v. kerja kelompok berakhir kapok.

1.4K 375 89
                                    

aku pernah dulu sekali sekelompok sama danar, aku kira bakal selesai dengan baik karena 'kan danar juga orang pinter (bukan dukun sih), eh ternyata gak selesai dengan baik juga. kita baru selesai kerkel jam satu pagi, hal itu dikarenakan beberapa faktor yang kalau dijabarkan dengan poin-poin bakal menyangkut:

1. danar berisik.

hal ini berpengaruh sama kinerja kerja kelompok, mana waktu itu cuma berdua. bikin makalah yang materinya lumayan susah, aku menolak kalau dia yang ngerjain doang. karena kalau begitu, bisa-bisa diakhir namaku nggak ada. #danarkejam. makanya aku minta kerjainnya bareng-bareng, eh tapi dia malah main-main selama kerja, dan marah-marah. aku gak ngerti nanya, tapi dia balasin dengan kalimat marah-marah.

udah nanya lima kali kamu neng astaghfirullah hal adzim apa aku pulang aja???

2. danar nggak bisa serius.

waktu itu aku nanya, salah satu lembaga negara gitu tapi asing. makanya nanya kan, dia balesin dengan kalimat.

nanya terus ciumnya kapan?

habis itu tentu aja aku bales dengan, “tuhan pasti lagi nangis kalau denger kalimatmu ini.

3. kita nggak pernah satu frekuensi.

maksudnya disini tuh, aku mau bebek, dia maunya ayam. padahal jelas lebih enak bebek ———oke serius. waktu itu mikirin tema besar yang mau kita ambil dalam makalah, aku ngotot sama keinginanku dari awal, begitupun dia. akhirnya selesai dengan cara suit (jelas aku yang menang).

iya, udah segitu aja poin-poin penjabaran betapa ngeselinnya dan lamanya kalau kerja kelompok sama danar. makanya setelah itu aku nggak mau lagi tuh kerkel sama itu brokoli satu. tapi kali ini aku lagi sial, sialan si haya lagi nggak masuk, gak ada yang memadai selain———

“neng, mau bareng apa nunggu dipanggil bu heni buat dipilihin?”

aku bingung. sampai si jikra ancang-ancang mau manggil danar, aku buru-buru tarik tangan pemuda oktober itu. “bareng!”

sumpah kalian harus tahu segimana ngeselinnya muka danar waktu aku pilih dia, bangga gitu. kemudian dikasih tahu tugasnya ngapain, oh bikin poster doang, gampang. paling kelar pulang sekolah inimah. untung aja gak neko-neko.

“kalau bagus posternya bakalan di pajang di mading sekolah,” kata bu heni terakhir.

aku nepuk bahu danar, “udah, gak usah ekspektasi tinggi-tinggi.”

dia cuma ngangguk doang.

posternya udah 60% selesai, ini juga kita kerjain waktu lagi jam kosong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

posternya udah 60% selesai, ini juga kita kerjain waktu lagi jam kosong. hari ini aku lihat danar diem aja, kaya kenapa aja. kaya bukan danar kahuaru.

aku senggol tangannya, “kenapa?”

“mau duit.”

tuh 'kan gak jelas, padahal mah yang lain pasti. udahlah aku diemin aja sampai dia mau cerita sendiri.

tapi sampai posternya selesai dan kita udah ngumpulin pun senyumnya gak nampak juga, apa gara-gara ketinggalan kacamata ya? atau malah gara-gara tadi pagi roti isi seresnya aku makan semua? ah biasanya begitu juga tetep senyum sambil eneng-eneng kaya apa aja.

ini anak kira-kira kenapa ya.

“pulang sama siapa?” aku tanya, takut 'kan tiba-tiba nebengin cewek siapa gitu.

soalnya mau nebeng, he he.

dia menoleh, “sama salma. mau nebeng ya?”

tuh benar. aku langsung mengurungkan niat ikut pulang, pura-pura memasang muka sok judes. “nggak, nanya aja. tumben sama cewek?” kataku langsung bertanya.

soalnya kalau nggak aku, paling cuma si haidar yang nebeng. apa dia deket sama cewek gak bilang-bilang? padahal aku kalau menaruh kagum sama satu manusia aja bilang. dih.

“soalnya aku suka cewek.”

ya tau. “iya atuh itumah tahu, kalau suka pacar orang baru serem.”

“memang kenapa kalau pacar orang?” dia bertanya, posisinya kita daritadi lagi jalan untuk pulang, habis ngumpulin poster jadi langsung balik aja. ketua kelas juga begitu bilangnya, yaudah.

koridor masih sepi karena belum pada pulang, kelas kita doang. masih siang, sedang panas-panasnya sebab si matahari masih sibuk nangkring di atas sana. mendistraksi pandanganku pada wajah danar yang sialnya lebih tinggi. sinarnya langsung masuk ke penglihatan.

“mau jadi pebinor?”

dia asal ngangguk.

aku pukul pelan lengan atasnya, “asal aja kalau ngapa-ngapain.”

diam sebentar, akhirnya aku tanya dia kenapa seharian gak senyum. gak betah euy, kaya bukan danar, beneran deh.

ko witra pulang lusa.”

kaget, aku langsung berhenti sebentar. “tuhkan kamu kaget!” kata dia, narik tanganku tiba-tiba. ih sumpah dong kok?

kami pegangan tangan ke parkiran, aku dengerin dia cerita sambil diam aja. gak sadar juga masih pegangan, sampai disana baru aku lepasin, ih daritadi kaya mau nyebrang dong?!

danar diam dulu di depan motornya, nyetopin kala yang mau menjalankan motornya ke gerbang. katanya anya nebeng, aku dititipin dong. senyum ajalah, mana gak kenal si kala deket. hadah danaaaar!!

“nya, kalau menang poster. aku minta cium ya?”

“ngapain sih ada ada aja.”

aku salting kalau kamu mau tahu, danar kalau minta beginian gak pernah kode-kode. langsung aja gitu bilang, ijin dulu tapi lucunya. aduh, yakali aku ijinin langsung.

walau mau dikit. bercanda.

“terakhir kali.”

aku lirik si kala sekali lagi yang sudah siap pakai helm, ngeliatin gerbang dia. menunggu aku. aku jalan mundur pelan-pelan, “kalau menang, ya?”

sore itu juga akhirnya danar menyungging senyum. walau acara pulangnya bukan bareng aku, malah cewek lain. tapi untungnya si danar bisa senyum, gak apa-apalah tebar harapan, supaya satu raga seneng sorangan.





•••

temen temen ini kayanya bakal lebih panjang, aku tambahin satu part

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

temen temen ini kayanya bakal lebih panjang, aku tambahin satu part.. kalian jangan ngambek ya?! iya!!!

kenal danar, yangyang. ✓Where stories live. Discover now