8. HINGAR - BINGAR

16.2K 1.4K 57
                                    

[JANGAN LUPA FOLLOW, DAN VOTEMENT KALIAN UNTUK CERITA INI YAA❤️]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[JANGAN LUPA FOLLOW, DAN VOTEMENT KALIAN UNTUK CERITA INI YAA❤️]

•••

8. HINGAR - BINGAR

"Selamat pagi, Ma!"

Sapaan hangat itu datang dari Anzella yang melangkah menuju dapur dengan bersemangat. Wajahnya nampak berseri, diimbangi dengan senyuman ceria miliknya. Anzella membuka kulkas untuk mengambil sekotak susu. Pagi - pagi seperti ini dia memang tidak terbiasa sarapan nasi. Palingan susu dan roti.

Anzella menyajikan segelas susu untuknya, ia meneguknya dengan bersemangat, lebih tepatnya terburu - buru. Ia harus mengerjakan tugas yang tidak ia mengerti. Apalagi kalau bukan Geografi? Ia akan datang cepat untuk menyalin milik Dyan. Ah, temannya yang satu itu memang selalu rajin membuat tugas. Salah satu bandar jawabannya.

Ia duduk di sofa untuk memakai sepatunya sebelum berangkat. Pergerakanya seperti seseorang yang sedang dikejar sesuatu.

"Apa sih yang dikejar?" Ujar Mamanya.

"Biasalah, Ma. Menyangkut tugas." Anzella cengengesan.

Anzella bangkit berdiri, sekedar membenarkan penampilannya, seperti dasinya yang mereng sebelum ia mengambil tas ranselnya dan menggendongnya.

"Jalan kaki lagi?" Tanya Mamanya.

"Iya dong, biar badan sehat dan kuat." Kata Anzella mantap,"Kalau gitu Zella berangkat dulu ya, Ma!" Lanjutnya yang kemudian menyalimi punggung tangan Mamanya. Sebelum ia beranjak menuju pintu.

"Hari ini nggak usah jalan kaki." Kata Mamanya yang membuat pergerakannya terhenti dengan tangan yang berakhir di knop pintu. Anzella menoleh, menatap Mamanya yang duduk diatas sofa dengan tatapan bertanya - tanya.

"Terus naik angkot? Kasian uangnya, Ma. Uangnya bisa aku tabung buat tambah - tambah bayar SPP sekolah. Nggak apa, aku jalan ka————-"

       "Satria sedang dalam perjalanan menuju kemari. Kamu berangkat bareng dia ya?" Potong Mamanya, membuat deru nafas Anzella seketika memburu. Seperti adanya ancaman yang menghantam dirinya saat ini. Ia menggeleng cepat, kedua tangannya sibuk meremas ujung rok abu - abunya.

        "Ng-gak, Ma! Anzella nggak mau. Tolong cegah dia buat da-tang." Racau Anzella.

       "Dia punya niat baik untuk menjemputmu. Selagi ada kesempatan jangan ditolak. Lagian jarak dari rumah menuju sekolahmu itu cukup jauh." Ucap Mamanya dengan penuh arti.

KAZANTA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang