-04 Good Bye 🐝

123 21 5
                                    

-----------------------------------------------------------
нαρρу яєα∂ιng ❤
-----------------------------------------------------------

Gadis itu melompat menuju gumpalan tanah. Menggali tanah tersebut dengan kedua tangan mungilnya.

Wajah dan tubuhnya terkena tanah. Ia hampir pasrah dengan ketidakberdayaannya.

" Gadis kecil, tenangkan dirimu." Enkidu segera mendekatkan dirinya ke gadis itu.

" Tapi ibuku...
Bagaimana ini? Kalau tidak aku keluarkan, dia akan sulit bernapas..."

Enkidu menyentuh lembut tangan gadis itu. Yang disentuh pun menoleh ke arah si Surai Hijau.

" Kita kembali setelah matahari terbit. Ibumu akan sedih kalau kau terluka. Iya, 'kan? "

Butir-butir mutiara menempel di mata gadis itu. Melihat Enkidu dengan wajah ketidakberdayaan atas dirinya.

Gilgamesh masih di sana, sedikit jauh dari mereka. Ia hanya dapat memandangi mereka.

Hanya berdiri diselimuti hawa dingin dan suara serangga.

Ia sedikit terkejut dengan tindakan gadis tersebut. Hanya saja ia tak ingin menunjukkannya.

Takut bila mereka salah paham bahwa dirinya memiliki perhatian kepada gadis itu.

.
.

Tak lama, mereka membawa pemilik tenda yang terkubur masuk ke rumah.

Menghindari suhu dingin menusukinya.

Gadis itu berbaring di atas futon. Menyelimuti dirinya sampai kedua bibirnya.

Enkidu menutup shōji dan duduk disamping futon yang di tiduri seseorang.

" Maafkan aku. Aku kehilangan rumah lagi." Gadis itu membukakan suaranya.

Ia masih belum tidur.

Gilgamesh juga sudah tak terlihat batang hidungnya.

" Rasanya sakit, ya? " Enkidu memandanginya. Ia sedikit simpati dengannya.

" Tidak. Aku pernah merasakan yang lebih sakit."

Enkidu mencoba bertanya lagi. Ia ingin tahu apa lagi yang lebih sakit dari ini.

Jika ia berada diposisinya, maka itu sudah membuatnya ingin berteriak.

" Soal apa? Coba ceritakan."

Gadis itu membukakan matanya yang sedari tertutup.

" Aku tidak bisa bilang 'sampai jumpa' lagi. Di pagi hari saat ibuku meninggal...

...aku begadang belajar untuk tes. Dan paginya tak bisa bangun. Pagi itu aku tak bisa mengatakannya.

Padahal aku selalu mengatakannya, kecuali pagi itu. Aku bilang ingin bekerja saja dan tidak mau lanjut sekolah.

Tapi, ibuku bilang...

' Aku cuma sekolah sampai SMP. Tapi sebenarnya aku ingin sekali menikmati masa masa SMA. Jadi, kau harus menikmati sekolah yang tak bisa ibu rasakan.'

Dia ibu terbaik dan aku tidak bisa bilang 'sampai jumpa' padanya... Bahkan, aku tidak melihatnya berangkat kerja.

Bodoh sekali, kan? Apa pedulinya kalau aku gagal tes dan rumah terbawa angin...

Harusnya prioritasku adalah ibu.

Jadi, setidaknya aku ingin lulus SMA... Seperti yang ibu inginkan.

White || Gilgamesh FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang