Five : Doa

29.9K 2.7K 56
                                    

Five : Doa






      "Mana Mbak Ayu?" Tanyaku begitu langsung sampai didepan pintu utama resturant saat melihat dua pegawai wanita yang ku kenali.

Aku tak berniat basa-basi karena masalah ini menurutku benar-benar serius. Aku tidak mau sampai kesalahan yang sama terulang dua kali.

TIDAK AKAN PERNAH.


"EEEHHH... ada Mbak Ceisya. Ciye ciye... asik nih yah yang liburan sama pacar." Salah satu dari mereka malah mengerling padaku.
Sedangkan yang satunya lagi langsung melompat memeluk lenganku erat.

"Mbak, aku boleh minta tolong gak. Foto bareng sama Mas Arga dong, sekaliiiii aja," katanya dengan manis.

Aku mendelik. "Lah napa ngomong ke gue?"

"Loh, kan situ pacarnya."

Mataku melotot.

YA TUHAAAAN....

KENAPA BISA GOSIP KU BERPACARAN DENGAN ARGA SAMPAI TERDENGAR KE SINI?


Entah sudah berapa kali aku mataku ini melotot dibeberapa menit terakhir sampai rasanya kalau ada kejutan baru menimpaku lagi. Mungkin mataku benar-benar bisa meloncat keluar.

Ini bahkan belum 24 jam. Tapi gosip yang datang dan sumbernya tidak jelas ini nyatanya sudah sampai ditelinga mereka. Aku curiga jangan-jangan tamu hotel juga tau kalau aku berpacaran dengan Arga.

"Aku lagi siaga satu nih yah. Daripada kalian yang kena semprot mending jawab dimana Mbak Ayu sekarang," Kataku seraya menarik nafas. Mencoba mengaturnya sebisa mungkin karena dalam otakku kini penuh dengan bayangan kejam tentang apa yang harus kulakukan saat bertemu Mbak Ayu.

Menjambak? mencekik? atau langsung saja kubuat Mbak Ayu itu besok bisa mengajukan surat pengunduran diri? 

Kedua Mbak dihadapanku ini langsung terdiam. Bahkan secara tak sadar mereka segera melangkah mundur menjauhiku. Menyadari perubahaan ekspresi wajahku yang menjadi suram drastis.

"A-anu Mbak tadi aku liat si sama Bang Rizki lagi jagain pintu masuk bagian utara resto." Jawab salah satu diantara mereka membuat ku segera berbalik badan kemudian mengambil langkah lebar-lebar.

"Loh Sya... heh mau kemana kita makannya diluar-- LOH CEISYAAA!!" Kak Irene yang juga baru datang dan menyapaku sama sekali tak kuacuhkan. Bahkan sampai ia memanggil namaku dengan keras pun sama sekali tak membuatku goyah.

Di otakku kini hanya ada satu. Menemukan Mbak Ayu lalu meminta penjelasannya tentang rumor menggelikan ini.

"Mbak Ayu!!!" Teriakku begitu mataku menangkap seorang wanita berseragam ungu sedang berdiri berjaga depan pintu resto disana.

Aku langsung berjalan cepat mendekat. Kak Irene entah darimana asalnya tiba-tiba juga ikut berdiri disebelahku. Mencoba mensejajari langkahku yang memang sengaja ku bawa lebar-lebar karena tak sabaran.

"Mbak Ayu tuh emang cari mati yah. Mbak Ayu seharian ngapain aja sih hah? Mbak Ayu udah bosen hidup atau mau cepet masuk surga sini aku jabanin," omelku langsung meraih lengan bajunya. Membuat Bang Rifki yang berdiri disebelah mbak Ayu ikut terkejut saat melihatku tiba-tiba datang menerjang.

"Heh astaga mbak Ya kenapa?!" Bang Rifki dengan segera langsung melompat memisahkan kami.

Tapi aku dengan tak pedulinya justru meronta bergerak kesana-kemari. Membuat dengkulku sampai tak sengaja menghantam selangkangan Bang Rifki.

"HEH YA ALLAH CEISYA... EH YAAMPUN LO KENAPA SIH?!" Kak Irene tiba-tiba ikut menarik mencoba menahanku.

Keributan yang tidak sampai 1 menit itu membuat suasana resto jadi ikutan kalut. Beberapa pegawai lainnya yang berada didekat kami ikut mengintip apa yang terjadi.

Karena Piknik Kilat  ✔ (SELESAI)Where stories live. Discover now