1

18 7 4
                                    

Kulangkahkan kaki cepat-cepat-menyusuri koridor sekolah yang sudah sepi. Bel berdentang sejak satu jam yang lalu—jelas sudah telat sekali.

Beruntungnya ada Pak Kumis—satpam yang sangat santai, dan bisa dilobi. Aku bisa masuk dengan senang hati. Di meja piket juga tidak ada guru yang mengawas-jadi aku tidak kena hukuman gara-gara telat. Sepertinya keberuntungan berpihak padaku hari ini.

"Orang yang telat, harus diberi sanksi!" suara lantang terdengar dari belakangku membuat langkahku terhenti. Suara itu sangat dingin. Seperti tak asing dengan suara itu.

Aku menoleh.

Deg.

Jantungku berdegup seketika. Bukan aku terkejut oleh suaranya. Tapi aku terkejut oleh sang empunya suara itu.

Aku jadi tidak karuan gini.

"Mm-maaf kak" suaraku terbata-bata dan menunduk ke lantai. Aku tak berani menatapnya

"Kenapa minta maaf?" Tak berubah. Suara itu tetap dingin. Tak kutemukan kedamaian disana

Aku pun baru sadar, mengapa aku minta maaf padanya? Hei! Dia bukan Tuhan yang mesti ditakuti

Aku bungkam. Tak mampu berkata-kata. Apa yang harus kujawab padanya?

"Kok diem?" Suaranya mulai netral. Sudah tak sedingin tadi.

"Maaf kak, telat" aku beranikan diri untuk menatapnya. Ternyata dia sedang menatapku juga

"Kenapa telat?" Dia bertanya kembali- seperti ingin mengintrogasiku saja

"Kesiangan kak, terus di jalan macet. Jad-" omonganku terpotong oleh dia

"Kesiangan atau takut di hukum depan murid-murid?" Tanyanya menyelidik sembari tertawa renyah

Tadi dia baru saja tertawa! Aku tak salah dengar kan?

Tapi kenapa dia bisa tahu? Bahwa aku telat bukan karena kesiangan. Melainkan malu untuk datang-sebab upacara sudah dimulai-sudah pasti aku akan disuruh berdiri di barisan murid yang datangnya telat

"Eh kakak bercanda kok. Ya udah kalau emang kesiangan, besok bangunnya lebih pagi lagi ya! Sana cepat masuk kelas, sebelum pelajaran jam pertama habis" ucapnya ramah padaku

"Eh-Mmm-makasih kak! Besok saya gak akan kesiangan lagi" ucapku tersenyum dengan sumringah

Dia tersenyum padaku, lalu pergi meninggalkan kebingungan untukku.

Sudah? Begitu saja? Kupikir aku akan dihukum di lapangan sebab ketahuan telat.

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 01, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Are You Telepathy?Where stories live. Discover now