kacang almond. Hari-harinya tak luput dipenuhi oleh senyum manisnya. Dia memiliki taruhan dengan sahabatnya, memacari seorang mahasiswa baru di kampus. Bermula taruhan namun berakhir memperjuan...