BTW//LT-14

1.9K 198 16
                                    

Perlahan tapi pasti, aku berjalan memasuki rumah sesekali aku melihat-lihat setiap sudut ruangan memastikan tidak ada tanda-tanda kehadiran Louis. Aku harap ia lebih terlambat sampai di rumah daripada diriku. Jika Louis tahu aku pergi keluar rumah. Maka habis nasibku di tangannya karena aku tidak menjaga rumahnya.

Jika aku ingin lebih cepat terbebas darinya, aku harus mengerjakan apapun yang diperintahnya dengan baik. Itu kuncinya. Oleh karena itu, aku harus sangat-amat  bersabar menghadapinya hanya tinggal enam hari lagi.

Lantas aku menutup pintu utama dan berniat menguncinya. Tapi sebelum aku melakukan itu, aku mendengar suara langkah kaki yang semakin terdengar jelas berjalan ke arahku. Aku menelan ludah susah payah saat suara langkah kaki itu berhenti tepat di belakangku.

Dia siapa? Apa dia Louis? Tapi, aku sudah mengeceknya diluar, kalau mobilnya tidak ada yang menandakan dia belum kembali.

Lalu siapa seseorang yang di belakangku? Apa setan? Tapi aku tidak percaya dengan hal seperti itu. Apa maling? Mana mungki  sebelum aku pergi menemui Niall, aku sudah mengunci setiap pintu rapat-rapat. Sudah kuduga seseorang yang berada di belakangku ini adalah ... Louis. Siapa tahu, dia kembali tanpa mobilnya atau mobilnya mogok di jalan lalu dia naik taksi atau bisa saja berjalan kaki.

Baiklah aku sudah membayangkan dengan jelas wajahnya di belakang tubuhku, mungkin dia sedang tersenyum layaknya psikopat yang berhasil membunuh korbanya lalu sebelum itu terjadi, aku harus menjelaskanya duluan. Sebelum dia menggugat hukuman terhadapku.

"Louis, sebelum kau akan—"

"Siapa kau?"

Seseorang mencoba memotong ucapanku dengan suaranya yang begitu asing dan yang membuatku aman adalah itu bukan suara Louis melainkan suara seorang wanita. Kemudian beribu rasa penasaran menyergap dengan ganasnya. Aku pun membalikkan badan dan terlihat seorang wanita berambut panjang lurus berwarna coklat memakai pakaian yang menurutku sangat feminim menatapku curiga.

Aku mengernyit penasaran. Siapa dia? Mengapa dia bisa berada di rumah Louis. Apa dia membobol jendela sehingga dia bisa masuk ke dalam rumah Louis. Apa jangan-jangan dia maling yang sedang menyamar?

"Kau siapa?" Tanyaku dengan hati-hati dan waspada. Siapa tahu dia mencoba mengalihkan perhatianku lalu dia berkesempatan mengambil barang-barang berharga disini.

Dia memutar bola matanya. "Justru aku yang seharusnya bertanya seperti itu." Suaranya terdengar sangat angkuh.

"Kau siapa?" Tanyanya lagi yang terdengar memaksa.

Apa urusannya jika seorang pencuri harus mengenal pemilik--ralat penjaga rumah ini. Benar dugaanku, dia mencoba mengalihkanku rupanya. Tenang saja nona, aku sama sekali tidak akan terpancing olehnya.

"Mengapa kau bisa berada di rumah tunanganku?" Kali ini suaranya sedikit membentak dan entah mengapa aku ingin tertawa. Mana ada seorang pencuri mau mengaku? Yang ada dia membuat buat sebuah pengakuan.

"Mengapa kau tertawa?"

"Kau bercanda? Sudahlah, aku tahu niat jahatmu, Nona."

"Maksudmu apa? Kau tidak percaya bahwa aku tunanganya seorang Louis Tomlinson?! Baiklah akan kubuktikan!"

Dia berteriak marah dan itu semakin membuat tawaku pecah. Jelas-jelas pemilik rumah ini bernama Louis William bukan Louis Tomlinson seperti personel One Direction saja. Mana mungkin Louis William disamakan dengan Louis Tomlinson yang belum pernah aku lihat wajahnya yang aku yakin dia lebih tampan dari Louis William.

"Lihat ini." Dia mengangkat ponselnya ke arah wajahku. Disana terdapat sebuah foto wanita dan lelaki saling bertukar cincin. Yang aku tahu, lelaki itu benar Louis dengan wanitanya adalah dia. Oke, sekarang aku salah sangka.

Better Than WordsDonde viven las historias. Descúbrelo ahora