Day 5

192 38 19
                                    


Hari ini adalah hari yang sangat sibuk, baik untuk Jeno, Haechan maupun Jaemin. Tugas kuliah juga presentasi bertumpuk dalam satu hari, deadline. Tidak ada waktu untuk mereka memerhatikan keanehan rumah juga tetangga depan rumah mereka tersebut.

Pagi-pagi, Jeno sempat melihat kearah rumah tersebut sebelum berangkat kuliah. Keadaannya baik-baik saja, tidak ada glitch seperti kemarin. Juga Jeno tidak menemukan drone yang kemarin diketahui keberadannya oleh Haechan.

Drone tersebut berada tepat diatas rumah ketiganya, dengan jarak yang lumayan jauh dari atap. Dari benda tersebut, terlihat sinar merah yang berkedip-kedip―menandakan bahwa drone tersebut dalam kondisi menyala―yang tetap terlihat walau jaraknya lumayan jauh.

Walaupun drone tersebut menyala, belum bisa dipastikan kalau drone tersebutlah yang memancarkan hologram―namun juga tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena tidak terlihat pancaran sinarnya.

Jeno masih ingin memerhatikan lebih lama, tetapi karena seruan Jaemin yang menyuruh orang-orang dirumah untuk bergegas berangkat, Jeno harus menghentikan kegiatannya. Mereka bertiga sama-sama masuk pagi hari ini.

Pagi itu terlihat baik-baik saja, tetapi tidak dengan siang menjelang sore harinya.

Diawali kembali dengan Haechan yang berlari-lari menghampiri Jeno dan Jaemin yang baru selesai membersihkan diri usai menyelesaikan jadwal kuliah mereka.

"JENAA!!"

"Et si tutup kaleng sarden, Jena jadi nama perempuan tau!" Jaemin menyerukan protesnya yang sempat tertunda kemarin.

"Apaan lagi? Soal rumahnya?" Tanya Jeno ketika melihat raut wajah Haechan yang nampak sangat antusias dan serius dalam bersamaan.

"Drone-nya ada lagi!"

Kali ini mereka langsung terburu-buru menghampiri balkon rumah untuk melihat drone yang dimaksud Haechan. Benar saja, drone yang kemarin dibicarakan terlihat melayang diatas atap rumah mereka.

"Lemparin apa coba, biar ngetes itu drone beneran nyambung sama rumah itu gak," usul Jaemin.

Mendengar itu, Jeno langsung mengambil salah satu batu hias yang terdapat dipojok balkon rumah mereka, kemudian dia sudah siap untuk melempar.

"Liatin rumahnya," Haechan dan Jaemin serempak mengangguk.

Jeno langsung melempar batu tersebut kearah drone diatas, sekali percobaan meleset. Haechan bagai bertugas sebagai pengisi peluru, menyodorkan lebih banyak batu untuk Jeno lempar, sedangkan Jaemin sibuk bolak-balik memerhatikan drone lalu rumah didepan lalu kembali pada drone, begitu seterusnya.

Percobaan kedua meleset.

"Jeno, jangan buang-buang batunya dong! Bagus tau!"

Percobaan ketiga meleset.

"Atuhlan, Jen. Hokus pokus, Lee Jeno!"

Percobaan keempat meleset.

Jaemin kemudian memegang kedua bahu Jeno, menatap pemuda itu serius yang ditanggapi tatapan heran.

"Tenang, Jen, tenang. Itu drone udah aku tandain, gak bakal kabur. Sekarang ambil napaass.. Gak usah buang―eh, eh, jangan dilempar dong, Chan.."

Haechan melotot, tangannya siap melempar batu kearah Jaemin. "Serius ya, troli anjlok."

"LAKUIN JEN!" Jeno berjengit kaget karena seruan tiba-tiba Jaemin.

"Kaget kambing! Iya, iya, ambil napas.. Buang.."

Setelah dirasa cukup tenang dan fokus, Jeno kembali siap untuk melempar. Dan kali ini tidak meleset, batu yang dilempar telak mengenai drone diatas sana, yang membuatnya langsung bergerak tidak karuan, juga membuat Jaemin langsung memusatkan perhatiannya pada rumah dihadapan sana.

"Rumahnya oemge!" Serunya kemudian.

Sesuai perkiraan mereka, rumah tersebut terlihat goyang, berpindah tempat bahkan melayang. Melihat hal tersebut, entah apa yang membuat ketiga pemuda itu saling merapatkan diri satu sama lain, pandangan mereka tidak lepas dari rumah tersebut.

Ada yang lebih mengejutkan, ternyata daritadi ada Renjun juga Yangyang dibawah sana, dihalaman rumah depan tersebut, melihat kearah ketiganya. Dan yang lebih penting, keduanya ikut berpindah mengikuti gerak rumah tersebut.

Sudah jelas, rumah juga penghuni didepan sana adalah hologram dan drone tersebut yang memancarkannya.

"R-Renjun s-sama Yangyangnya.. Astaga.." Haechan sampai kehilangan kata-kata melihatnya.

Kejadian tersebut masih terus berlangsung sampai akhirnya drone tersebut kembali melayang stabil, membuat hologram yang dipancarkannya juga kembali stabil, berada ditempat yang seharusnya.

"H-hahaha.. Lucu.." Jeno tertawa garing, benar-benar tidak percaya apa yang barusan dilihatnya tersebut.

"Gila, gila, ini lebih gila dari Jaemin," ujar Haechan.

"Ssstt.. L-liat Renjunnya.." Bisik Jaemin pelan, seakan takut ucapannya didengar Renjun juga Yangyang, padahal jauh darinya.

Dibawah sana, Renjun terlihat memerhatikan mereka, dengan senyum tenang mengembang diwajahnya, namun tidak dapat membuat ketiganya tenang sama sekali. Sedangkan Yangyang hanya menatap datar ketiganya tanpa minat.

"Kalian udah tau semuanya.." ucapnya, terdengar pelan namun bisa terdengar jelas.

Jeno tidak berkedip, Haechan merinding karena menahan buang air kecil, juga Jaemin yang tersenyum kaku dengan tangannya yang sangat erat memegang lengan Jeno.

Tangan Renjun terangkat, melambai perlahan.

"Sampai jumpa lagi.."

Lalu semuanya menghilang. Rumah. Renjun. Yangyang. Drone.

"APA APAAN?!"








t̴̨̡̘̮͖̏͠h̷̜̻̺͕̦̾͝a̷̛̙̥̯̟̱̣̙̋̿̑͋̒̋͘t̷͔͍͓̭̙̂̌̆̆͗̊̓͂̋̕ ̵̨̘̹̙͉̞̘̰̝̀͠ͅh̶̪̗̟̪̭͍͎͈̗͂ͅó̷̢̜̤͚̞͕͔̖̌̀͊͋ų̶̨̢͇̮̱̩̜͖̃͋̄̇͐ͅs̶̛̟̐̔̋̽͌̿̏͐͜ẻ̶̛͍̠͕̩̓̈́̑̌̑͝͝


[ ; ] YAY SELESAI UWU! TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA CERITA DENGAN TAGAR TIDAK JELAS DI PERINGKAT SATU! Kalian harusnya gak baca ini cerita serius deh:") ini bener-bener sesuai imajinasiku dari awal cerita ini~ oh ya, maap kalau Yangyang gaada dialognya:") karakternya aku buat begitu soalnya:")


Sincerely thanks,

rveynws.


June 13, 2020.

That House [NCT/WayV]✔Where stories live. Discover now