Part 60 (Last) ~ Sebuah Akhir

645 71 28
                                    

DUA TAHUN KEMUDIAN

Myungjun tengah sibuk dengan desain rumah yang tengah dikerjakannya. Di sebuah kafe yang siang ini cukup ramai pengunjung, Myungjun seakan tak terganggu. Justru suara musik yang diputar di kafe ini, juga suara obrolan para pengunjung seakan memberikannya inspirasi untuk bisa menyelesaikan gambar desainnya.

Dering ponsel menghentikan gerakan tangannya yang tengah mengarsir, lalu jarinya menggeser ikon hijau untuk menerima panggilan tersebut.

"Halo, selamat siang Tuan Choi! Desainnya? Oh, sudah siap tentu saja. Anda tidak perlu khawatir soal itu. Nanti sore saya antarkan desainnya. Di mana? Black Gold Resto? Baik, Tuan Choi. Ya, selamat siang!" Myungjun mematikan panggilan tersebut.

"Telepon dari siapa?"

"Aish! Kaget! Sejak kapan kamu di sini?" Seorang perempuan sudah duduk di depannya dengan tatapan mengintimidasi.

"Sejak Oppa bilang 'Halo'. Telepon dari siapa?" Perempuan itu kembali bertanya dengan wajah kesal.

"Klien," jawab Myungjun singkat. Kembali melanjutkan pekerjaannya yang hampir selesai tanpa memedulikan perempuan itu.

"Bagus, ya, telepon dari klien diangkat, giliran telepon dariku nggak," ujarnya menggerutu.

"Memang kamu nelepon?" tanya Myungjun, tanpa sedikit pun mengalihkan pandangannya dari kertas A3 yang ada di meja.

"Dari tadi Oppa ... sampai berapa puluh itu aku nelepon, tapi nggak ada satu pun yang diangkat," rajuknya. Myungjun hanya mengedikkan bahu dan tak ingin memusingkan masalah kecil yang sedang dibesar-besarkan oleh perempuan di depannya ini.

"Kalau aku nggak nelepon Jinjin Oppa dan tanya Oppa ada di mana, aku pasti nggak bakal tahu sekarang Oppa lagi di sini. Lagian Oppa kenapa, sih, suka banget kabur-kaburan dari aku?"

Oh, jadi ini semua Jinjin penyebabnya. Padahal sedari pagi ia sengaja tidak mengabari perempuan ini supaya pekerjaannya tak diganggu. Dan sekarang, berkat mulut ember Jinjin, perempuan ini bisa ada di depannya dan mengomel tak habis-habis. Myungjun mendelik pada pemuda yang tengah memamerkan cengirannya dari balik counter yang sedang mengelap gelas. Jinjin keterlaluan sekali memang.

"Oppa dengar aku ngomong nggak, sih?" pekik perempuan itu cukup keras. Untung tak sampai mengganggu pengunjung yang lain.

"Apa?" Oke, Myungjun akui, memang tak ada satu pun perkataan perempuan itu yang didengarnya.

"Aku bilang aku mau hari Sabtu ini kita rayain anniversary kita."

"Anniversary apaan, sih?" kesal Myungjun.

"Masa Oppa lupa? Hari Sabtu besok anniversary satu bulan hubungan kita."

"Iya, terus?"

"Ya aku mau dirayain pokoknya."

"Kamu bercanda? Kita bukan lagi remaja yang sampai harus rayain anniversary setiap bulan, Suyeon!"

Iya, Suyeon dan dirinya memang sudah sebulan ini menjalin hubungan. Bukan lagi sebatas kakak adik, tapi hubungan seorang kekasih. Katakan Myungjun gila karena mencoba membuka hati untuk perempuan yang sangat terobsesi dengannya itu.

"Oppa tahu nggak, sih, betapa bahagianya aku waktu Oppa bilang mau coba buka hati untuk aku? Sepuluh tahun lebih aku bertahan untuk Oppa dan akhirnya harapanku terwujud. Apa cuma mau rayain anniv itu salah? Aku cuma mau—"

Ucapannya terhenti karena ponselnya berdering. Panggilan dari asisten dokter yang biasa menemaninya melakukan operasi. Dengan berat Suyeon pun menerima panggilan itu.

RUN || ROCKY ✔Where stories live. Discover now