9 - JATUH CINTA?

6.9K 645 76
                                    

Guru di kelasnya tidak masuk, membuat Chaca bingung harus melakukan apa. Jika biasanya para siswa akan senang jika ada jamkos, tapi itu tak berlaku pada Chaca. Menurutnya, jamkos itu membosankan.


Perpustakaan. Ya! Itu tujuan dia. Perpustakaan adalah tempat dirinya menenangkan hati dan isi pikirannya. Perempuan itu berjalan keluar kelas, melewati kelas demi kelas yang sepi karna belajar mengajar tengah berlangsung.

Tapi saat melewati kelas IPA-5, kelas itu sangat berisik, membuat Chaca menggelengkan kepalanya. Pasti kelakuan ketiga lelaki bobrok itu. Chaca melangkahkan kakinya cepat, bisa gawat kalo dia bertemu kembali dengan lelaki menyebalkan itu.

Tak butuh waktu lama, akhirnya ia hampir sampai di perpustakaan. Tapi tatapannya teralihkan kearah lorong menuju kelas IPS, disana ada seorang lelaki dan perempuan tengah berjalan berdampingan dengan jari yang saling ditautkan satu sama lain.

Chaca yakin itu Elvan. Mengalihkan pandangannya kearah perempuan yang berjalan di samping mantan pacarnya, Chaca sangat bisa menebak siapa perempuan itu. Pasti itu Sila, terlihat dari rambutnya yang di kuncir kuda, karna itu adalah ciri khas seorang Sila.

Bohong kalo Chaca bilang ia tak cemburu. Perasaannya pada Elvan tak berkurang sedikitpun, sama seperti dulu. Walau ada rasa kecewa di lubuk hatinya, tapi percuma saja, rasa cintanya lebih besar dari rasa kecewanya.

Tangannya ditarik dari belakang, membuat Chaca tergopoh mengikuti arahan si penarik.

Seorang lelaki menyentil dahi Chaca pelan membuat sang empunya mengaduh. "Kalo cemburu, gak usah diliatin," katanya.

"Lo tuh kenapa si selalu ngikutin gue?!" tanya Chaca kesal.

"Siapa juga yang ngikutin lo," jawab Alres cepat.

Memicingkan matanya. "Terus ngapain lo kesini?"

”Terus lo siapa ngelarang gue buat kesini, hm?" tanya Alres mengikuti gaya bicara Chaca.

"Lo tuh sehari aja gak usah bikin gue darting, bisa gak si?!" kesal Chaca.

"Lo jangan marah mulu, bisa gak si?!" ujar Alres menuruti apa yang Chaca katakan.

"Lo tuh nyebelin banget si!” kata Chaca menghentakkan kakinya kesal.

"Lo tuh kenapa gemesin banget si," kata Alres, tangan kananya mengacak gemas puncak kepala Chaca.

"Berantakan." Chaca menjauhkan tangan Alres dari kepalanya, tapi Alres malah semakin menjadi-jadi mengacak rambut Chaca. Chaca geram, perempuan itu langsung menonyor dahi Alres lumayan kencang, membuat Alres mengaduh.

"Lo tuh gak ada lembut-lembutnya ya jadi cewek," kata Alres sembari mengusap dahinya.

"Terus? Masalah buat lo?" tanya Chaca membulatkan matanya kearah Alres.

"Gue kan jadi tambah suka," kata Alres dengan senyum menyebalkan di bibirnya.

"Ngawur!" cetus Chaca. Perempuan itu sengaja menubruk bahu Alres dan berjalan meninggalkan Alres.

***

"Jadi jarang basket kita," ujar Eric kepada kedua temannya, saat ketiganya tengah duduk di salah satu bangku di kantin.

ALRES Donde viven las historias. Descúbrelo ahora