16 - T a m p a r a n

626 30 4
                                    

Plaaakk!

Tangan itu mendarat mulus di pipi Arser. Hanna yang sudah dikuasai amarah diam setelah menampar anaknya.

Ini adalah tamparan tangan dari Hanna yang pertama kalinya di pipi mulus Arser. Karena sebelumnya yang selalu menampar anaknya itu ketika pulang sekolah adalah Rendi-suaminya-hampir setiap hari, tapi kini dirinya lah yang menampar Arser-anak kesayangannya itu dengan penuh emosi.

"Maaf.." ucap Arser dengan wajah yang tertunduk takut, memegangi pipinya yang panas akibat tamparan keras barusan.

Ia tahu, Hanna datang ke kantornya dengan wajah penuh amarah hanya ingin memberinya peringatan karena tadi malam sudah melanggar aturan. Tamparan itu pantas Arser terima, karena dia memang salah.

"Mama nggak rela kamu ikutan jadi petinju lagi!" kata Hanna dengan tegas setelah diam beberapa saat.

Dia berteriak kencang, hingga Puspa dan Anggun yang sedang menguping pembicaraan mereka dari luar membelalakan mata kaget tak percaya.

"Ommo! Pak Boss petinju, Nggun, petinju!" Heboh Puspa sambil menepuk-nepuk bahu Anggun berniat ingin memberi tahu.

"Gue tahu, 'kan gue juga denger. Gimana, sih!?" kata Anggun setengah kesal, menyingkirkan tangan Puspa dari bahunya.

"Tapi, Pak Boss Qiyu kasihan, Nggun. Hidupnya pahit banget kek kopi, nggak ada manis-manisnya!" ucap Puspa prihatin. Memperhatikan tubuh Arser di sela-sela pintu yang sedikit terbuka.

"Lee Mineral kali, ah!" sahut Anggun sambil menoyor kepala Puspa pelan.

"Kasihan ya, Pak Boss Qiyu ditampar gitu sama calon mertua!" Puspa kembali memperhatikan mereka, terlebih lagi pada Boss-nya-Arser.

"Tai! Mimpi apa lo? Jelas-jelas Pak Boss Arser udah punya istri, mau jadi pelakor lo? Kayak si Zelfan, noh!" kata Anggun yang sedikit berteriak di telinga Puspa.

"Dih, ya nggak mau lah, Nggun. Ya kali, gue masih punya hati ya!" Puspa menyingkirkan kepala Anggun untuk tidak terlalu dekat. Geli, berasa horor bulu kuduk merinding.

"Oke, diem!" perintah Anggun yang langsung mendapat anggukan dari Puspa. Mereka masih fokus menguping pembicaraan Arser dan Hanna di dalam, padahal pekerjaan mereka sedang menumpuk minta dikerjakan.

"Kamu mau, kehilangan nyawa kamu lagi? Mau!? Koma terus nggak bangun-bangun, hah?" kata Hanna dengan mata merahnya.

"Abang capek, Ma! Mungkin mama anggap Abang itu kuat, tapi batin Abang kesiksa, Ma! Abang jadi petinju cuma buat pelarian, bukan apa-apa!"

"Ya, tapi karena itu kamu dulu hampir mati!"

"Ya, mungkin takdir Arser emang harus gitu, Ma."

Hanna mengernyit, tidak mengerti maksud dari ucapan Arser barusan apa?

"Maksudnya?" tanya Hanna memperjelas.

"Pergi dari dunia ini, dan menjemput Raina di sana! Arser juga pengin bahagia, Ma!" jawab Arser yang refleks membuat Hanna mengatupkan mulutnya tak percaya.

"Ngomong apa kamu barusan? Ha?!" tanya Hanna meminta penjelasan yang lebih jelas.

"Abang pengin bahagia," katanya sekali lagi, dengan bibir yang bergetar hebat.

Suami Yang Tak Diinginkan (on going)Where stories live. Discover now