20. Ingkar

2.8K 145 14
                                    

Bel pertanda istirahat sudah berbunyi seluruh siswa SMA Merdeka langsung masuk ke kelasnya masing masing.

Sheila berjalan sendiri di koridor, menggumamkan lagu yang ia sukai akhir akhir ini tanpa di sadari ada yang berjalan di sampingnya.

"Sibuk sendiri lo!" Ucap seorang sembari menyentil kening Sheila.

"Sakit bocah!" Sheila mengusap keningnya yang terasa panas.

"Maaf cebol." Ucap Kenzo sembari menampilkan senyum menyebalkan.

"Gue ga cebol! Lo nya aja yang ketinggian!" Bantak Sheila tak terima di sebut cebol.

"Tetep aja lo bagi gue pendek." Kenzo menjulurkan lidahnya lalu berlari.

Sheila yang melihat tingkah Kenzo hanya bisa mendengus, ia belok memasuki kelasnya lalu duduk di samping Rey.

Tak berselang lama guru memasuki kelas 11 IPA 1, semua siswa mendengarkan apa yang guru jelaskan, ralat tak semua nyatanya ada yang pura pura mendengarkan ada yang diam diam tidur dengan buku yang sengaja di berdirikan agar tak terlihat guru seperti yang di lakukan oleh laki laki yang berada di samping Sheila.

Tumben sekali Rey tertidur saat jam pelajaran biasanya ia akan marah marah jika Sheila tertidur. Tanpa di sadari Sheila menatap Rey dengan kagum, semua yang berada di wajah Rey terpahat dengan sempurna.

Rey yang baru bangun melihat Sheila yang sedang menatapnya tanpa berkedip bahkan tak menyadari ia sudah terbangun hanya diam tak berkutik. Sampai sampai...

"Sheila Reyhan kalian mendengarkan saya tidak?" Suara tegas yang berasal dari guru berkepala botak mengintrupsi mereka.

Sheila terpelonjat begitupun Rey namun laki laki di samping Sheila ini pandai menyembunyikan ekspresi.

"De-denger pa." Ucap Sheila terbata sedangkan Rey hanya diam tak bersuara bahkan tatapan tetep datar seperti biasa.

Guru berkepala botak itu lebih memilih menjelaskan kembali materi di bandingkan memarahi dua muridnya hanya buang waktu.

Kriiinggg... Kriiingggg

Bel pertanda pelajaran berakhir akhirnya berbunyi menggema di seluruh penjuru sekolah. Semua siswa langsung berhamburan.

"Lo balik sama gue tapi gue mau rapat tentang tanding dulu oke?" Ucap Rey pada Sheila yang sedang membereskan alat tulisnya.

"Nanti pas gue udah nunggu lo lama terus lo jemput pacar lo gimana?" Tanya Sheila sembari mengangkat satu alisnya.

"Dia sama supirnya gue janji sekarang lo balik sama gue." Kata Rey meyakinkan, akhirnya Sheila hanya mengangguk.

Rey mengantar Sheila kedepan sebelum ia pergi untuk rapat pembahasan tanding basket satu minggu lagi.

"Gue ga akan lama." Rey menepuk pucuk kepala Sheila pelan.

Jam terus berputar tak terasa sekarang sudah jam 15.30 sekolah sudah sangat sepi tapi Rey dan yang lain belum keluar juga. Setelah menunggu Rey datang dengan tas yang hanya di sampirkan pada pundak sebelah kanan.

"La sorry tadi Dita telfon gue supirnya ga bisa jemput jadi gue mau jemput dia maaf ya lo bisa pulang sendiri kan?" Tanya Rey dengan gampangnya.

"Dita ga bisa nebeng ke temen temen nya?" Tanya balik Sheila.

"Temen nya uda pada pulang." Jawab Rey

"Terus lo ngebiarin gue di sini sendiri hah?!" Suara Sheila naik satu oktaf.

"Lo bisa minta jemput Andra! Jangan manja!" Bentak Rey lalu meninggalkan Sheila sendiri.

Sheila mematung mendengar perkataan Rey, sungguh ucapan Rey sangat menohok hatinya. Selama ini Rey tak pernah  membentak Sheila sekarang hanya karena masalah sepele Rey membentak Sheila? Sheila salahkah jika ia marah karena Rey lebih mementingkan Dita di banding dirinya yang sudah menunggu dengan lama? Tanpa sadar air matanya jatuh.

Temen Apa Temen✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora