step 15

766 159 10
                                    

malamnya, soobin tidak makan. perutnya terlalu penuh dengan kesedihan. anggap saja lebay, tapi memang begitu rasanya. bunda sampai ngecek beberapa kali untuk bertanya apakah putranya lapar atau tidak.

soobin tidak cerita, tapi sang bunda tau anaknya sedang patah hati. bisa dilihat dari matanya yang sembab, selimutan seharian, dan kerjaannya hanya memandang ponselnya yang bergetar terus-menerus.

haha, bunda wasn't born last night, soobin.

namun, bunda tidak ingin ikut campur. biarkan saja putra kesayangannya itu merasakan sakitnya dikhianati. bukan berarti bunda tidak sayang soobin, beliau hanya ingin anaknya itu mendapat pelajaran kecil dari keterpurukan dalam hidup.

sekarang, mari kita lihat keadaan pangeran negeri kelinci kita. oh lihat, matanya sembab dan ekspresinya datar. segitu sakitnya kah, choi soobin?

ponsel soobin kembali bergetar, nama 'senior kodok kertas' tertera dilayar cerahnya. sudah yang ke limabelas kali dan soobin tidak pernah menjawabnya. "jangan nelfon terus, batere gue bisa habis," gumam soobin.

ia menoleh ke arah jam, baru sadar kalau sudah lewat jam tidurnya. soobin mematikan ponsel, menaruhnya diatas nakas. karena kelelahan menangis, soobin terlelap dengan cepat.

esoknya, soobin berangkat dengan gojek. rasanya agak aneh karena sudah dua minggu diantar-jemput yeonjun. 29 panggilan tidak terjawab dan 40 pesan diabaikan oleh pemuda choi. sejak pukul dua dini hari, panggilan dan pesan tersebut berhenti.

pokoknya hari ini ketemu kak yeonjun, gue butuh penjelasan, batin soobin. setelah. berpikir cukup lama, soobin memutuskan untuk bertemu yeonjun secara langsung dan meminta penjelasan. dia sudah 21 tahun, harusnya lebih dewasa dari ini kan?

ya maaf aja, soobin tidak pernah punya pengalaman cinta sebelumnya. tau tentang cinta-cintaan cuman dari novel dan fanfic di wattpad. mirip sama kalian para readers bukan? ups!

ah, balik ke topik. soobin sudah sampai didepan kampus. setelah membayar abang gojeknya, soobin melangkah menuju gerbang dengan mindset mau ketemu yeonjun. namun, sepertinya ia lagi sial.

tepat didepan gerbang, terlihat yeonjun dan gadis kemarin sedang berbicara. lagi-lagi mereka tidak sadar keberadaan soobin. mereka berdua tertawa bersama, kadang sang gadis memukul pundak yeonjun. hahaha, sakit gak, choi soobin?

soobin mendengus, niatnya bertanya pada yeonjun hangus seketika. ia berbalik, mencari jalan lain masuk kampus.





seungmin melirik soobin sesekali. ia heran, sungguh heran. ekspresi soobin sangat datar, hampir mirip yo resting bitch face. harusnya yang jago begitu kan seungmin, ini kok malah soobin?

"oh iya, siapa yang belom ada konsep?" dosen bertanya didepan kelas. soobin mengangkat tangan. hanya soobin.

"choi soobin?" dosen sedikit menyipitkan matanya untuk melihat soobin yang duduk dibelakang. "tinggal kamu, kalau besok tidak ada konsep, nilai kamu kosong."

meski ancamannya mengerikan, soobin nampak tidak peduli, membuat seungmin khawatir setengah mampus. "bin, lo gak panik apa gimana gitu?" desis seungmin. soobin menatap kawannya. "gue nggak ada ide, min. sumpah."

seungmin mendengus sebal. "nyari konsep gak sesusah itu!"

"ya bagi lo gak susah, bagi gue iya! gue butuh filosofi dibalik proyek yang gue buat!"

"gampang! lo tinggal perhatiin apa yang sedang terjadi dikehidupan lo sekarang. lihat hal-hal kecil yang bisa direpresentasikan sebuah benda."

soobin terdiam, pikiran melayang ke masalahnya dengan kak yeonjun. bisa saja sih, tapi apa yang merepresentasikannya?

"kodok kertas..."

"hah?"

"ide bagus seungmin."

{♧}

500 kata uwu.

©voleenyaw

kodok kertas || yeonbinWhere stories live. Discover now