••PROLOG••

38K 2K 175
                                    


VOTE DAN COMMENT DARI
KALIAN ITU BERHARGA BANGET BUAT AKU:)

PLIS BACA SECARA BERTAHAP YA
BIAR GREGET. PART NYA MASIH LENGKAP KOK JADI JANGAN TAKUT KALO ADA PART YANG DI HAPUS ❗

Selamat membaca!!
---------

Pikirannya sudah tak karuan. Sepertinya semesta sangat senang bermain-main dengannya. Masalah satu persatu berdatangan padanya, tanpa meminta izin pada pemiliknya. Lelah rasanya untuk menghadapi hari-hari berikutnya.

Jika ada tombol on of kehidupan, mungkin ia akan mengaktifkan tombol of sementara. Ia ingin menenangkan isi hatinya yang kacau balau. Jika sudah tenang, mungkin akan kembali ia on kan.

Ah, rasanya itu mustahil.

Kaki jenjangnya terus melangkah tak tau kemana. Tatapannya kosong kedepan, entah apa yang dipikirkan oleh perempuan itu. Berjalan di koridor SMA Lentera yang tak ada satu murid pun di koridor tersebut, mungkin karna jam pelajaran tengah berlangsung. Perempuan itu memilih membolos, rasanya jika kut pelajaran pun tidak akan masuk ke otak.

Entah dapat dorongan dari mana kakinya melangkah ke arah rooftop. Dahi nya mengernyit saat mendapati seorang lelaki tengah duduk membelakanginya. Perempuan itu sangat kenal dengan perawakan lelaki di hadapannya. Memantapkan hatinya dan menghela napas, lalu melangkahkan kakinya mendekati lelaki itu.

"Al," ucap perempuan itu saat sudah berdiri di sebelah lelaki yang tengah terduduk dengan mata terpejam sembari menyenderkan kepalanya di kursih yang sudah lusuh.

Lelaki itu membuka matanya perlahan saat indra pendengarannya mendengar ada seseorang yang memanggil namanya. Menoleh kesamping dan mendapati Chaca yang tengah menatap kearahnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Lo kenapa si? Ngomong sama gue, Al."

Lelaki itu beranjak dari duduknya dan berdiri dihadapan Chaca. "Gue gak papa," jawabnya dengan suara berat.

Chaca tertawa sumbang. "Lo tiba-tiba berubah kaya gini itu kenapa? Please jawab, gue butuh jawaban dari lo!" titahnya.

"Pengen aja," jawab Alres sekenanya sembari memasukan kedua tangannya kedalam saku celana abu-abunya.

"Dari sekian banyak jawaban kenapa lo jawab gitu?!" kata Chaca geram.

Menaikan kedua alisnya. "Bukan urusan lo kan?"

Chaca tak habis pikir dengan lelaki di hadapannya. "Lo selama dua minggu kemana?" tanya Chaca berusaha sabar.

"Emang lo siapa harus tau tentang gue?"

"Gue gak ngerti sama jalan pikir lo!" kesal Chaca.

Alres hanya mengedikan bahunya acuh sebagai balasan.

"Terus kenapa lo perlakuin gue seakan lo suka sama gue? Seakan cuma gue yang ada di hidup lo?!" gertak Chaca lantang seraya menatap tajam netra lelaki dihadapannya.

Alres mengedarkan pandangannya lalu menatap pada Chaca. "Gak seharusnya lo percaya sama apa yang gue lakuin ke lo, lo lupa siapa gue? Bukannya lo selalu bilang kalau gue playboy, cewek gue dimana-mana. Harusnya lo mikir gue dulu kayak gitu bukan ke lo doang."

Dadanya seakan ditusuk ribuan anak panah saat mendengar jawaban yang keluar dari mulut Alres. Seketika kenangan bersama Alres berputar jelas di kepalanya. Ia tak habis pikir dengan lelaki di hadapannya. Menggelengkan kepalanya sembari menahan tawa. "Pasti lo bercanda."

"Gue gak ada waktu buat bercanda sama lo," kata Alres, dingin.

Chaca menggelengkan kepalanya kuat-kuat, matanya berkaca-kaca, sepertinya air matanya akan keluar dari persembunyiannya.

Tepat! Satu tamparan berhasil mengenai pipi Alres, membuat wajah lelaki itu sedikit menoleh kesamping. Alres mengusap pipinya lalu kembali menatap pada Chaca.

"Brengsek!" Chaca mendorong dada bidang Alres membuat lelaki itu mundur beberapa langkah. "Hati gue bukan mainan yang bisa lo mainin seenaknya!" Berbalik badan dan melangkahkan kakinya meninggalkan Alres.

Melangkahkan kakinya cepat, ia tak mau menangis di hadapan lelaki brengsek itu. Dan benar saja, air matanya lolos dari persembunyiannya.

Tak lain dengan Alres. Raut wajah lelaki itu seketika berubah. Menatap sayu punggung perempuan yang semakin jauh darinya. "Sial." Mengusap wajahnya kasar seraya menendang bangku lusuh didekatnya dengan penuh emosi.

"Maaf."

***

ALRES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang