Seventeen : Special

20K 2.1K 40
                                    

Seventeen : Special




Rencana ku sudah bulat. Kuputuskan aku akan kembali menjaga jarak jauh, bila perlu radius seratus meter dari Arga.

Sama seperti dulu, akan kubuat diriku seperti tak pernah melihatnya di dunia ini. Tak akan kubiarkan laki-laki itu mengobrak-abrik hariku lagi. Juga tak akan kubiarkan Arga membuat hatiku jadi goyah semudah ini.

Aku sudah menyiapkan beberapa rencana. Dan yang paling terbaik setelah kurencanakan adalah, aku akan lebih dulu kembali ke Jakarta. Terbang menyusul kedua orangtua ku di Amerika lalu berlibur dengan mengganti destinasi wisata disana. Lebih baik aku menjauh darinya untuk sementara waktu daripada aku harus lagi-lagi melihat wajahnya.

Pagi ini sudah kusiapkan isi barang-barang koperku. Rencananya nanti siang aku akan mengambil penerbangan kembali ke Jakarta. Aku juga harus bersiap-siap untuk pergi menyusul mamah jika benar ingin pergi ke Amerika. Setidaknya, aku bisa menjauh dari Arga secepatnya.


"Ceisyaaa...!!"

Aku terlonjak, sedang sibuk-sibuknya mengemasi barang suara Miya terdengar menggedor-gedor pintu kamar hotelku.

Aku mengalah, mau tak mau buru-buru menghampiri sebelum Miya mendobrak pintu melihat bagaimana heboh dan kerasnya Miya didepan pintu sekarang.

Aku membuka pintu kecil, hanya sebatas sejengkal, sengaja tak mempersilahkannya masuk kedalam karena tak mau Miya sampai mengetahui rencanaku.


"Apa sih Mi pagi gini dah ri--"

"LO NGAPAIN SIH?!"

Mataku mengerjap-ngerjap. Jelas bingung dengan pertanyaannya yang kepo dengan apa urusanku.

Tunggu... jangan-jangan Miya tau bahwa aku ingin segera kabur dari tempat ini. Eh, tapi bagaimana caranya??


"Ke-kenapa lo nanya gitu?" Tanyaku takut-takut. Makin menutup pintu kecil bersiap diri.

Miya mendengus. Ia menendang pintu kamar hotelku keras kemudian meraih pergelangan tanganku menarik keluar.

"Mi apa-apaan sih jangan narik-narik gue dong," aku berusaha menarik pergelangan tanganku. Tapi sepertinya usaha ku sia-sia. Tenaga Miya kali ini jauh lebih kuat.

Aku mendengus, mulai pasrah saja ditarik Miya menuju lobi hotel bagian barat. Tapi firasatku mendadak merasa ada yang tidak enak. Apalagi melihat wajah Miya yang kelihatan serius aku semakin khawatir.

Aku menahan tanganku. Membuat Miya yang sedang menahanku mau tak mau ikut berhenti. Aku menatapnya lurus, mencoba menelisik seberapa serius masalah ini melalu raut wajah Miya.

"Kenapa sih Mi?"

"Lo tau? kita semua ini lagi panik!"

"Ya kenapa?" Aku melangkah maju. Merasa kali ini masalahnya benar-benar kelihatan genting. "Ada apa sih hah?" Tanya ku lagi setelah Miya diam tak menjawab.

Miya menggigit bawah bibirnya. Ia menatapku dengan ragu. "Arga ngilang."

"Hah?!" Aku melotot.

Bukan karena terkejut mengetahui informasinya bahwa Arga menghilang. Tapi lebih pada tak percaya karena melihat mereka seheboh ini saat Arga menghilang.

Arga ini umur berapa sih sampai mereka jadi sekhawatir ini saat ia tiba-tiba pergi tak ada kabar.

Arga ini bukan anak umur 5 tahun yang baru bisa naik sepeda lalu tidak ingat waktu pulang. Juga bukan remaja labil yang kabur dari rumah dan harus diseret untuk pulang. Atau kucing kecil yang akan lupa jalan pulang.

Karena Piknik Kilat  ✔ (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang