Pagi ini begitu cerah, secerah senyuman Gendhis ketika turun dari taksi online yang mengantarkannya hingga depan lobi kantor Perwira travel. Akhirnya setelah beberapa waktu Gendhis tidak berangkat kerja karena sakit, hari ini dia kembali ke kantor megah itu. Beberapa karyawan yang datang bersamaan Gendhis menyapa gadis itu dengan ramah. Gendhis tentu membalas dengan senyum dan sapaan terhangatnya.
Gendhis memasuki gedung bertingkat itu dengan langkah girang, kemudian segera melenggang menghampiri meja resepsionis. Dita sudah siap di tempatnya. Resepsionis kepercayaan Arnesh itu selalu datang paling awal, karena absen karyawan dia yang pegang. Menyadari kedatangan sekretaris sang atasan yang sudah beberapa lama ijin karena sakit, mata Dita membulat sumringah.
"Gendhis!" pekik Dita sembari mengembanhkan senyumnya "Apa kabar lo? Udah sembuh?"
"Kalo belom sembuh gue nggak bakal ada di sini kali, Ta!" jengah Gendhis kemudian terkekeh.
""Iya, ya!" Dita meringis "By the way, ada apa lo nyamperin gue? Biasanya juga lo langsung masuk ke ruangan lo. Kangen ya lo sama gue?"
"Kangen banget!" Gendhis memasang wajah sok cute "Sampe kebawa mimpi malah!"
Dita terkekeh "Sok imut lo!"
"Becanda!" Gendhis mulai serius "Gue mau minta semua jadwal meeting klien yang di cancle pak Arnesh selama gue nggak masuk, dong! Gue mau reschedule secepatnya!"
"Banyak banget loh, Ndhis! Biar gue aja. Lo kan abis sakit!" tolak Dita.
"Itu kan tugas gue, Ta. Lagian gue udah sembuh seratus persen. Jadi lo tenang aja, gue sanggup ngerjain semuanya. Lembur juga gue jabanin!" sombong Gendhis.
"Tapi pak Arnesh nyuruh gue yang ngerjain. Tar gue diomelin pak Arnesh kalo dia tau lo yang ngerjain!"
"Itu kan kerjaan gue, kenapa mesti lo yang ngerjain?" Gendhis menggeleng "Nggak! Lo nggak boleh ngerjain apa yang bukan jadi kerjaan lo. Harus gue yang selesaiin!"
"Kalo pak Arnesh sampe ngasih gue SP gara-gara ini, lo yang gue makan tar!" ancam Dita.
"Nggak bakal! Udah, siniin file-nya!" tangan Gendhis terulur meminta apa yang menjadi tugasnya.
"Kepala batu emang, lo!" cibir Dita "Tunggu bentar, gue ambil file nya!"
Setelah menunggu beberapa saat, Dita seleai dengan kegiatannya mencari file meeting yang di cancle Arnesh kamudian menyerahkannya pada Gendhis.
"Ada 23 klien yang harus di reschedule jadwal meetingnya. Dua di antaranya perusahaan besar rekomendasi dari pak Perwira, papinya pak Arnesh. Lo harus bener ati-ati kalo atur ulang jadwal sama dua perusahaan itu. Salah ngomong dikit, bisa-bisa mereka langsung minta batalin kerjasamanya. Udah pasti pak Perwira bakal marah besar kalo sampe batal!" tutur Dita.
"Tenang aja! Serahin semua ke gue!" sombing Gendhis lagi.
"Iya, gue percaya deh kalo udah lo yang ngomong ke mereka! Pak Arnesh yang sedingin kutub utara aja bisa luluh sama lo, apalagi cuma klien!" cibir Dita.
"Paan sih?!" jengah Gendhis.
"Serius kali, Ndhis! Sekretaris-sekretaris pak Arnesh sebelum lo, nggak pernah ada yang seselengekannya kaya lo. Semuanya takut dan segan sama pak Arnesh. Nah lo? Sama boss nggak ada takut-takutnya, kadang malah nggak sopan. Tapi anehnya pak Arnesh nggak pernah marah sama lo. Yang ada malah pak Arnesh keliatan lucu karena kesel udah lo jahilin!" Dita terkekeh.
"Dih, pagi-pagi udah ngajakin ghibah! Yang dighibahin atasan sendiri lagi!" cibir Gendhis "Gue nggak mau nambah dosa ya!"
"Gue nggak ghibahin orang kali! Ini kenyataan!" terang Dita.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Boss [ COMPLETED ]
RomanceBagaimana jika seorang pimpinan perusahaan travel ternama jatuh hati kepada seorang sekretaris magang yang usianya jauh di bawahnya? Kendala restu keluarga, status sosial, hingga perbedaan usia akankah membuat mereka menyerah untuk memperjuangkan k...