Sebelas

148 37 14
                                    

▪▪▪▪

"Astaga! Aku lupa mengunci mobil," ujar Sean, saat ia dan Sodam sudah mendekati motel.

"Lalu bagaimana?" tanya Sodam.

"Sepertinya aku akan kembali." Sean menghentikan langkah.

"Mau kutemani?"

"Tidak usah. Sebaiknya kau kembali ke motel, Herin dan yang lain pasti sudah menunggu," titahnya.

"Ya sudah." Sodam akur, ia pun meneruskan langkahnya. Sementara Sean kembali ke mobil.

Setelah beberapa menit berjalan tiba-tiba perasaan Sodam mulai tidak enak. Instingnya mengatakan sesuatu yang buruk akan terjadi, tanpa berpikir panjang ia pun menyusul Sean dengan larian kecil.

Sodam membulatkan mata begitu sampai di sana, plastik di tanganya terlepas begitu saja. Napasnya mulai tak teratur saat melihat Sean menyandar di pintu mobil dengan tangan yang memegangi perut.

"Darah. S-senior!" seru Sodam sedikit terbata. Ia tak langsung menghampiri Sean. Matanya mencari sosok manusia di sekitar parkiran. Namun, tidak ada siapa pun yang bisa dimintai pertolongan. "Siapa yang melakukan ini?"

Sean tidak menjawab. Wajahnya memucat akibat kehilangan banyak darah. Dengan cepat Sodam memapah Sean kembali ke motel.

Tok! Tok!

"Buka pintunya, cepat!" seru Sodam dari luar.

Ceklek!

Pintu terbuka.

Deg!

Aera terbeliak kaget. "A-apa yang terjadi?" tanyanya sedikit terbata saat melihat darah di baju Sean.

Herin yang tadinya terbaring lemah tiba-tiba bangkit, di waktu bersamaan juga Rein keluar dari kamar kecil.

"Nanti akan kuceritakan, sebaiknya obati dulu lukanya," ujar Sodam. Perlahan ia membaringkan Sean ke atas kasur.

Aera mendekat. Ragu-ragu ia menggerakkan tangan untuk mengangkat baju yang menutupi perut Sean. "I-ini." Pupilnya membesar saat melihat luka Sean yang mulai membiru.

Sodam memalingkan wajah, tidak sanggup melihat kondisi Sean saat ini.

"Ada apa?" tanya Rein sembari melangkah pelan menghampiri ranjang. "Kerambit runcing," ujarnya setelah melihat kondisi luka di perut Sean.

"Apa itu?" tanya Sodam dengan kening yang berkerut.

"Apa kau membeli bir atau soju?" Rein balik bertanya.

"Ada di plastik," jawab Sodam.

Rein beringsut untuk mengambil kaleng bir, setelah itu ia kembali ke sisi ranjang dan terus menuangkan bir tersebut ke luka Sean.

"Arh!" Sean merintih kesakitan. Lukanya mengeluarkan sedikit asap. Perlahan ia menutup mata, tak sadarkan diri.

Rein keluar dari kamar. Beberapa saat kemudian ia kembali dengan membawa perban dan langsung membalut luka di perut Sean, dibantu Aera.

"Hah!" Rein mengembus napas lega.

"A-apa Senior S baik-baik saja?" tanya Herin khawatir.

"Dia akan baik-baik saja," jawab Rein.

"Lalu apa itu kerambit runcing?" tanya Sodam.

"Entah harus kujelaskan dari mana, tapi yang pasti itu milik pembunuh yang sedang mempermainkan kita saat ini," ujar Rein. "Psycho gila itu ada di sini dan selalu mengawasi gerak-gerik kita. Kalian tidak boleh lengah, jika tidak ingin kejadian seperti ini terulang."

The Investigation: Playing With Blood (Random)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang