Nona Cantik

11 3 1
                                    

Dewa POV

Time Skip ...

Terhitung satu minggu sudah kepindahanku dari kampung ke Jakarta.
Selama satu minggu ini banyak yang sudah aku lalui, tinggal di Jakarta sebagai pendatang baru Bunda mengajariku tentang pentingnya rasa syukur dan juga bersilaturrahmi.

Seperti halnya pagi ini, bunda mengundang beberapa tetangga sekitar rumah juga seorang uztadz, bunda mengadakan acara selamatan/tahlil keci-kecilan.

Tidak ada yang istimewa dari acara ini, hanya acara sederhana sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dan juga bertujuan untuk mempererat tali silaturrahmi antar sesama umat beragama.

Bunda type wanita yang ramah dan mudah beradaptasi dengan lingkungan di manapun, bunda berada, oleh sebab itu banyak tetangga yang hadir di acara ini.

Setelah semua para tetangga hadir, acara pun dimulai oleh seorang Uztadz bernama Rhido, sambutan selamat datang, beliau ucapkan pada para tamu yang sudah berkenan hadir, juga tak lupa beliau mengucapkan selamat bergabung di lingkungan kompleks pada kami.

Selanjutnya beliaupun memimpin tahlil dengan begitu takzim dan diikuti oleh semua tamu yang hadir semuanya nampak hikmat melafalkan bacaan tahlil.

Tahlil berlangsung selama beberapa menit kemudian berakhir dengan panjatan do'a-do'a dari Uztadz yang diaminkan oleh kami semua.

Hidangan makanan dan minuman sederhana juga telah kami persiapkan, untuk para tamu.

Setelah itu aku dan ibu dibantu beberapa tetangga sekitar membagikan bingkisan sederhana ( berkat kalo orang jawa bilang ) pada masing-masing tamu yang hadir.

Tak lupa, bunda memastikan semua tamu telah menerima bingkisan masing-masing, kemudian mengisyaratkan pada Uztadz Ridho untuk menutup acara dengan panjatan do'a untuk kita aminkan bersama.

Tahlil berakhir dengan baik, semua tamu undangan bunda beberapa diantaranya ada yang berjabat tangan dengan bunda untuk sekedar berterimakasih juga mengucapkan selamat menghuni rumah baru kami.

"Terimakasih Aisyah, sudah cantik baik lagi!"
puji seorang ibu-ibu, tetangga kami, bu Ratih namanya.

"Sama-sama bu, sudah berkenan hadir dirumah saya," sahut bunda pada bu Ratih.

"Lain kali mampir ke rumah saya ya, kalau butuh apa-apa, mau tanya-tanya apa saja juga boleh, saya pamit dulu, Assalamualaikum," ucap ramah bu Ratih pada bunda.

"Insya'allah bu, Wa'alaikumu salam," sahut bunda tak kalah ramahnya.

Para tamu lain pun sama halnya dengan bu Ratih, mereka pun dengan senang menyambut kehadiran bunda dan aku di rumah yang ada di kompleks itu.

Acara pun selesai, aku melirik jam di pergelangan tanganku yang sudah menunjukkan pukul 07.30 WIT, yang artinya tigapuluh menit lagi aku sudah harus berada di bengkel tempatku bekerja.

"Bun, Dewa pamit juga ya, mau langsung ke bengkel takut telat," pamitku pada bunda.

"Ya sudah, hati-hati di jalan, jangan lupa baca do'a," ucap lembut bunda padaku.

"Assalamualaikum!" sambungku kemudian mencium tangan bunda.

"Wa'alaikum salam," sahutnya.

Pukul 07.45 WIT, aku sudah sampai di bengkel naik angkot seperti biasanya, karena aku sendiri masih menabung lagi untuk membeli motor sebagai alat transportasiku.

"Eh, udah dateng duluan lu De," sapa teman kerjaku, yang juga baru sampai, Andi namanya.

"Iya An, kebetulan dapet angkotnya cepet aku tadi," sahutku tersenyum ramah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dewa Cinta Dari KampungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang