Welcome to The Gado-Gado's

53 7 1
                                    

Welcome to The Gado-Gado's


Pukul sepuluh, Ega keluar dari kamar karena mendengar ribut-ribut di luar. Suara ribut itu dihasilkan dari seorang cewek dan beberapa cowok. Begitu dia membuka pintu, dia melihat Phytag berdiri dengan berkacak pinggang sementara cowok-cowok duduk di sofa dan karpet. Ega menghampiri mereka.

"Awas ya kalau kalian menyabotase HP aku lagi. Kalian pikir aku nggak bisa bales?" Phytag merasakan langkah seseorang mendekat. Dia menoleh lalu mengesah. "Aku berangkat sekarang deh!" Phytag melambaikan tangan dan disambut dengan 'ya' dari anak-anak cowok.

Ketika berjalan melewati Ega, Phytag langsung melengos, nggak menyapa Ega. Nggak mau ambil pusing dengan sikap Phytag, Ega memilih untuk berkenalan dengan penghuni kos lainnya.

"Kalian kenapa? Baru ketemu beberapa menit kok udah panas aja hawanya," celetuk Divta.

"Tadi Phytag malah bilang kalau kamu songong. Ada apa?" tanya Tio.

Ega mengangkat kedua bahunya. "Ke mana dia?" tanya Ega setelah dia mendengar suara motor Phytag yang menjauh.

"Kerja," jawab salah satu penghuni kos bernama Tio.

"Kerja? Memangnya dia umur berapa?"

Jika dilihat dari postur tubuh dan wajah imut-imutnya, Phytag masih terlihat seperti anak SMA jadi Ega nggak menyangka kalau Phytag sudah bekerja.

"Dia masih kelas 2 SMA, kok. Kan kerjanya cuma part time aja jaga toko. Kalau hari Minggu gini, dia bisa datang kapan aja. Kalau sekolah paling sorean gitu." Tio tiba-tiba berubah menjadi seorang pembawa berita untuk Ega.

Ega mengangguk-angguk. Jadi Phytag satu tahun di bawahnya.

Detik selanjutnya tiga orang cowok itu sudah merancang sebuah rencana untuk menjahili Totong yang saat ini masih betah molor di kamarnya. Nama aslinya Anto tapi karena ukuran badannya menyerupai gentong, makanya dia dipanggil Totong. Ide jahil itu dicetuskan oleh Tio—si Raja Jahil, begitu anak-anak menyebutnya. Dia menyuruh Divta meminjam wig milik Mita. Cewek itu memang hobi mengoleksi bermacam-macam rambut palsu.

"Yang panjang, Div. Sekalian dasternya!"

Setelah Divta berhasil meminjam wig, dimulailah proses perubahan Tio. Divta memakaikan daster dan rambut palsu pada Tio. Dan tara... seketika Tio menjadi seorang cewek. Seakan mengerti tindakan anak-anak itu, Ega mengambil bantal sofa lalu menyodorkannya pada Tio.

Tio menaikkan kedua alisnya serta menatap Ega dengan mata yang seolah mengatakan-aku-nggak-mungkin-sengaja-tidur-pakai-pakaian-cewek-trus-maksudnya-apa-nyodorin-bantal.

"Acting jadi cewek yang lagi bunting, Yo. Kayaknya lebih menantang." Ega menjelaskan sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah di depan mukanya. Peace, man!

Raut tegang di muka Tio perlahan menghilang. Dia berpikir lalu mengangguk mantap. "Encer juga otak kamu! Good idea!"

Seketika banyak terdengar helaan napas. Hawa panas yang awalnya menguar kini berubah jadi adem. Mereka serasa habis diguyur hujan es batu dalam kos. Bahkan Divta merasa lega, selega baru ngeluarin pup yang sudah setelah tiga hari nggak keluar juga. Edan tuh anak.

"Wah, gokil juga kamu. Resmi diterima di sini! Masuk! Welcome to The Gado-Gado's!" Divta menepuk bahu Ega dengan bangga. Dia merentangkan sebelah tangannya sementara sebelahnya lagi merangkul pundak Ega, mengajak Ega berputar-putar di tempat. Ega mengikuti dengan tampang cengo.

"Emang tadi belum diterima jadi anak kos sini?"

"Yah, tau sendiri kan? Anak kos sini tuh gila semua. Tampang emang plus tapi kelakuan minus. Tampangmu tadi tuh kayak masih jaga-jaga image gitu. Kita ngira kamu nggak bakal betah di sini trus cepet-cepet keluar. Kalo udah gitu, kita yang bakal kena marah Tante Ida dan konsekuensinya kita harus bayar tunggakan kos. Duit kita lagi cekak, man!" jawab Ivan yang sedang memasukkan bantal ke balik dasternya Tio—eh, bukan. Ini daster milik Mita, deng.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Gado-Gado'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang