🌳[ 13 | AFRAID ] 🌳

400 40 2
                                    

Setibanya di rumah, mereka semua sama-sama memilih diam. Menghindari kontak mata satu sama lain karena Mama tak tahu harus bereaksi bagaimana setelah perkataan Papa di mobil tadi. Wanita itu masih agak marah tapi berusaha terlihat baik-baik saja apalagi didepan Putrinya namun, sepertinya tidak semudah itu karena pada akhirnya malah terlihat canggung.

Papa masuk ke dalam rumah setelah memarkirkan mobil. Pria itu melirik Istrinya, dalam hati ingin menenangkan lagi tapi sepertinya ia akan memberi waktu terlebih dulu agar Mama meredakan marahnya. Akhirnya Papa juga masuk ke dalam kamar.

Mama dari arah dapur karena meletakan beberapa bahan ke dalam kulkas, jadi meliriknya. Yang tak lama ia menghela nafas. Dengan tubuh menghadap wastafel, memunggungi meja makan agar tak ada yang melihat air matanya yang kembali berjatuhan.

Jari-jarinya mengepal, mengangkat kepala sambil memejam. Mama tahu Papa mengkhawatirkan keselamatannya dan Jiwan tapi sampai berapa kali pun ia memikirkan itu, tetap saja tindakan yang dilakukan suaminya adalah salah. Dan entah mengapa rasanya berat sekali untuk mengikhlaskan.

Mama benar-benar bingung harus bersikap bagaimana sekarang.














Sementara itu, Jiwan yang masih mengantuk, mencoba mengabaikan dan langsung memasuki kamarnya. Merebahkan diri ke ranjang setelah mencuci kaki dan berganti pakaian. Jiwan mencoba untuk menutup matanya untuk melanjutkan tidur tapi tidak bisa. Kalimat Papa masih terngiang-ngiang di kepalanya hingga kini. Bukannya ia marah, Jiwan hanya masih shock.

Jujur saja sebenarnya Jiwan senang karena Papa sudah bisa berterus-terang pada Mama. Jiwan sama sekali tidak marah, hanya saja mendengar pertengkaran antara kedua orang tuanya membuat Jiwan agak gelisah. Ia takut jika orang tuanya akan bertengkar kembali seperti dulu dan malah berakhir berpisah.

Tidak!

Jiwan tidak ingin berpikir seperti itu. Ia yakin orang tuanya pasti bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri. Mereka sudah dewasa jadi tidak ada yang perlu ia khawatirkan. Benar, Jiwan tidak perlu khawatir.. karena itu ia mencoba memejamkan mata setelah menarik nafas dan mengeluarkannya, menenangkan diri.

Tetapi saat matanya baru saja tertutup, ponselnya berdering. Jiwan mendengus, mencoba bersabar. Dengan agak jengkel ia mencoba meraih ponselnya di atas nakas.




Saehyun:

|Jiwan cantik
21:45.

Apa?|

|Aduh, singkat banget sih jawabnya

Apa sih Hyun...|

|Kau sudah tidur?

Sudah|

|Hah?
|Terus yang jawab ini siapa?!?!?
|Hantu???

Tidak bisakah kau langsung|
ke intinya saja?

|Hehehehe
|Oke oke, jadi begini wan
|Aku......

|Loh kok, tidak dibalas sih? :((

Saehyun plis deh_-|
Ngomong saja aku mau tidur, ngantuk|
Cepat!|

|Iya iya sabar

|Jadi aku hanya ingin memastikan, besok kita jalan lagi ya?
|Bisa kan?

Hm, Oke|
Itu saja?|

|Iya

Kenapa tidak besok saja sih bilangnya?|
Besok kan sekolah|

IDOL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang