Chapter 5

290 214 226
                                    

Siang itu, matahari terasa terik. Dua anak kecil sekitar umur 7 tahun tengah bermain ayunan dihalaman rumah yang luas. Yang perempuan naik ayunan, sedangkan yang laki laki mendorongnya.

"Dorongnya yang cepet dong nio!"

"Nggak boleh Nana. Nanti kamu jatoh, aku yang dimarahin."

Nana mengerucutkan bibirnya kesal. Namun, raut mukanya senang mendengar suara dentingan berulang ulang.

"Nio, itu pasti abang tukang es krim lewat. Beli es krim yuk!" ajak Nana antusias.

"Emang kamu bawa uang?" tanya Nio.

"Enggak, hehe. Pake uang Nio ya."

"Kamu ini kebiasaan. Yaudah ayo!"

"Beneran Nio mau beliin es krim buat Nana?"

"Iya."

"Asikk."

Mereka pun keluar gerbang rumah untuk membeli es krim. Dan ternyata penjual es krimnya masih berhenti didepan rumah tetangga yang tak jauh dari mereka.

"Kok abangnya masih disitu. Nio, kita kesana yuk!" ajak Nana.

"Enggak. Kita tunggu disini aja."

"Ihh, nanti kalo es krimnya habis gimana?"

"Enggak kok."

"Ayo kesana Nio." ajak Nana dengan menarik narik tangan Nio.

"Enggak. Kalo kamu maksa terus, gak jadi beli es krim nih." ancam Nio.

"Ihh, Nio kok gitu sih. Ya udah deh ditunggu disini aja." ucap Nana melepaskan tangan Nio.

Nana melipat kedua tangannya. Kakinya terasa pegal, ia lelah menunggu. Padahal ia berdiri belum lama. "Abang tukang es krimnya lama banget sih."

"Sabar dong Na. Bentar lagi kesini kok."

Tak lama kemudian penjual es krim itu lewat.

"Bang beli bang!" panggil Nana dan Nio.

Penjual es tersebut berhenti didepan mereka. "Iya dek. Adek mau es krim rasa apa?"

"Kamu mau rasa apa Na?" tanya Nio.

"Aku mau rasa coklat." jawab Nana semangat.

"Ok. Bang, rasa coklat dua ya."

"Siap dek." ucap penjual es krim dan kemudian menyiapkan es krim yang dipesan.

Penjual itu menyerahkan es krim yang sudah siap. "Ini dek es krimnya."

Nio pun menyerahkan uang pas. "Makasih ya bang."

"Iya dek sama sama." setelah mengatakan itu ia pergi dari hadapan mereka.

"Nio, es krimnya enak." ucap Nana yang es krimnya belepotan dimulutnya."

"Ya iyalah enak, kan aku yang bayar."

Mereka pun tertawa bersama

***

Suara bising dikelas membuat seorang gadis terbangun dari tidurnya. Shelina menguap dan meregangkan ototnya pegal, karena tidur dengan posisi yang kurang nyaman.

Ia terlihat bingung kemudian ingat kalo tadi pindah duduk dibangku Egi. Shelina pun menoleh ke kirinya dan tak ada Gavin disana. Lalu ia menoleh ke kanan, terlihat Mely dan Egi fokus pada hpnya masing masing.

DARK MEMORIESWhere stories live. Discover now