25

136 21 134
                                    

"Ke lapangan sekarang!"

"Tapi, Pak.."

"Nggak ada tapi tapian!"

"Yaelah Pak, saya kan udah bilang kalo motor saya tadi mog.."

"Cepat! jangan banyak alesan sebelum saya tambah hukuman kamu!"

Daniel mendesah, hari yang sial menurutnya, sudah terjebak macet motor mogok pula, terpaksa ia dan Lisa naik bus untuk menuju ke sekolah itu pun harus menunggu lama, jam delapan mereka berdua baru sampai, keberuntungan yang tidak berpihak pada mereka karena kali ini pak Alex yang menjadi guru piket, salah satu di antara jajaran guru killer di Los Angeles High School.

"Berdiri satu kaki di depan tiang, hormat ke bendera sampai jam istirahat! mengerti kalian?!" Pak Alex berkacak pinggang, beliau paling tidak suka dengan murid yang tidak disiplin.

"Di kasih dua kaki kenapa cuman satu yang digunain," Daniel masih tidak terima dirinya dihukum karena ini juga murni bukan kesalahannya.

"Masih mending ketimbang saya suruh tiarap, mau?!" pak Alex bertambah geram mendengar jawaban dari Daniel mampu membuatnya naik darah.

"Udahlah, Niel nurut aja napa sih!" sahut Lisa sudah mengambil gerakan hormat, tak lupa salah satu kakinya ia tekuk, mendongak menghadap bendera.

"Tuh belajar dari Lisa, sadar kalo salah nggak pakek ngebantah!" Daniel memutar bola matanya malas, oke guru memang selalu benar, akhirnya mau tidak mau ia berdiri di samping gadisnya itu dan mengambil gerakan yang sama.

"Saya ada urusan, banyak mata mata saya di sini, awas aja kalo kalian berdua sampe kabur!" titah pak Alex sebelum pergi.

"Saya ada urusan, banyak mata mata saya di sini, awas aja kalo kalian berdua sampe kabur!" titah pak Alex sebelum pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nyenyenyenyenye."

Lima belas menit berlalu tapi keringat sudah membasahi tubuh keduanya, masih pagi namun panas sudah terik sekali, tidak tahan melihat gadisnya yang sedari tadi mengusap peluh di dahi dengan sendirinya Daniel berdiri di depan gadis itu, tubuh jakungnya mampu menghalangi sinar matahari yang menerpa wajah Lisa.

"Tuan putrinya pangeran Daniel gak boleh kepanasan," sekarang tangan Daniel terangkat mengelap keringat yang ada di pelipis Lisa, lalu merapihkan rambut gadis itu yang sedikit berantakan mungkin efek berlarian mengejar bus tadi.

Jangan ditanya kini Lisa merasakan kedua pipinya itu memanas, rona merah pasti tercetak di sana.

"Kenapa diem? masih marah ya sama aku? mmm.... soal kemaren aku minta maaf emang aku yang salah," Daniel sedikit menekuk lutut menyejajarkan wajahnya dengan gadisnya itu.

Lisa balik menatap netra biru laut milik kekasihnya itu, "mmm... aku udah nonton vidio kalian di youtube, itu kan alesan kamu kemarin nggak ngabarin aku sama sekali? aku maklumin kok Niel toh itu juga sahabat-sahabat kamu, maaf kemarin sempet mikir yang enggak enggak, aku kira kamu udah bosen sama aku," jujur ia juga merasa bersalah sudah bersikap seperti itu pada Daniel kemarin, ternyata ini semua hanya salah paham.

ImposibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang