13. Cemburu Tanpa Status

97 33 0
                                    

Selamat Membaca

Selamat Membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌵🌵🌵🌵🌵

ARDHA melangkahkan kakinya melewati lorong yang menghubungkan kelasnya dengan kantor guru. Cowok yang bajunya ia keluarkan sebelah itu terlihat cool saat berjalan. Jakunnya yang menonjol. Rahangnya yang tegas. Hidungnya yang mancung. Badannya yang tinggi dan tegap. Matanya yang teduh. Kulitnya yang putih. Kalau bisa dikatakan, mungkin, Ardha ini salah satu ciptaan Tuhan yang sempurna. Tapi...manusia, kan selalu punya kekurangan.

Ardha banyak yang suka, cewek-cewek pada naksir sama dia. Tapi, dia nggak bisa buat cewek yang dia suka juga suka sama dia.

Dan gadis itu adalah Alisha. Pertemuan mereka untuk pertama kali kala itu di perpustakaan, membuat jantung Ardha berdetak tak seperti biasanya. Bukan, bukan terkejut. Jantungnya bergetar, getaran cinta yang menggebu dalam hatinya. Ardha yang dulu sempat dingin sama cewek-cewek, sekarang jadi agak hangat.

Ardha sendiri bingung dengan dua pilihan. Yang pertama, dia akan menyatakan perasaannya dan, atau mungkin akan kehilangan Alisha. Yang kedua, dia akan menyimpan perasaannya agar bisa dekat dengan Alisha, tanpa Alisha marah.

Karena, Ardha tahu, Alisha pasti akan menolak dirinya dengan alasan, ada hati teman yang harus Alisha jaga. Ah! Sikap Alisha yang memikirkan perasaan orang lain buat Ardha makin jatuh hati padanya.

Lihat sekarang, banyak pasang mata siswi SMA Bina Harapan yang sedang curi-curi pandang ke arah Ardha. Ada juga yang dengan terang-terangan memperhatikan Ardha. Bahkan, ada yang dengan berani menyapa Ardha.

Mata Ardha terpaku pada seorang gadis yang tengah bermain basket di lapangan sekolah yang luas itu. Gadis itu nggak sendirian, dia sama.....yang Ardha tau cowok itu adalah kapten basket di SMA Bina Harapan, namanya Rega. Cuma itu yang Ardha tahu. Ardha berdiri di pinggir lapangan yang jauh dari tempat gadis itu bermain basket. Gadis itu sangat mahir bermain basket. Ardha hanya menduga, kalau cowok bernama Rega itu pasti sedang merayu gadis yang belakangan ini memenuhi pikiran Ardha, untuk ikut ekstrakulikuler basket. Karena, permainan gadis itu memang sebaik itu.

"Kak Ardha?" panggil seorang siswi berambut panjang sepunggung berwarna hitam kecokelatan. Warna kulit kuning langsat yang menambah kesan manis pada siswi itu. Serta hidung mancung yang membuatnya sempurna.

Ardha masih mematung sambil melihat seorang gadis yang masih bermain basket. Siswi yang tadi memanggil Ardha mengikuti arah pandang Ardha. Wajahnya yang semula sumringah kini berubah masam. "Kak?" panggil siswi itu lagi.

Ardha mengerjap. Cowok itu menoleh ke samping. Mulutnya tidak bersuara tapi raut wajahnya memperlihatkan tanda tanya. Mengerti apa maksud dari raut wajah Ardha siswi itu dengan segera memberi penjelasan apa maksudnya.

"Ng-nggak ke kantin?" tanyanya gugup. Dua jari telunjukknya saling bertautan.

Ardha menatap gadis yang sedang bermain basket itu sejenak, kemudian menatap siswi di depannya dan tersenyum palsu. Karena menurut Ardha gadis yang ia suka pasti akan marah padanya ketika ia menolak ajakan dari teman gadis yang ia suka. "Mau bareng?" tanya Ardha.

Cerita dari Alisha [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang