16 - WHY?!

4.6K 473 80
                                    

Chaca, Fani, dan Adel tengah berjalan ke perpustakaan. Tadi Chaca ingin pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku. Tapi kedua temannya memaksa untuk ikut.


Di kejauhan mereka sudah melihat Dara dan kedua temannya sedang menatap tajam ke arahnya. Tapi Chaca tidak mempermasalahkan itu. Ia tetap berjalan maju.

Saat melewati Dara. Tangan Chaca dicekal oleh Lala membuat pergerakannya terhenti.

Satu tamparan tepat mengenai wajah Chaca. Membuat Chaca memegang pipinya yang panas. Tamparan Lala benar-benar kencang menghasilkan suara yang nyaring.

"Apaan si lo?!" tanya Fani emosi.

Dara tertawa remeh. "Gue udah peringatin sama temen lo itu! Buat jauhin Alres!"

"Eh dengerin ya mie burung Dara! Alres aja udah gak mau lagi sama lo! Alres yang ngedeketin Chaca bukan Chaca yang ngedeketin Alres. Jadi lo salahin Alres! Bukan Chaca!!" gertak Fani tak terima jika sahabatnya diperlakukan seperti itu.

"Jaga ucapan lo ya!" tunjuk Dara tepat didepan wajah Fani.

"Suka suka gue lah. Gak takut gue sama lo!!"

Dara mengangkat satu tangannya, berniat untuk menampar wajah Fani. Tapi tangannya ditahan lebih dahulu oleh Chaca. "Lo kenapa sih, Dar?!" tanya Chaca menghempas kasar tangan Dara.

Dara tersenyum meremehkan. "Kenapa lo bilang?! Alres jadi kasar ke gue. Itu semua pasti gara-gara lo kan?! Ngaku lo!"

"Gue gak pernah mau di deketin Alres. Alres yang ngedeketin gue! Jadi lo salahin Alres, bukan gue!" kesal Chaca. Ia benar-benar malas berurusan dengan Dara dan antek-anteknya.

"Pede banget lo ya," kata Lala tertawa.

"Diem lo Lalapo!" tunjuk Fani.

"Awas aja lo!" Dara berbalik badan diikuti kedua temannya.

"Lo gak papa Cha?" tanya Adel.

Chaca tersenyum dan mengangguk, "Gak papa. Santai aja."

"Emang sarap tuh bocah!" teriak Fani ke arah Dara.

***

"Key Kakak pergi dulu ya?"

"Iya Kak. Lagian mamah lagi tidur kok."

Chaca mengusap puncak kepala Keysha dan berjalan keluar menghampiri Elvan. Tadi saat pulang sekolah Elvan meminta Chaca untuk menemani nya makan malam bersama keluarganya. Senang? Tentu saja. Mungkin Elvan akan memperbaiki hubungannya yang dulu, pikir Chaca.

"Van, udah lama?" tanya Chaca saat sudah berdiri di hadapan Elvan.

"Nggak kok, baru dateng. Gimana, siap?" tanya Elvan tersenyum.

"Siap dong!" jawab Chaca semangat. "Tapi kok gue deg-degan ya?"

"Tenang aja. Keluarga gue gak mukul," kata Elvan tertawa.

Chaca memukul bahu Elvan, membuat Elvan tertawa renyah. "Dih gak gitu maksudnya," kata Chaca.

"Iya-iya. Ya udah yu." Elvan meraih tangan Chaca dan membawanya masuk ke mobil.

***

Kerlap-kerlip lampu memenuhi ruangan itu. Dentuman musik begitu kencang menyapa setiap insan yang tengah melingkuk-lingkukan badan nya diatas dancefloor. Bau alkohol menyeruak masuk ke indra penciumannya.

"Van, kenapa kita ke sini?" tanya Chaca panik. Sungguh. Baru pertama kali Chaca pergi ke club seperti ini. Bau alkohol begitu memabukkan baginya.

"Udah sini!" Elvan menarik tangan Chaca. Mau tak mau Chaca pun mengikuti Elvan dari belakang.

Mereka berdua duduk di meja yang disediakan disana. Setelah beberapa menit Elvan izin untuk ke kamar mandi, akhirnya Elvan datang membawa dua botol alkohol di tangannya. Membuat Chaca was-was saat itu juga.

Elvan meletakan dua botol itu di meja dan menuangkannya di gelas yang tadi sempat ia bawa lalu menyodorkan ke arah Chaca. Membuat Chaca menggeleng cepat "Minum!" suruh Elvan.

"Gak mau Van." Chaca menggelengkan kepalanya cepat.

"Gue bilang minum ya minum Cha!"

Lagi-lagi Chaca menggeleng. Elvan geram dan menggebrak meja di depannya membuat Chaca terpelonjak kaget. "Minum!"gertak Chaca.

"Gak mau!!" Chaca membalikkan badannya berniat untuk pergi tapi tangannya lebih dulu di tahan oleh Elvan.

"Mau kemana, hm?" tanya Elvan. Suara nya begitu menyeramkan membuat Chaca merinding saat itu juga.

"Van, gue mau pulang. Gue gak mau disini," lirih Chaca. Ia takut sekaligus risih karna sedari tadi banyak laki-laki belang menatap lapar ke arahnya.

Elvan mengikuti arah pandang mata Chaca, lalu lelaki itu tersenyum remeh. "Duduk mangkanya. Kalo lo gak mau, gue bakal kasih lo ke orang-orang di sini. Gimana?" tanya Elvan menaikan satu alisnya.

Chaca melotot saat itu juga. Bagaimana nasibnya jika Elvan benar memberinya kepada laki-laki hidung belang itu. Membayangkannya saja membuat Chaca takut.

"Van ... kenapa lo jadi kaya gini si?" kata Chaca tak percaya atas pemikiran laki-laki dihadapannya.

"Bukan urusan lo! Udah sini!" Elvan menarik tangan Chaca ke tempat semula. Kini kedua nya tengah duduk, Elvan kembali menyodorkan gelas berisi Alkohol itu.

"Minum!!" titah Elvan.

Chaca menggeleng. Matanya berkaca-kaca, takut.

"Minum sialan!" teriak Elvan membuat Chaca takut setengah mati.

Elvan menghampiri Chaca. Memegang rahang perempuan itu dan mendongakan kepala Chaca. Mulut Chaca dipaksa untuk membuka. Awalnya Chaca tidak mau membuka mulutnya tapi cengkraman dirahang nya semakin menguat. Membuat Chaca merasa kesakitan. Mau tak mau Chaca membuka mulut nya. Elvan pun langsung meminumkan minuman Alkohol kemulut Chaca.

Ini sudah gelas keempat. Membuat Chaca teler saat itu juga. Seluruh tubuhnya lemas tak berdaya. Membuat sudut bibir Elvan tertarik. Menggendong perempuan itu keluar dari Club. Memasukan Chaca ke mobilnya dan mengendarai mobilnya meninggalkan area club.

Sekitar lima menit di perjalanan. Akhirnya kedua nya sampai di sebuah hotel mewah. Elvan menurunkan Chaca dan kembali menggendong tubuh gadis itu memasuki hotel.

Kamar no 125. Elvan mengetikan password dan masuk ke kamar itu. Disana sudah ada satu orang lelaki bertubuh kekar tengah duduk santai. Elvan menjatuhkan tubuh Chaca di atas kasur.

"Nikmatin!!" teriak Elvan kepada laki-laki itu. Lalu melenggang pergi meninggalkan hotel.


ALRES Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon