EAFK #33

1.4K 182 36
                                    

Tzuyu menatap malas Jungkook yang kini berdiri sambil tersenyum; tanpa ada luka apapun di sekujur tubuhnya. Dia kemudian menyapu pandangannya, mencoba mengobati rasa bingung yang kini mulai memenuhi hati dan pikirannya.

"Menurutmu semuanya lucu?"

"Tzuyu, aku menyiapkan kejutan untu–"

"Apa harus dengan membuatku panik? Kookoo, aku sungguh tak mengerti kenapa kau melakukan ini padaku."

"Tzu–"

"Aku kecewa padamu."

Nyonya Chou hanya menatap Jungkook dengan tatapan penuh tanya sebelum akhirnya membuntuti Tzuyu pergi dari sana.

Ini benar-benar diluar rencananya. Dia pikir Tzuyu akan sangat senang mendapat kejutan setelah dia berpura-pura mengalami kecelakaan. Tapi ternyata tidak.

Jungkook meletakan kue tart yang sedari tadi dia pegang kemudian menyusul Tzuyu. Dia harap Tzuyu masih belum pergi dari area kantornya.

Aish! umpat Jungkook saat pintu lift itu tak kunjung terbuka. Tak ada pilihan lain. Dia memutuskan untuk menggunakan tangga darurat.

Berlari secepat yang dia bisa merupakan satu-satunya hal yang Jungkook lakukan saat ini. Dia tak peduli meskipun dia harus merasa lelah dengan menuruni 3 lantai menggunakan tangga darurat itu dengan berlari. Yang dia pikirkan adalah Tzuyu. Dia tak ingin Tzuyu marah padanya.

Maafkan aku, Tzuyu.

Langkahnya terhenti. Dia merasa napasnya mulai habis sekarang. Namun detik kemudian dia berubah pikiran dan kembali berlari menuruni setiap anak tangga.

Sementara saat ini, Tzuyu masih saja menangis. Dia tak mengerti kenapa Jungkook dengan berani mempermainkan hatinya. Apa dia tidak tahu jika Tzuyu sangat mengkhawatirkannya?

"Tzuyu, sudah ya, tidak perlu menangis," bujuk nyonya Chou yang membuat Tzuyu langsung menghapus air matanya dan mengangguk. Dia lantas meraih pintu mobil milik ibunya itu dan masuk.

Jungkook yang baru saja menginjakan kaki di lantai satu itu langsung mengedarkan pandangannya di sekitaran sana. Dia kembali berlari saat tak mendapati sosok Tzuyu dan juga ibu mertuanya di sana. Dia yakin Tzuyu baru saja naik mobil saat ini dan benar saja, mobil tersebut baru saja melaju.

Jungkook menopangkan tangan pada lututnya sambil mengatur napasnya yang tersenggal. Dia menyeka keringat yang membasahi dahinya dengan bagian lengan bajunya. Dia memang bodoh karena rencana kejutan itu dan membuatnya harus bersusah payah membujuk Tzuyu.

*
*
*

"Tzuyu," lirih Jungkook sambil menyandar pada pintu kamar Tzuyu yang masih saja terkunci dari dalam. Entah sudah berapa kali Jungkook memanggil nama Tzuyu namun tetap saja itu tak membuat Tzuyu luluh begitu saja. Jungkook hanya takut Tzuyu dalam keadaan yang berbahaya, terlebih sejak tadi Tzuyu hanya berteriak. "Tzuyu, aku tahu ini semua salah. Tapi apa kau tidak merasa kasihan pada bayi kita? kau terus saja berteriak dan menangis."

"Ini juga karenamu! kenapa kau bermain-main seperti itu? bagaimana jika itu benar-benar terjadi? aku tidak sanggup membayangkan kau kembali tertidur lemah di brankar rumah sakit dengan beberapa alat medis yang terpasang di tubuhmu. Apa kau sama sekali tidak memikirkan perasaanku saat melakukannya? aku tak perlu ucapan ulang tahun seperti tadi. Aku hanya ingin kau baik-baik saja."

Hati Jungkook tersayat. Dia tak tahu jika semuanya akan berefek dahsyat seperti saat ini. Ya, dia akui semuanya terlalu berlebihan, terlebih karena dia berbohong soal kecelakaan besar itu.

"Buka pintunya," pinta Jungkook namun tetap saja Tzuyu masih tidak ingin menemui Jungkook.

"Lebih baik kau pergi."

"N-ne?"

"Pergilah!"

Jungkook hanya mengangguk, beranjak dari duduknya dan memutuskan untuk turun saja. Nyonya Chou hanya menatapnya namun Jungkook hanya menggelengkan kepalanya.

"Aku belum bisa membujuknya," jelas Jungkook.

"Tzuyu pasti akan membutuhkan waktu. Lagipula kau mencari masalah, apa kau tidak tahu soal Tzuyu yang lebih sensitif?"

"Aku tahu, tapi aku pikir dia tidak akan marah seperti ini."

"Biar eomma saja yang membujuknya." Jungkook mengangguk, membuat ibu mertuanya itu langsung saja bergegas menuju kamar Tzuyu.

Jungkook menghela napasnya, merasa tak berguna karena sudah membuat Tzuyu menangis. Dia tahu Tzuyu sangat menyayanginya dan begitu takut untuk kembali berada di posisi menunggu seperti sebelumnya.

"Jungkook! bantu eomma!" Jungkook yang sedang melamun langsung saja beranjak. Dia terkejut ketika mendapati Tzuyu yang sudah tak sadarkan diri. Dengan cepat Jungkook menggendongnya kemudian membaringkannya di atas ranjang.

"Apa kita perlu membawanya ke rumah sakit?"

"Eomma rasa begitu. Bawa Tzuyu ke mobil, eomma akan mempersiapkan semuanya."

*
*
*

Hanya berjalan mondar-mandir sejak tadi, membuat nyonya Chou merasa pusing melihat menantunya itu gelisah. Ya, setelah pengambilan keputusan yang besar itu, Jungkook menjadi tak tenang. Apa keputusan yang dia ambil tadi benar-benar bisa menyelamatkan bayinya dan juga Tzuyu?

"Mereka akan baik-baik saja."

"Andai aku tidak melakukannya, mungkin semuanya tak akan berakhiran seperti ini."

"Jangan menyalahkan dirimu, nak."

Jungkook menghela napasnya setelah menatap pintu ruang operasi itu, berharap pintu itu segera terbuka dan membawa kabar baik untuknya. Jujur, dia cukup sedih karena dia tidak bisa menyaksikan kelahiran anak pertamanya secara langsung. Bahkan dia merutuki dirinya sendiri yang sudah menjadi ayah dan juga suami yang buruk.

Pintu itu terbuka, membuat Jungkook langsung saja menghampiri dokter yang kebetulan memimpin operasi itu. Matanya kini tertuju pada bayi kecil yang berada digendongan perawat. Namun saat dia ingin menggendongnya, perawat itu langsung saja mempercepat langkahnya.

"Bayimu harus berada di inkubator selama beberapa waktu. Tapi tenang saja, dia lahir dengan sehat."

"Lalu istriku?"

"Maaf, tapi untuk saat ini dia mengalami koma. Ada beberapa komplikasi yang membuatnya tidak sadarkan diri."

Air mata mulai menggenang di kelopak matanya kala melihat Tzuyu hanya menutup matanya di atas brankar yang di dorong oleh 2 perawat itu. Hatinya sungguh terpukul mendengar kabar buruk itu. Dia bahkan bingung harus bahagia atau sedih sekarang. 2 kondisi dalam satu waktu sungguh membuatnya merasa bingung.

"Tzuyu akan segera sembuh, dia kuat." Jungkook mengangguk, mengiyakan pernyataan yang diucap oleh mertuanya. Jika mengingat waktu yang sudah lalu, Jungkook memang mengakui Tzuyu adalah wanita yang sangat kuat. Bahkan ketika seharusnya dia membutuhkan Jungkook melewati trimester pertama kehamilannya, Tzuyu justru dengan setia menunggunya di rumah sakit. Dia jadi benci pada dirinya sendiri yang lebih banyak memberikan tangisan kesedihan pada Tzuyu.

Jungkook kini melangkahkan kakinya menuju ruang bayi. Dia ingin melihat bayinya sebelum dia melihat Tzuyu.

Jungkook tak bisa membendung kesedihannya lagi. Tangannya dia biarkan menempel pada kaca penyekat ruangan itu, seolah dia sedang menyentuh bayinya secara langsung.

"Mianhae, appa sepertinya terlalu jahat padamu hingga kau harus berada di dalam sana. Appa sungguh ingin memelukmu," isak Jungkook yang kemudian menundukan kepalanya. Dia kembali mendongak, menatap bayinya. "Appa harap waktu akan berjalan dengan cepat dan saat hari dimana kau tidak lagi berada di dalam sana, appa ingin menggendong dan memelukmu sepanjang hari."

Cukup sulit untuk Jungkook hanya melihat bayinya dari kejauhan. Tapi demi bayinya, dia rela menunggu.

"Appa harus menemui eommamu dulu, jangan menangis, appa tidak ingin kau menangis."

Tzuyu, bangunlah, kau harus melihat betapa tampannya bayi kita.

TBC🖤

22 Jun 2020

이건 바보라도 알아 (Even A Fools Knows)✅Where stories live. Discover now