3

1.1K 159 33
                                    

"Udah ngak usah nangis malu diliatin orang!" kata Juna, Airin hanya diam sambil menyeka air mataya.

"Kalau gak siap ninggalin rumah, kenapa mau nikah segala!" omongan singkat dari Juna itu mampu menghancurkan hati Airin.

"Kenapa ngeliatin? Gak suka? Mau ngelawan? Gak sopan ya sama suami," kata Juna saat mendapati Airin menatapnya dengan dalam.

"Ndak gitu Mas..," kata Airin "Udah jangan nangis, drama banget," kata Juna lalu memejamkan matanya.

***

Saat tiba di Jakarta Airin dan Juna dijemput oleh Yerin dan supir.

"Mbak Irin!" teriak Yerin sambil melambaikan tangan, kedua orang itu berpelukan dengan hangat.

"Udah gak usah drama lagi! Buruan panas ini!" kata Juna protes "Nyebelin banget sih!" kata Yerin bergumam sebal.

"Mbak.. Seneng gak ke Jakarta?" tanya Yerin "Seneng," kata Airin sambil tersenyum.

"Dia nyesel Yer, tadi nangis di pesawat," kata Juna masih bertahan dengan nada ketusnya.

"Ya iyalah! Orang Mas Juna ketus banget! Udah kayak cewek lagi PMS aja!" kata Yerin.

"Jawab Mbak.. Biji duren ini kan yang bikin Mbak nangis!" kata Yerin sambil menunjuk Juna.

"Biji duren?" tanya Airin bingung "Liat aja bentu palaknya gepeng gak jelas, mirip biji duren," kata Yerin.

"Biji mata loh bodol! Gak sopan ya jadi anak!" kata Juna marah "Yeh! Emang bener!" kata Yerin tak mau kalah.

"Urusin tu boddy loh yang kayak triplek kejemur," kata Juna.

"Anjeeng emang kau ya!" kata Yerin mulai emosi "Mau mati kau ya! Siapa yang ngajarin mulut itu!" kata Juna juga ikut emosi karena perdebatannya dengan Yerin itu.

"Loh.. Non Airin kok nangis?" tanya Mang Eman yang tadinya sibuk menyetir, mendengar itu kedua kakak beradik itu sontak menoleh Airin.

"Mbak kenapa?" tanya Yerin "Kalian berantemnya sampe mau saling bunuh gitu," kata Airin dengan wajah takut dan tentu saja membuat Yerin dan Juna tertegun dan sontak diam seribu bahasa.

Airin sungguh terkejut dengan gaya bicara kasar suami dan adik iparnya itu, karena memang Airin tidak pernah bicara sekasar itu pada siappun.

***

"Makasih ya Mang..," kata Airin sambil tersenyum pada Mang Eman saat membantunya menurunkan koper "Sama-sama Non..," kata Mang Eman.

"Maaa.. Mama.. Mbak Airin udah sampai ni..," panggil Yerin pada mamanya.

Yuna menyambut menantunya itu dengan hangat "Hai Sayang.. Selamat datang," kata Yuna lalu memeluk menantunya itu.

"Bik.. Bik Ina..," panggil Agung pada asisten rumah tangganya itu "Inggih Ndoro..," kata wanita paruh baya itu "Panggil yang lain.. Tak kenalin sama mentuku..," kata Agung.

Semua orang yang bekerja di rumah itu berkumpul, mereka tersenyum karena Airin juga terus tersenyum ke arah mereka.

"Nah.. Jadi ini mantuku.. Istri ne Juna," kata Agung menjelaskan "Namanya Airin, dia baru disini.. Jadi bantu dia buat adaptasi," kata Angung.

"Nduk.. Yang ini, Bik Ina ini yang ngurusin suamimu dari kecil, bisa dibilang Bik Ina ini ketua pelayan di rumah ini.. Yang itu Bik Kiah, Bik Kiah ini belahan jiwanya Yerin, nah kalau yang itu Bik Ida yang bantu Bik Ina sama Bik Kiah," kata Angung menjelaskan satu persatu pada mantunya itu.

"Yang jemput kamu tadi Mang Eman, supirnya Papa, yang ini Pak Tono supirnya Mama, Yerim dan sekarang nambah kamu. Kalau yang dua itu Mang Ujang sama Pak Abdul satpam rumah kita, nanti malam ada tiga orang satpam lagi," sambung Agung.

"Pa! Plis dehh.. Mbakku itu capek, bukannya disuruh istirahat malah dengerin kata sambutannya Papa," kata Yerin "Walahhh, bener juga," kata Agung tertawa.

Airin sibuk berbenah di bantu oleh tiga orang pekerja rumah itu.

***

"Ma.. Tadi di mobil Mbak Irin nangis," cerita Yerin "Kenapa?" tanya Yuna penasaran.

"Mas Juna tuh Mah.. Tadi gangguin Yerin, ya kita teriak-teriak di mobil. Masak Mas Juna bilang mau matiin Yerin Ma..," kata Yerin mengadu.

"Emang mintak di jait mulutmu itu," kata Juna "Yang teriak ajeng! Duluan siapa?" tanya Juna kesal.

"Ihhh tuh kan Maaa.. Mas Juna ngomong kasar lagi," kata Yerin dan membuat Juna kian kesal.

"Kalian berdua itu sama aja! Kamu juga Jun! Umur kamu tuh 29 tahun ini! Udah nikah! Masih mau ngeladenin anak kecil ribut!" kata Yuna.

***

"Ini baju-baju ku kemana?" tanya Juna "Aku pindahin ke sebelah sana Mas, kata Mama pindahin aja biar pakaian ku juga bisa masuk," kata Airin.

"Wah.. Bagus ya kamu.. Baru sehari jadi Istriku udah bisa ngatur, bagus banget!" kata Juna.

"Kok ngomongnya gitu sih Mas?" tanya Airin dengan suara lembutnya itu.

"Ya terus apa? Aku yang salah? Ok! Maaf Raden Ajeng Bratawati Airini Kanigara!" kata Juna penuh dengan penekanan "Ampuni saya!" sambung Juna.

"Kamu tuh kenapa sih Mas? Aku punya salah? Aku ada salah ngomong yo? Aku ndak tau kenapa Mas Juna gini? Kenapa mas?" tanya Airin.

"Bangga banget kamu bisa murutin semua perintah orang tua dan keluarga kamu? Ok! Kamu udah jadi anak yang berbakti, kamu juga udah jadi menantu keluarga ini tapi inget! Kamu gak akan pernah jadi Istri aku," kata Juna dan sontak membuar Airin terkejut.

"Kamu mau kasih cicit ke Eyanguti kan? Ok kita kasih! Biar hidupmu sempurnah!" sambung Juna.

"Mas Juna tuh kenapa jadi gini?" tanya Airin bingung.

"Puas? Puas kamu ngancurin hidup aku? Luar biasa kamu jadi anak yang berbakti di atas penderitaan orang," kata Juna.

"Stop Mas.. Kalau kamu emang ndak sudi nerima aku, kenapa kamu mau disuruh nikahin aku?" tanya Airin "Sama! Sama kayak kamu yang gak mau ngecewain keluargamu, aku juga gak bisa ngecewain keliuarga ku!" kata Juna.

"Ya terus salahku dimana Mas?" tanya Airin "Salah kamu, karena keluarga kamu hidup dan angan-angan aku selama ini hancur!" kata Juna sambil melotot tajam ke arah Airin.

Tulang Airin serasa layu, tubuhnya merosot begitu saja ke lantai "Kamu fikir cuma kamu yang berkorban? Cuma kamu yang hancur? Sama Mas! Aku juga!" kata Airin berusaha meredam teriakannya karena takut terdenger sampai ke luar kamar.

"Aku juga Mas Juna! Aku juga berkorban! Aku juga mengorbankan masa depan ku," kata Airin.

"Aku gak faham sama kamu, kamu baru lulus SMA dan mau aja pas disuruh nikah! Kenapa? Udah gak tahan lagi? Kegatelan iya?" kata Juna dengan tajam.

"Tutup mulut kotor mu itu ya Mas, aku ndak tahan denger semuanya" kata Airin mulai menangis histeris karena mendengar hinaan itu, meligat Airin yang seperti itu Juna beranjak pergi tanpa peduli pada Airin yang begitu merasa terluka.

TAKDIR SEMESTADove le storie prendono vita. Scoprilo ora