Day 1

445 43 20
                                    


Lee Jeno berdiri di balkon rumahnya daritadi, hanya diam tanpa melakukan apapun, tapi matanya juga tidak lepas memandang rumah didepannya. Keadannya yang seperti itu memancing Lee Haechan datang untuk menghampiri lalu menepuk bahu Jeno.

"Woi," yang ditepuk bahunya menengok.

"Apa?"

"Ngapain sih daritadi diem doang disini? Udah mau sejam tau kalau diitung," tanya Haechan heran.

Jeno kembali mengalihkan pandangannya pada rumah tersebut. "Ngeliatin rumah itu," Haechan ikut menengok kearah yang dimaksud Jeno.

"Emang kenapa rumahnya?"

"Gak tau, aneh aja gitu," Haechan mengerutkan kening.

"Apaan sih, apanya yang aneh? Sama aja kok kayak rumah lain, sama-sama berpintu, beratap, berdinding, berjendela, cuman beda warna, beda yang buat, beda yang nempatin, beda isinya―"

"Berisik banget et, udah sih liatin aja." Jeno memotong ucapan Haechan sekaligus memasang wajah datar.

"Ngapain kudu ikut ngeliatin? Orang kagak ada apa-apaan," protes Haechan lagi.

"Diem dulu ngapa sih, Chan, tunggu orangnya keluar, penasaran."

"Udah liat orangnya aku mah," Jeno menengok penasaran.

"Emang? Kapan?"

"Pas dia baru dateng kemaren, lagi nurunin barang, aku baru balik dari rumahnya Eric. Pas kenalan, namanya Huang Renjun, dia tinggal disana sama temennya juga, yang aku belom tau namanya," jelas Haechan sambil mengikuti kegiatan Jeno mengamati rumah tersebut.

"Trus trus, orangnya gimana?"

"Orangnya kalau diliat-liat sih.. Diem-diem gitu―eh! Itu Renjunnya keluar! Renjun!" Haechan melambaikan tangannya.

Selain Jeno yang menengok, orang yang dimaksud Haechan juga menengok. Renjun baru saja keluar dari rumahnya, tersenyum balas melambaikan tangan.

"Mau kemana?" Tanya Haechan dengan suara yang agak kencang karena beberapa kendaraan terus-menerus lewat daritadi.

"Ke warung, Chan. Itu temen kamu yang tinggal sama-sama juga?" Renjun menunjuk Jeno yang daritadi hanya diam.

"Oh, iya! Ini namanya Jeno, Jeno itu Renjun, say hi!" Haechan menepuk punggung Jeno.

Jeno mendelik kearah Haechan sebelum menyapa tetangga depan rumah tersebut. "Salam kenal, Renjun."

"Salam kenal juga, Jeno. Pergi dulu ya."

Haechan menjadi satu-satunya yang melambaikan tangan semangat mengiringi langkah Renjun yang mulai meninggalkan rumahnya.

"Kalem-kalem gitu kan, kayak kata aku tadi, keliatan banget," ucap Haechan ketika Renjun sudah hilang dari pandangan mereka.

"Hmm.. Iya sih, tapi Chan, perasaan aku aja apa bukan nih ya, mukanya keliatan pucet gak sih?" Tanya Jeno.

Haechan terlihat menjetikkan jarinya. "Nah, iya tuh! Dari awal pas kenalan, aku juga liatnya―"

"BOOM!"

"MAMAH!"

Na Jaemin tertawa lepas, melihat kedua targetnya sama-sama terkejut karena suaranya tadi. Jeno yang berpegangan erat pada pagar balkon dan Haechan yang sampai terjatuh. Keduanya sama-sama memasang wajah terkejut.

"AHAHAHAHAHAH NGAKAK BANGET! KOMUK!"

"Kambing emang," Haechan menepuk-nepuk celananya yang sedikit kotor karena ulah Jaemin barusan.

"Na, jangan gitu elah, kaget," keluh Jeno.

Jaemin masih cengar-cengir. "Lagian serius banget diliatin, gosipin siapa? Aku ya? Uwaw, pahalaku nambah dong!"

"Geer banget si tulang paus ini," sungut Haechan sebal.

"Ayo dong kasih tau ngomongin apaa.." Jaemin menggoyangkan masing-masing lengan kedua temannya.

"Ngomongin rumah depan," jawab Jeno.

"Oh ya? Emang kenapa sama rumahnya Yangyang?" Pertanyaan Jaemin mengundang tengokan heran dari kedua temannya.

"Yangyang siapa lagi? Perasaan namanya Renjun," protes Haechan.

Jaemin mendelik tidak terima. "Renjun siapa pula? Namanya Yangyang tau."

Jeno menggelengkan kepalanya mendengar obrolan kedua temannya itu. "Bodoh banget sih.." Gumamnya.

"Apaan, Jen?"

"Kagak, kalian pikir aja sih, kata Haechan ada dua orang dirumah itu, kalau dia kenalnya Renjun, berarti Jaemin kenalnya yang satu lagi, si siapa? Ayang?"

"Iya, yang," Jaemin melayangkan fly kiss pada Jeno.

"Heh sadar gender bodoh!" Haechan menoyor kepala Jaemin.

"Ih apaan sih, Chan, iri bilang boss." Jaemin menjulurkan lidahnya.

Kemudian dia teringat dengan pertanyaannya tadi. "Eh, emang kenapa sama rumah mereka woi? Blom dijawab nih."

"Gatau tuh, Jeno yang mulai, aku baru join nih." Haechan menunjuk Jeno dengan dagunya.

Sadar sedang menjadi pusat perhatian yang lain, Jeno menghela napas. "Aku juga gak tau alasan tepatnya ngeliatin rumah itu.."

Mendengar kalimat Jeno yang terkesan menggantung, Haechan dan Jaemin masih menyimak dalam diam, menunggu yang paling tua diantara mereka itu melanjutkan kalimatnya.

"Tapi.. Masa iya sehari sebelumnya baru dibangun, besoknya langsung jadi?"









t̴̨̡̘̮͖̏͠h̷̜̻̺͕̦̾͝a̷̛̙̥̯̟̱̣̙̋̿̑͋̒̋͘t̷͔͍͓̭̙̂̌̆̆͗̊̓͂̋̕ ̵̨̘̹̙͉̞̘̰̝̀͠ͅh̶̪̗̟̪̭͍͎͈̗͂ͅó̷̢̜̤͚̞͕͔̖̌̀͊͋ų̶̨̢͇̮̱̩̜͖̃͋̄̇͐ͅs̶̛̟̐̔̋̽͌̿̏͐͜ẻ̶̢̛͍̠͕̩̥̯͍̓̈́̑̌̑͝͝


[ ; ] hiyaa aku bawa cerita lain dengan cast lain juga! gimana gimana? sama bosennya kan kayak cerita sebelah? oh ya karena di deskripsi 'ngilang dalam lima hari', jadi setiap chapter itu satu hari ya, liat judul chapter-nya gan. gamau banyak-banyak biar cepet selese:") 

baru saja di republish

That House [NCT/WayV]✔Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα