22. Ungkapan Cinta Verro

65 12 7
                                    

Gak komen gak keren.
Gak vote apa lagi

--o0o--

Dirga terbaring lemah di atas ranjangnya dengan selimut tebal yang membungkus tubuhnya, tak lupa pula dengan kain basah di atas keningnya. Sejak kepulangannya dari rumah Alya, suhu tubuh Dirga menjadi panas, tubuhnya pun menggigil. Karena itu malam ini Sarah menemani tidur putra tunggalnya itu. Sedari tadi Dirga bersin-bersin dan mengeluh kepalanya sakit, membuat Sarah khawatir padanya. Tetapi ketika Sarah menawarkan untuk pergi ke rumah sakit, Dirga bersikeras untuk tetap di rumah saja.

Sarah mengelus surai hitam Dirga, mata Dirga sudah terpejam sedari tadi tetapi, Sarah tidak meninggalkannya karena Dirga yang meminta Sarah untuk tetap berada di kamarnya. Sarah adalah ibu yang baik, ia begitu menyayangi Dirga. Kalau begini, mereka terlihat seperti karakter Nemo dan Ayahnya. Justru jika Dirga sehat, ia dan Sarah terlihat seperti bawang putih dan ibu tirinya, bukan Sarah yang memerankan ibu tiri tetapi Dirga.

"Dirga ... besok nggak usah sekolah dulu ya, Nak." Sarah mengelus rambut Dirga penuh kasih.

Dirga hanya diam, kepalanya sakit, hatinya pun ikutan sakit.

--o0o-

Bel sekolah sudah berbunyi lima belas menit yang lalu, Alya duduk di bangkunya dengan gelisah, sedari tadi ia sibuk melihat ke arah pintu kelas yang terbuka. Dirga, cowok itu belum juga memunculkan dirinya di hadapan Alya. Membuat Alya berpikir sesuatu terjadi pada cowok itu, entahlah Alya rasa sesuatu itu bukanlah hal yang baik.

Sasha menyentuh bahu Alya. "Alya ... lo kenapa?"

Alya tersadar dari pikirannya, menoleh pada Sasha dan menggeleng pelan. "Nggak ... enggak pa-pa kok."

"Ada yang mencari tapi gengsi mengakui," lontar Leon yang duduk di belakang Alya. Lantas Alya melirik Leon dengan sudut matanya. Dalam diam, Alya mengakui hal itu. Ia juga bingung entah kenapa tiba-tiba ia merasa ingin tahu keadaan Dirga saat ini.

"Baik anak-anak, kita akan mulai bab baru. Oh iya sebelum itu, Sasha tolong absennya diantar ke meja piket. Hari ini Dirga sakit." Bu Sarah menjawab pertanyaan yang ada di dalam kepala Alya. Bahkan Alya sendiri tidak sadar kapan guru sekaligus Mamanya Dirga itu memasuki kelas.


--o0o-

Lapangan sudah dipenuhi oleh siswa kelas Alya, hari ini jadwal mereka untuk olahraga. Maka dari itu saat ini Sasha menunggui Alya mengganti baju olahraganya. Sedari tadi Sasha mengomel di depan pintu karena Alya sangat lama.

"Al, mau olahraga apa mau kondangan? Lama amat," seloroh Sasha ketika Alya keluar dari kamar mandi sambil tercengir.

Mereka jalan beriringan dalam keadaan diam. Alya merasa ada yang kurang dengannya hari ini. Ada sesuatu yang mengganjal perasaannya. Ada hal yang harusnya terjadi tetapi malah tidak terjadi, harusnya ada seseorang. Namun, hari ini orang tidak muncul. Alya risi ketika Dirga mengganggunya tetapi, kini ia gelisah karena Dirga tidak mengusiknya. Jadi tidak bersemangat.

Di koridor, Alya terus saja bergelut dengan pikirannya sendiri. Kemarin, Dirga habis berkelahi dan ada luka di sudut bibirnya. Namun, ia malah hujan-hujanan. Pasti saat hujan kemarin lukanya perih kena air. Itu yang Alya pikirkan saat ini.

"Alya ...." Alya berhenti, ia berbalik menghadap Sasha.

"Iya?"

Garis Takdir [END]Where stories live. Discover now