dua puluh empat.

9.3K 564 44
                                    

"Hai, aku Via. Kau?" tanya Via sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya kearah Pita.

"Aku Pita," Pita membalas uluran tangan Via sambil tersenyum.

Setelah kejadian dimana ia bertemu dengan Winda dan Cecilia. Brandon langsung menarik tangan nya menuju tempat dimana semua orang berkumpul lalu ia bertemu dengan Via, calon istri Xander. Alvito pun tidak terlihat dari tadi, entah dimana pria itu berada.

"Apa kau menyukai pestanya?" tanya Via. Perempuan berambut pirang menyapanya dengan begitu ramah.

Pita mengangguk pelan. "Pestamu sangat mewah. Aku suka," ucapnya sambil tersenyum sopan kearah Via.

Via menggandeng tangan Pita. "Walaupun kita baru saja bertemu aku akui aku langsung tertarik padamu. Sepertinya kita akan menjadi teman yang baik," ucapnya dengan semangat.

Pita terkekeh pelan. "Tentu," balasnya.

"Besok aku akan mengadakan pesta untuk para gadis. Kau harus ikut," ucap Via. "Kau harus tau pesta disini sangatlah menyenangkan. Kau tidak boleh melewatkannya sedikit pun,"

Pita mengangguk pelan. "Tentu. Aku akan datang," balasnya. "Terima kasih atas undangannya,"

"Aku tidak sabar menantikan itu," ucap Via dengan semangat, perempuan yang banyak berbicara dan memiliki semangat yang membara.

Pita tersenyum tipis. Ia tampak mencari keberadaan Alvito yang tidak batang hidungnya sedari tadi.

"Hai," sapa Xander. Ia memeluk pinggang Via lalu mengecup bibirnya. Xander datang dengan pakaian yang rapih terlihat begitu tampan dan cocok dengan Via yang sangat cantik dan imut itu.

"Kau menikmati pestanya Pita?" tanya Xander.

Pita tersenyum tipis. "Aku suka. Terima kasih," ucapnya.

Xander tersenyum tipis. "Baby, beberapa temanmu sudah datang. Kau tidak mau menemuinya?" tanyanya.

Via mengangguk dengan semangat. "Kalau begitu aku akan menemui mereka. Pita, jangan lupakan pesta besok. Kau harus datang," ucapnya pada Pita.

Pita mengangguk pelan lalu Via berjalan menjauhinya. "Kau bertemu dengan ibu Alvito?" tanya Xander, ia memasukkan tangannya kedalam saku jasnya.

Pita mengangguk lalu menatap bingung. "Kenapa?" tanyanya.

Xander menggeleng. "Aku hanya ingin kau tetap bersama Alvito. Kau tau, dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Aku tau kau menyukai Alvito juga," ucapnya.

Pita terdiam. "Apa terjadi sesuatu?" tanyanya.

Xander mengangkat bahunya. "Kalaupun ada kalian pasti bisa melaluinya," ucapnya.

"Hanya saja perasaanku tidak enak," ucap Pita dengan khawatir.

Xander menepuk puncak kepala Pita. "Jangan biarkan perasaanmu menjadi kenyataan," ucapnya.

"Kalau begitu aku pergi dulu. Jangan percaya apa yang kau lihat. Karena wajah polos seseorang tidak menentukan isi hatinya juga," ucapnya Xander.

Pita memandang punggung Xander yang menjauh darinya. Ia pun menghela nafas pelan.

"Semoga saja tidak terjadi sesuatu," gumam Pita sambil memegang dadanya yang bergemuruh.

"Semoga saja,"

∆∆∆

"Kau darimana?" tanya Pita saat Alvito datang menghampirinya.

"Sedikit ada masalah," ucap Alvito. Ia menatap tajam kearah teman Cecilia yang kini menatap remeh kearah Pita.

"Jika ada seseorang yang menindasmu katakan padaku. Aku akan dengan senang hati menghancurkan nya," ucap Alvito.

Pita mengerutkan keningnya. "Memangnya siapa yang akan menindasku?" tanyanya bingung.

"Seorang sampah," balas Alvito sambil memandang dingin kearah segerombolan gadis yang tengah berkumpul.

"Kau menikmati pestanya?" tanya Alvito mengalihkan topik.

Pita mengangguk. "Calon istri Xander sangat cantik," ucapnya. "Via mengundangku besok,"

Alvito mengangguk. "Aku juga. Xander mengajakku untuk pergi ke tempat para bujang berkumpul," ucapnya.

"Apa disana banyak wanita seksi?" tanya Pita.

Alvito mengangkat bahunya. "Entahlah. Aku tidak pernah kesana. Tapi jika ada wanita seksi disana bukankah aku sudah menemukan satu disini?" tanyanya dengan jahil.

Pita menyikut perut Alvito dengan kuat hingga membuat pria itu mengaduh kesakitan. "Aku serius," ucap Alvito.

"Terserah," balas Pita dengan ketus.

Alvito memeluk leher Pita. "Apapun yang terjadi aku tidak akan melepaskan mu untuk pria manapun," ucapnya.

Pita mengerutkan keningnya namun tidak membalas semua perkataan Alvito.

"Jangan khawatir. Aku akan menjagamu," ucap Alvito sambil mengecup kening Pita.

Dari kejauhan tampak Cecilia menatap kesal kearah mereka. Ia tengah berkumpul dengan teman-temannya.

"Aku tidak akan membiarkan kau bahagia," ucap Cecilia sambil tersenyum miring.

"Tenang saja. Kita akan memberikan pelajaran untuk jalang itu," balas Ginta.

"Benar. Besok bukankah pesta semua gadis. Kita akan membuat gadis itu menangis besok," sambung Helena.

Cecilia tersenyum miring. "Tentu. Kita akan memberi pelajaran untuk sampah itu," ucapnya.

Disisi lain...

"Aku akan ke kamar mandi dulu. Kau tetap disini jangan pergi kemanapun," ucap Alvito.

Pita mengangguk lalu Alvito mengelus rambutnya. "Aku hanya pergi sebentar," ucapnya sambil melangkah menjauh.

Alvito yang kini berada di kamar mandi menelpon seseorang. "Aku memintamu untuk menjaga kekasihku," ucapnya.

"Gadis imut itu? Tentu saja. Serahkan padaku," ucap Fio.

"Jangan sampai kekasihku terluka disana besok," ucap Alvito.

"Tenang saja kakak sepupu. Aku akan menjaganya. Sudah lama sekali aku tidak memberikan pelajaran untuk tunangan mu yang sombong itu," balas Fio.

Alvito terkekeh. "Aku pegang janjimu," ucapnya.

Alvito langsung memutuskan sambungan teleponnya. Ia menggenggam erat ponselnya.

"Berani menyentuh Pita kau akan mendapatkan ganjarannya," gumamnya.

∆∆∆
TBC

My Arrogant Billionaire [END] [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang