Chapter 01

631 65 12
                                    

Bulan Hitam, bahkan fenomena itu kini terundur oleh waktu. Ulah roh Luciel dan Michael itu menguntungkan Ras Cahaya yang mempersiapkan perang, begitu juga Ras Bayangan yang bisa bersiap lebih lama. Mungkin mereka akan kalah dalam jumlah, tetapi dengam bantuan Bulan Hitam yang memberi kekuatan mereka yang tersegel oleh sihir Luciel dan Michael.

Dan kini Velyn berada dikamarnya. Detak jantung miliknya kian mengencang, sangat terasa. Berkeringat dingin dengan wajah khawatir. Hari yang telah ditunggu telah tiba, hari dimulainya penentuan. Apakah Ras Kegelapan akan mendapatkan kembali keadilan dan hidup damai, atau akan tersapu habis.

Ia menggenggam erat tangannya sambil menunduk, pedang miliknya tersarung disebelah dirinya. Terduduk dipinggir kasur, memikirkan latihan yang selama ini ia lakukan. Ia jatuh pingsan dan sakit banyak kali, tubuhnya terlalu lemah mendapat latihan yang lebih berat dari latihannya di akademi.

Berkat bantuan orangtua dan teman barunya ia merasa aman pingsan, karena ada orang yang rela menggotongnya. Ia sangat berterima kasih.

Ia kini mulai memikirkan, apakah teman akademinya yang merupakan anggota kerajaan akan ikut serta dalam perang ini? Bagaimana dirinya menghadapi mereka? Ia terlanjur menyayangi mereka sebagai sahabat yang berharga.

"Velyn?" ujar Teryna sambil membuka pintu kamar Velyn.

"Ibu..." lirihnya.

Teryna tersenyum dan menghampiri dirinya, "Gugup? Khawatir?" ujarnya.

"Keduanya." jawab Velyn.

Ia mengelus kepala Putri kesayangannya itu, "Dulu kau sangat percaya diri, kau selalu bilang bahwa nanti kau akan menghabisi mereka semua dan menguliti mereka." ujar Teryna.

Velyn bergidik mendengar omongan Teryna, "Apakah dulu aku psikopat?" gumamnya.

"Semacam senggol bacok?" balas Teryna.

Velyn terkekeh kecil mendengar itu, dirinya kini mungkin kebalikan dari dirinya yang dulu. "Aku takut, aku tak bisa mengalahkan mereka." ujarnya kemudian.

Teryna tersenyum kecil, merangkul Velyn dan membawanya dalam pelukan hangat. "Tenang saja, ada kami. Kami semua juga ikut perang, kau tahu itu kan?" ujarnya.

"Iya..."

"Nah, ayo kita pergi. Semuanya menunggu di luar." ujarnya kemudian.

Velyn mengangguk dan membawa pedangnya, berjalan keluar dan menutup pintu kamar. Ia kini terdiam menatap pintu, berfikir bahwa menang ataupun kalah ia mungkin tak akan kembali kesini lagi.

Berjalan keluar gedung itu dan menghampiri keluarganya yang berdiri dihadapan para anggota The Dark Devil itu. Semua warga ikut hadir sambil memberi doa.

Velyn merasa sedikit lega melihat semua itu, jantungnya masih berdetak kencang. Tetapi kini karena semangat dalam dirinya yang membara. Menang ataupun kalah, ia harus melakukan ini demi keadilan. Ras Kegelapan juga berhak hidup dengan damai di Magic World.

"Siap menuju medan perang?" bisik Davie.

"Tentu." balasnya.

"Aku tak sabar menghabisi bedebah itu." timpal Arion.

"Kubakar mereka dan kuhisap darah mereka." ujar Aileen.

"Panggang mereka." lanjut Clarybel.

"Uh.... Keluarkan tulang mereka?" lanjut Velyn.

"Kau kejamnya polos ya..." ujar Hiro ngeri.

"Ah... Maaf."

"Tak perlu meminta maaf." lanjut Hiro.

•*•*•

Lapangan yang begitu luas, tanpa rumput maupun tumbuhan. Mereka bersiap siaga menunggu kedatangan The Dark Devil, begitu banyak prajurit, penyihir serangan dan penyihir penyembuh.

"Aku tak yakin ingin melawan Velyn." ujar Lyna.

"...aku juga." balas Nana.

"Kakak juga nampak khawatir." ujar Key.

Vino menatap pedang miliknya, hari dimana ia akan membunuh seseorang datang. Dan ditambah ia bisa saja berhadapan dengan gadis yang telah menarik perhatiannya.

"Cyan pasti memiliki beban yang lebih berat dari siapapun. Apalagi ia akhir-akhir ini sering jatuh sakit." ujar Onny sambil melirik Cyan yang memandang kearah hadapan dirinya.

"Velyn sudah ia anggap sebagai guru dan kakaknya. Ia pasti terpukul karena akan berhadapan dengan Velyn sebagai musuh." balas Fita.

"Kita akan menang, tenang saja." ujar Key yakin.

"Iya, kita memiliki pasukan yang kuat dan Cyan yang memiliki kekuatan yang besar. Dan bahkan Luciel dan Michael mendukung kita." balas Nana.

Semu perhatian mereka teralihkan seketika saat melihat pasukan musuh, The Dark Devil yang mendekati mereka. Langit kian menggelap, fenomena Bulan Hitam membuat malam datang cepat dan lebih lama. Bulan menghitam tanpa cahaya dan membuka segel milik Michael dan Luciel dan memberikan kekuatan lebih pada Ras Kegelapan.

Velyn nampak berjalan didepan bersama Leint dan Teryna. Matanya menatap kedepan, dimana sahabat yang ia dapatkan ketika 'terdampar' di dunia ini berada.

Perasaan takut dan khawatir muncul seketika dalam dirinya, Teryna menggenggam erat tangannya seakan menyemangati Velyn.

"Kita pasti bisa." bisik Teryna.

Velyn mengangguk dan berusah menghiraukan semua perasaannya, ia harus fokus pada perang ini. Hari ini, Bulan Hitam hanya bertahan satu hari ini saja. Ia tak boleh melewati kesempatan emas ini.

"Merek mulai menyerang!" ujar seseorang dari arah belakang Velyn.

Sebuah bola api datang menuju arah Velyn berada. Velyn mengangkat tangannya dan menciptakan bola air, menghilangkan bola api itu.

"Lama tak jumpa."

Raja Hoshi nampak bersiap dengan pedangnya, Ratu Kanesha berada disebelahnya. Diikuti oleh Vino, Key dan Cyan.

"Kami akan menang." ujar Kanesha.

"Kau meremehkan kami?" ujar Velyn kesal.

"Hooo kau sudah berani sekarang ya." jawab Kanesha.

"Kenapa aku harus takut dengan kalian?" balas Velyn tanpa ragu.

"Baiklah, mari kita lihat siapa yang akan hancur lebih dulu." ujar Hoshi.

Ia mengangkat pedangnya keatas, "Perang dimulai!"

•TBC•

Typo? Maafkan dan beritahu ya :v

Magic World : WarWhere stories live. Discover now